Atau login dengan Account Facebook
Bila Bayi Muntah-MuntahBila Bayi Muntah-MuntahMuntah-muntah yang terjadi pada beberapa bulan pertama umumnya adalah sebagai berikut: a. Gangguan meludah ïƒ ini karena bayi menelan susu atau ASI dan udara, sementara udara berada di bawah susu saat berada dalam perut. Ketika perut bayi berkontraksi, udara keluar dari dalam perut dan membawa susu masuk kembali ke kerongkongan. Bisa juga karena bayi baru belajar menyusu, ia mengisap terlalu banyak atau terlalu cepat. Bayi yang dipeluk terlalu keras setelah makan juga terpicu untuk muntah. Mengatasinya: � Perlambat pemberian susu. Bila diberi susu formula, beri sedikit saja dengan frekuensi agak sering. � Sendawakan bayi selama dan setelah pemberian susu. Bila bayi diberi ASI, sendawakan setiap kali akan berpindah ke payudara lainnya. � Susui bayi dalam posisi tegak lurus, dan bayi tetap tegak lurus selama 20-30 menit setelah disusui. � Jangan didekap atau diayun-ayun sedikitnya setengah jam setelah menyusu. � Jika diberi susu botol, pastikan lubang dot tidak terlalu kecil atau terlalu besar. b. Alergi terhadap susu formula atau alergen dalam ASI ïƒ makanan yang dimakan ibu dapat berpengaruh pada bayi, terutama bila ia sangat peka. Tanda-tanda adanya kepekaan terhadap makanan sebaga penyebab kerewelan, sakit perut, serta tingkah laku gelisah, adalah pola yang disebut dengan kolik 24 jam � yaitu rasa sakit yang terjadi maksimum 24 jam setelah ibu mengonsumsi makanan yang dicurigai, tetapi hal itu tidak terjadi lagi sampai ibu mengonsumsi lagi makanan yang sama. Umumnya makanan yang berpotensi mengganggu dalam ASI adalah produk olahan-berbahan-susu, makanan atau minuman yang mengandung kafein (minuman ringan, cokelat, kopi, teh, dan sebagainya), biji-bijian dan kacang-kacangan (gandum, jagung, kacang tanah, dan lain-lain), makanan pedas, dan makanan yang mengandung gas (brokoli, bawang putih, tauge, cabai hijau, kembang kol, kubis). c. Gangguan usus atau kemacetan di dalam usus yang membuat susu tidak dapat melintas sehingga kembali ke kerongkongan. Yang paling umum dalam kondisi ini adalah stenosis pylorus. Tanda-tandanya adalah: � bayi muntah dengan semburan yang sangat kuat dan terjadi terus-menerus � berat tubuh berkurang atau gagal memperoleh kenaikan berat badan � terjadi tanda dehidrasi: kulit berkerut, mulut kering, mata kering, dan jumlah popok kotor berkurang � perut membengkak seperti balon setelah makan dan dikosongkan setelah muntah � rasa lapar meningkat dan ia bersemangat makan, disusul dengan muntah dan kembali makan dengan bersemangat. d. Gastroesophagal reflux, atau kondisi di mana isi lambung yang banyak mengandung asam naik kembali ke kerongkongan. Tanda-tandanya adalah: � bayi sering menangis sangat keras dan sulit dibujuk untuk diam � sering muntah-muntah, bahkan juga melalui hidung � menderita rasa sakit di perut, siang, maupun malam � bangun malam karena sakit � rewel setelah makan, menarik-narik kaki dan lututnya ke arah dada � sering bersendawa kering atau tersedak dan cegukan � air liur keluar secara berlebihan Perawatan untuk muntah biasanya hampir sama dengan diare, dan sebaiknya segera dibawa ke dokter. Inilah beberapa hal yang dapat dikomunikasikan ke dokter: � Jelaskan bagaimana muntah dimulai, apakah tiba-tiba atau secara berangsur-angsur. � Berupa apa muntahan yang terjadi, apakah berwarna jernih, hijau tua, mengental, atau asam? Apakah muntah itu hanya meludah atau disemburkan dengan kuat? � Berapa sering bayi muntah? � Berapa banyak muntahan yang dihasilkan setiap kali muntah? � Apakah ada anggota di rumah yang sakit dengan tanda serupa? � Apakah perut bayi terluka? Di mana dan berapa banyak? Apakah perutnya kembung seperti balon? � Apakah bayi menunjukkan tanda-tanda dehidrasi? � Bagaimana kondisi bayi secara keseluruhan, lemah, tak bertenaga, riang, rewel, dan sebagainya? � Apakah kondisi bayi semakin baik atau memburuk, atau sama saja? � Perawatan yang telah coba Anda berikan. � Adakah gejala penyakit lain, misalnya diare, demam, batuk? Pada anak-anak balita yang lebih tua ketimbang bayi, muntah-muntah kadang-kadang juga disebabkan oleh keracunan makanan, yang sudah dibahas dalam beberapa edisi sebelumnya. Hannie Kusuma Jika Anda tidak melihat kotak komentar silahkan refresh halaman Tweet |
|