Berawal dari pemberitaan kasus pelecehan seksual di salah satu sekolah internasional jakarta, kini kasus pelecehan seksual, pencabulan bahkan pemerkosaan terhadap anak di bawah umur lainnya semakin mencuat. Pada awal bulan Mei 2016 menjadi pemberitaan hangat mengenai kasus siswi TK pertiwi berusia 5 tahun di daerah Lampung mengalami pelecehan seksual oleh petugas kebersihan atau office boy (OB) sekolahnya.

Kasus ini awalnya diketahui oleh orang tua korban saat menjemput sekolah yang merasa curiga melihat cara berjalan anaknya seperti menahan kencing, saat diajak kencing si anak menolak karena tidak merasa ingin kencing. Sesampainya di rumah, ketika si anak di ajak mandi oleh ibunya, ia menjerit kesakitan kesakitan, lalu ibunya memeriksa seluruh badan si anak, terkejutlah si ibu melihat luka pada alat vital si anak. Saat ditanya ibunya, si anak tidak menjawab dan tampak ketakutan. Setelah di rayu, si anak akhirnya menceritakan perbuatan penjaga sekolahnya. Ia juga mengaku diancam jika menceritakan peristiwa itu kepada ibu atau gurunya. Tidak sedikit kasus pelecehan anak yang terlambat diketahui oleh orang tua. Hal ini karena anak tidak mampu menceritakan atau terbuka kepada orang tuanya mengenai hal yang telah dialaminya. Orang tua adalah tempat pengaduan segala keluh kesah anak. Maka itu, jalin hubungan komunikasi senyaman mungkin dengan anak, mintalah kepada anak supaya terbuka mengenai segala aktivitas yang telah dikerjakan, dan laporkan kepada orang tua apabila mengalami hal yang tidak wajar. Jadilah orang tua yang siap menjadi tempat curahan hati bagi anak. Ajaklah anak ngobrol sesering mungkin, misalnya saat perjalanan pulang sekolah, saat santai di sore hari, atau setelah makan malam sambil nonton tv. Jika bunda bekerja, luangkan waktu saat jam istirahat untuk menelpon si kecil dan menanyakan kegiatannya yang dijalani.