Atau login dengan Account Facebook
Bermain sebagai Wadah BersosialisasiBermain sebagai Wadah BersosialisasiMemang, kehidupan balita adalah bermain dan rekreasi. Seorang ahli perkembangan manusia, Papalia, dalam bukunya Human Development, mengatakan bahwa anak berkembang dengan cara bermain. Teori ini banyak disetujui oleh para ahli. Sebab, dunia anak-anak memang tidak jauh dari bermain. Dengan bermain, anak-anak menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi indra-indra tubuhnya, mengeksplorasi dunia sekitarnya, menemukan seperti apa lingkungan di mana ia tinggal, dan dengan cara mereka sendiri menemukan seperti apa diri mereka. Selain itu, bila merujuk pada teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa bermain juga merupakan salah satu sarana untuk belajar. Melalui kegiatan bermain yang menyenangkan, anak-anak menemukan dan mempelajari hal-hal atau keahlian baru. Anak-anak juga belajar kapan harus menggunakan keahlian tersebut, serta memuaskan apa yang menjadi kebutuhannya. Melalui kegiatan bermain, fisik anak akan terlatih, kemampuan kognitif dan kemampuan berinteraksinya dengan orang lain juga akan berkembang. Karakteristik yang menonjol dari kegiatan bermain ada lima, yaitu:
Bermain bukanlah kegiatan yang hanya bermanfaat dalam satu aspek saja, tetapi juga meliputi aspek-aspek lainnya. Contohnya, dari segi aspek fisik, dengan mendapat kesempatan untuk melakukan kegiatan yang banyak melibatkan gerakan-gerakan tubuh, bermain akan membuat tubuh anak menjadi sehat. Sedangkan dari segi perkembangan motorik kasar dan halus, bermain juga dapat meningkatkan keterampilan anak. Yang juga perlu digarisbawahi adalah bahwa bermain merupakan salah satu cara untuk bersosialisasi. Kegiatan bermain membuat anak belajar terpisah dari ibu dan pengasuhnya. Pada saat itu, anak akan belajar menjalin hubungan dengan teman � baik yang sebaya maupun tidak, belajar menghargai orang lain, belajar berbagi (apalagi bila ia anak tunggal), belajar menyukai (dan mungkin juga tidak menyukai) sifat dan kebiasaan orang lain, bahkan juga belajar untuk mempertahankan hubungan dan memecahkan masalah terkait dengan permainan yang dilakukannya itu. Selain itu, tentu saja anak juga melatih kemampuan komunikasi dan berbahasanya, serta mendapat kesempatan untuk berperan secara aktif dalam sebuah peran sosial. Dengan bermain, anak dapat menemukan kepribadiannya sendiri dengan caranya yang khas anak-anak. Dalam permainan bersama teman misalnya, anak akan mempunyai penilaian terhadap dirinya tentang kelebihan yang dimiliki sehingga dapat membantu pembentukan konsep diri yang positif, mempunyai rasa percaya diri, dan harga diri. Dalam usaha menjalin dan mempertahankan hubungan dengan teman, dapat kita lihat bahwa anak mengembangkan mencoba mengembangkan kreativitasnya. Dengan Bram misalnya, ia akan berusaha mengajaknya menggambar bersama-sama karena Bram suka menggambar. Namun, ketika berhadapan dengan Iqbal, anak Anda mungkin akan mencari kegiatan lain, misalnya bermain petak umpet atau mobil-mobilan. Demikian pula halnya ketika ia berhadapan dengan anak lainnya, yang mungkin lebih suka melakukan permainan pura-pura berkemah di dalam tenda mainan. Hal ini menunjukkan bahwa bermain menyangkut kemampuan melihat sebanyak mungkin alternatif jawaban, dan tidak berpatokan pada satu solusi saja. Selain menjadi salah satu bagian dari kegiatan bersosialisasi, anak juga dapat mengembangkan aspek kognisinya. Pengetahuan yang didapat akan bertambah banyak dan daya nalar anak juga bertambah luas. Sebab, dengan bermain anak akan melatih panca indranya terhadap hal-hal yang berlangsung di sekitar, ia akan tahu mana yang disebut pohon atau bunga, mana yang disebut kucing atau anjing, dan siapa Bram atau siapa Iqbal. (HANNIE KUSUMA) Jika Anda tidak melihat kotak komentar silahkan refresh halaman Tweet |
|