SITE STATUS
Jumlah Member :
253.413 member
user online :
2718 member
pageview's per day :
Over 100.000(!) page views
Kalkulator kesuburan
Masukan tanggal hari pertama bunda mengalami menstruasi

berita



Obesitas Hantui Masa Kanak-kanak

(Posted:2010-03-25 12:35:14)

Obesitas kini bak epidemi, menyebar di anak-anak lebih cepat ketimbang sebelumnya. Bahkan, angka obesitas ekstrem sudah sangat mengkhawatirkan.

Berdasarkan laporan riset terbaru dari Kaiser Permanente, 7,3% anak lelaki AS menderita obesitas ekstrem. Sementara anak perempuan, jumlahnya mencapai 5,5%. Angka itu lebih buruk lagi pada anak-anak berkulit hitam dan hispanik. Anak perempuan berkulit hitam 11,9% dan 11,2% pada anak lelaki hispanik.

"Tingginya frekuensi obesitas ekstrem pada anak-anak ini mulai membahayakan," kata pemimpin riset Corinna Koebnick dari Kaiser Permanente Southern California Department of Research and Evaluation, Pasadena, California.

Obesitas ekstrem yakni ketika indeks massa tubuh (BMI) mencapai 35 kilogram per meter kuadrat. Koebnick mengatakan, epidemi obesitas dipengaruhi oleh kurangnya aktivitas fisik dan kebiasaan makan yang buruk.

“Kebiasaan makan yang tidak sehat, fast food versus slow food,” tegasnya.

Dalam hal ini, orangtua harus menjadi panutan untuk anak-anaknya. Sebab, ada beberapa studi yang membuktikan berat badan orangtua akan mempengaruhi berat badan anak.

Apalagi, obesitas ekstrem bisa berujung pada masalah kesehatan serius, seperti diabetes dan penyakit jantung. Sebab itulah, anak-anak obesitas ekstrem perlu mendapat perhatian khusus dan mencegah hal itu berpengaruh pada kesehatan mereka di masa mendatang.

Anak-anak penderita obesitas ekstrem akan tumbuh menjadi orang dewasa yang memiliki masalah kesehatan yang berhubungan dengan kondisi berat badan mereka. Tanpa perubahan gaya hidup, Koebnick mengatakan masa hidup mereka akan berkurang 10-20 tahun.

“Pada usia 20 tahun, mereka mengidap penyakit yang biasa tejadi pada usai 40-60 tahun,” lanjutnya.

Meski riset dilakukan di California Selatan, Koebnick berpendapat, temuannya yang dilansir di Journal of Pediatrics ini mewakili seluruh AS. Ia mengumpulkan 710.949 anak-anak serta remaja pada rentang usia 2-19 tahun yang mengikuti program kesehatan terintegrasi milik Kaiser Permanente Southern California pada 2007-2008. Dari jumlah itu, 45.000 orang dinyatakan obesitas yang tidak ekstrem.

Obesitas menghantui bocah lelaki pada usia 10 tahun dan perempuan pada 12 tahun. Jika anak perempuan berkulit hitam dan anak lelaki hispanik yang paling parah, maka yang paling kecil rasionya adalah anak ras Asia serta berkulit putih.

Ahli nutrisi, diet, nutrisi, dan psikolog olahraga Samantha Heller mengatakan, hasil survei ini tak mengejutkan baginya. Namun, sangat menyedihkan baginya memikirkan konsekuensi obesitas terhadap kesehatan anak-anak tersebut.

"Belum lagi dampaknya secara sosial, emosional, dan psikologis,” tuturnya.

Heller mencatat, sangat penting bagi orangtua untuk menyediakan makanan sehat bagi keluarga. Selama ini, masyarakat selalu dibuat berpikir bahwa junk food dan makanan manis adalah cara tercepat dan termurah.

“Padahal makanan sehat bisa murah dan enak juga,” katanya.

Masyarakat, lanjutnya, dibombardir dengan iklan makanan yang menargetkan anak-anak sebagai konsumennya. Komisi Perdagangan Federal melaporkan pada 2008, dana sebesar US$1,6 miliar digunakan pada 2006 untuk mengiklankan makanan dan minuman anak-anak.

“Bayangkan, jika dana sebesar itu digunakan untuk mempromosikan makanan sehat seperti sayuran, buah, kacang-kacangan, serta pendidikan nutrisi untuk masyarakat,” katanya. Sehingga, masyarakat bisa belajar untuk menyiapkan makanan sehat, mengurangi resiko obesitas, serta penyakit kronis seperti jantung dan kanker pada anak.

Heller berkata, kampanye semacam itu takkan berhasil tanpa dukungan profesional, perusahaan makanan, pemerintah lokal dan pusat. Harus ada cara untuk membantu edukasi, motivasi serta menggerakkan anak-anak dan orang dewasa untuk hidup lebih sehat. “Sebelum semuanya terlambat,” pungkasnya.


Sumber: inilah.com


berita lainnya :

Tolong beritahu kami apa pendapat Anda tentang artikel ini


Jika Anda tidak melihat kotak komentar silahkan refresh halaman