Anemia dan Anemia Defisiensi BesiAnemia dan Anemia Defisiensi BesiBunda pasti pernah mendengar istilah Anemia atau yang biasa dikenal dengan kurang darah. Tapi apakah Bunda pernah mendengar istilah Anemia Defisiensi Besi? Apakah sama Anemia dengan Anemia Defisiensi Besi? Yuk, simak artikel berikut! Anemia adalah penyakit darah di mana kadar sel darah merah (hemoglobin) seseorang di bawah normal. Berikut kadar normal hemoglobin seseorang: Usia Kadar HB Terendah (g/dl) 2 bulan 9 2-6 bulan 9,5 6-24 bulan 10,5 2-11 tahun 11,5 > 12 tahun Perempuan 12, Laki-laki 13
Hemoglobin berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Tidak heran, bila kadar hemoglobin seseorang rendah, ia akan sering mengeluh pusing karena kurangnya asupan oksigen ke otak. Anemia Defisiensi Besi Anemia Defisiensi Besi adalah Anemia yang disebabkan oleh kurangnya kadar zat besi dalam tubuh seseorang. Pada balita Anemia Defisiensi Besi dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangannya. Fungsi zat besi adalah sebagai penentu kecepatan hantar saraf untuk membantu anak memusatkan perhatian dan mengingat (memori). Maka dari itu Anemia Defisiensi Besi dapat mengganggu kecerdasannya. Siapa saja yang beresiko terkena Anemia Defisiensi Besi? - Bayi premature - Bayi dengan pertumbuhan pesat - Bayi dengan Ibu Anemia - Bayi yang hanya mengonsumsi ASI saja hingga usia lebih dari 6 bulan Pencegahan Menurut data World Health Organization tahun 2008, sebanyak 40,5% anak balita dan 47,2% anak usia sekolah di Indonesia menderita Anemia Defisiensi Besi. Untuk menekan angka penderita Anemia Defisiensi Besi harus dilakukan upaya pencegahan, seperti: - Pastikan menu harian si kecil mengandung cukup zat besi. Bunda bisa memperkenalkan daging merah sejak usianya 6 bulan. Berikan variasi menu setiap hari dengan kuning telur, sayuran hijau (bayam, brokoli, sawi), sereal, ayam, kacang-kacangan dan hati. - Cek kadar zat besi dan hemoglobin saat usianya 1 tahun. - Hindari pemberian kopi dan teh pada anak - Batasi pemberian susu maksimal 500ml/hari. - Untuk membantu penyerapan zat besi berikan buah yang mengandung vitamin C, seperti jeruk, jambu merah, pepaya, kiwi dan strawberry. Terapi Untuk mengetahui apakah si kecil kekurangan zat besi, harus dilakukan pengecekan kadar zat besi dan hemoglobinnya. Bila tidak mencukupi dokter akan memberikan terapi suplemen zat besi. Terapi dilakukan dengan pemberian zat besi selama 3 bulan disamping menu harian yang harus dipantau terus kecukupan zat besinya. Efek samping dari terapi ini adalah rasa mual, sulit buang air besar dan mempengaruhi warna gigi bila suplemen terkena gigi. Jika Anda tidak melihat kotak komentar silahkan refresh halaman Tweet |
|