Atau login dengan Account Facebook
Hidup Berdampingan Dengan AlergiIHidup Berdampingan Dengan AlergiIAlergi sendiri sebenarnya merupakan bagian dari proses pertahanan tubuh. Namun, reaksinya terjadi secara berlebihan sehingga menimbulkan kerusakan pada tubuh sendiri. Reaksi berlebihan terjadi karena dalam tubuh penderita, jumlah zat antibodi, Immunoglobulin E (Ig E), yang menempel pada sel mas (bagian sel darah) sangat banyak. Pada kondisi normal, jumlah Ig E ini sekitar 200. Tapi, pada penderita alergi bisa sampai 1.000. Dengan jumlah berlebihan, maka Ig E tersebut lebih mudah untuk berikatan satu sama lain. Dengan demikian, sel mas mengalami degranulasi (pecah) dan zat kimia-zat kimia di dalamnya keluar, termasuk histamin, zat yang menimbulkan reaksi alergi tersebut. Menurut para pakar, secara umum, alergi yang banyak timbul sekarang adalah alergi karena debu rumah. Penggunaan selimut, karpet, dan tirai jendela yang makin meluas membuat angka penderita alergi karena debu rumah makin meningkat, tertinggi dibanding alergi karena sebab lainnya. Ini karena kemajuan gaya hidup sering tidak disertai pemahaman untuk hidup sehat. Misalnya, melakukan penyedotan dan pembersihan secara teratur. Gaya hidup ‘back to nature’ atau jalan-jalan di alam terbuka yang akhir-akhir ini juga sedang trend, ternyata punya ‘peran’ menimbulkan alergi karena alam terbuka banyak terdapat alergen. Selain debu, spora bunga, dan bulu binatang, juga serangga. Gigitan lebah madu, misalnya, bagi orang yang berbakat alergi tak cuma membuat lebam bengkak, tapi juga bisa tercekik kehabisan napas. Cara alergi menyerang Ada empat sistem dalam tubuh yang dapat terkena alergi. Sistem pernapasan, sistem pencernaan, sistem saraf pusat, dan reaksi yang terjadi pada kulit. Dilihat dari cara masuknya ke dalam tubuh, ada 4 jenis alergi. Pertama, yang masuk melalui saluran napas, misalnya debu rumah, spora jamur, tepung sari rumput atau bunga, debu industri, uap, dan asap. Gejalanya berupa napas tersengal (pendek-pendek), dada sesak, atau terjadi infeksi saluran pernapasan yang berulang. Sementara pada jantung, biasanya ditandai dengan meningkatnya denyut nadi, serta wajah dan tangan memucat. Kedua, yang masuk melalui saluran pencernaan, misalnya telur, susu, obat-obatan, zat warna, zat pengawet makanan, dan minuman. Alergen ini dapat juga menimbulkan reaksi alergi di kulit, dan saluran napas. Gejalanya berupa mulut basah karena sekresi saliva (kelenjar ludah) meningkat, sariawan, gatal pada langit-langit mulut, mual, muntah, perut kejang, diare, dan sakit perut. Ketiga adalah alergen yang masuk melalui suntikan, misalnya suntikan obat atau gigitan serangga. Reaksinya seperti alergen yang masuk melalui saluran pencernaan. Terakhir adalah alergen yang kontak langsung dengan kulit, misalnya salep, kosmetik, perhiasan logam, dan bahan kimia lain. Di samping itu ada juga alergen yang berupa rangsangan fisik, misalnya udara dingin, panas, es, sinar matahari, dan tekanan pada kulit. Alergi dapat pula menyerang saluran kencing. Penderitanya bisa menunjukkan gejala ngompol, kencing tak terkontrol, dan rasa sakit saat kencing. Sementara pada otot, gejala alergi yang timbul biasanya rasa penat, lemas, sakit pada persendian, dan kaku. Sistem saraf pun tak lepas dari alergi. Gejalanya: sakit kepala, migrain, pusing, ngantuk, lemas, depresi, tegang, overaktif, sulit berkonsentrasi, dan kadang-kadang lupa pada kata dan nama-nama orang dekat, alias amnesia. Tes alergi Sampai sekarang, menghilangkan bakat alergi masih merupakan sesuatu yang rumit untuk dipecahkan. Untungnya, alergi bisa dicegah, yaitu dengan mengenal alergen melalui pengamatan sendiri (anamnesis). Kini sudah ada tes tersendiri untuk memastikan apakah seseorang terkena alergi. Di Indonesia, penanganan alergi ini sudah bisa dilakukan di hampir setiap kota besar Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Palembang, Bandung, Yogya, Semarang, Bali, dan lain-lain. Di Jakarta, sudah ada Klinik Alergi di kawasan Kramat Sentiong, dan Anda pun bisa mengakses homepage-nya di www.alergi.co.id. Jika Anda tidak melihat kotak komentar silahkan refresh halaman Tweet |
|