Memulihkan PD Anak Korban Sex Abuse & Upaya Pencegahannya
Memulihkan PD Anak Korban Sex Abuse & Upaya Pencegahannya
Tidak ada orangtua yang menginginkan hal buruk terjadi pada buah hatinya, termasuk masalah pelecehan seksual. Kita seringkali menemukan kasus pelecehan seksual pada anak dan hal ini bisa membuat mereka trauma sepanjang hidup kalau tidak segera ditangani dengan tepat.
Menurut Hj. Fitriani F. Syahrul, MSi. Psi, Psikolog anak & Remaja dari Lentera Insan CDEC, Depok, kita sebagai orangtua harus peka dengan perubahan yang terjadi pada anak pasca kejadian.
Perhatikan! Jika si kecil mulai mengucilkan diri, artinya dia sudah masuk dalam fase stress yang dalam atau depresi. Kasus ini membekas dan mempengaruhi psikologisnya sehingga ia cenderung takut, bersalah, kotor dan merasa lingkungan akan menolak dirinya. “Mereka harus segera ditangani supaya kembali hidup normal seperti anak lainnya.” jelas Fitriani.
Berikut kiatnya :
- Dekati anak pelan-pelan, ciptakan suasana nyaman sampai ia mau bercerita. Setelah mulai terbuka, berusahalah mengggali data seobjektif mungkin dan hindari ekspresi atau kesan yang justru bisa membuat dia semakin tidak nyaman atau takut. Terimalah cerita dia apa adanya.
- Berikan terapi yang dinamakan Cognitive Behavior Therapy (CBT), yaitu memperbaiki cara berpikir atau persepsi seseorang mengenai peristiwa yang dialaminya dan tentang pelakunya. Hal ini supaya dia tidak takut secara berlebihan kalau melihat hal-hal yang hampir sama dengan si pelaku (misalnya jenis kelamin atau ciri fisik yang sama). Memang terapi ini biasanya dilakukan oleh terapis CBT, tetapi Bunda sebagai orangtua juga harus mendukungnya, karena pada umumnya dengan orang-orang terdekatlah anak merasa lebih nyaman dan tentunya orangtua memiliki keterampilan komunikasi yang baik dengan buah hati.
Supaya anak kesayangan kita tidak mengalami hal itu, Bunda perlu melakukan upaya pencegahan dengan melakukan langkah-langkah, berikut :
- Tekankan padanya supaya tidak berinteraksi dengan orang yang belum dikenal
- Jelaskan tentang anggota tubuhnya termasuk alat vitalnya dan pastikan bahwa hanya orang tertentu yang boleh mencium dan memeluknya, seperti ayah, ibu atau anggota keluarga lain yang sedarah
- Beri penjelasan bahwa hanya orangtua / pengasuh yang boleh memegang alat vitalnya, itu pun untuk kegiatan tertentu (pipis atau periksa ke dokter saat ia sakit)
- Doronglah anak supaya selalu terbuka dengan apa yang dia alami
- Selalu memonitor / mengawasi apa yang terjadi pada anak setiap hari, baik di sekolah mau pun di rumah. Lakukan komunikasi pada anak dengan bertatap muka. “Ini merupakan kunci dari pengawasan tersebut.” paparnya.
Tolong beritahu kami apa pendapat Anda tentang artikel ini
Jika Anda tidak melihat kotak komentar silahkan refresh halaman
|