Mengatasi Baby Blues
Mengatasi Baby Blues
Setelah beberapa minggu menjadi orangtua, berbagai hal memang tampak berbeda. Kepercayaan diri misalnya, dulu begitu tinggi. Namun, dengan seorang bayi mungil di tangan Anda, bisa jadi pede itu memudar. Bayi yang begitu lemah dan rentan membuat Anda ragu, mungkinkah dapat merawatnya dengan baik? Sebagai seorang pribadi, Anda yang telah melahirkan merasa begitu letih, mungkin juga kehilangan banyak darah, namun tampaknya sang bayi tak juga mau bekerjasama. Teorinya ia akan tidur selama 17-20 jam sehari, namun Anda merasa setiap menit mendengar tangisannya. Baru saja Anda berbaring dan memejamkan mata, bayi kembali menangis. Pada saat menyusui, ASI sepertinya tidak cukup atau keluar tapi tidak lancar. Bahkan, karena puting Anda lecet, setiap menyusui rasanya sakit sekali. Lalu, kamar bayi yang sudah dipersiapkan sedemikian rupa, sepertinya sempit dan terlalu pengap dan panas. Pengasuh anak yang dibilang senior, ternyata kok canggung dan mengecewakan. Semua serbasusah. Belum lagi kalau Anda merasa suami tidak ikut membantu, aduh, dunia sepertinya begitu kejam.
Rentetan peristiwa di atas bisa terjadi dalam kehidupan seorang ibu yang baru melahirkan. Sedihnya, peristiwanya mungkin terulang dalam beberapa hari, bisa jadi sampai sebulan. Tidak heran betapa berat blues yang diderita para ibu. Bahkan, menurut Dr. William Sears, penulis buku The Baby Book, 50-75 persen dari semua ibu merasakan sejumlah tingkat baby blues (dan dokter ini yakin jumlahnya akan meningkat menjadi 100 persen bila pria yang melahirkan dan menyusui bayi). Di samping merasa kesal, sekitar 10-20 persen ibu berada dalam keadaan depresi setelah melahirkan. Hal ini dibuktikan dengan perasaan gelisah, sulit tidur, takut, lesu, menangis, merasa masalahnya paling berat, dan kadang-kadang bersikap negatif terhadap suami dan bayi. Sedihnya lagi, banyak suami yang komentarnya seperti ini: “Manja amat sih kamu, bukannya setiap wanita lain di dunia ini juga melahirkan dan menyusui. Kok kamu merasa berat banget, bukannya itu lumrah?”
Padahal, baby blues ataupun depresi setelah melahirkan merupakan hal yang wajar, isyarat bahwa tubuh seseorang sudah melewati batas kemampuan fisik, mental, dan emosi untuk menyesuaikan semua perubahan yang terjadi. Ini bukanlah kelemahan, hanya saja kapasitas tubuh terlampau lemah untuk penyesuaian, terutama karena energi habis untuk persalinan dan perawatan bayi, serta berubahnya hormon di dalam tubuh.
Kabar baiknya adalah, baby blue dapat ditangani atau dikurangi, yaitu dengan:
Mengundang anggota keluarga untuk ikut membantu. Dalam hal ini, orangtua baru perlu menyadari bahwa ibu membutuhkan waktu untuk beristirahat. Karena itu, dukungan dari seluruh anggota keluarga sangat dibutuhkan. Nenek si bayi, bibinya, ataupun anggota keluarga besar yang lain, boleh diundang bila bersedia membantu. Demikian pula halnya dengan pengasuh bayi ataupun orang yang akan mengurus rumahtangga. Semua tenaga bantuan ini sangat berguna agar ibu dapat memulihkan kembali kondisinya pasca-persalinan. Perlu diingat, bila kehadiran anggota keluarga malah mengganggu karena jadi merepotkan, sebaiknya pertimbangkan kembali undangan itu.
Utamakan hal yang menjadi prioritas. Kadang-kadang, hanya merawat dan mengasuh bayi menjadi seseorang yang terbiasa bekerja di kantor atau di tempat lain menjadi minder dan tidak berarti. Boleh jadi ada orang yang ingin segera mengakhiri masa cuti, atau orang yang ingin segera melakukan sesuatu hal yang lain. Sebenarnya, bila Anda merasa bahwa mengasuh seorang manusia baru adalah pekerjaan terpenting di dunia, maka Anda akan merasa lebih baik. Maka itulah, mengasuh dan merawat anak sebaiknya menjadi prioritas dan hal lain tidak menjadi beban pikiran, kecuali bila keadaan memang membuat Anda harus memprioritaskan hal lain.
Pergilah berjalan-jalan. Baby blues adapat dikurangi dengan melihat alam sekitar, tidak hanya terkurung empat dinding saja. Menjadi ibu baru tidak membuat Anda menandatangani kontrak sebagai penghuni ‘gua’. Ajaklah bayi beserta Anda, dan cobalah hirup udara taman yang segar serta suara-suara alam yang menenangkan, paling tidak sehari dalam seminggu.
Cobalah terapi kelompok. Banyak lagi pasien baby blues di dunia ini. Hubungilah dokter Anda, tanyakan klinik yang memberikan terapi untuk mengurangi rasa depresi ini. Berbagi pengalaman dengan orang lain membuat Anda sadar bahwa orang paling malang sedunia itu bukan Anda.
Makan dengan baik. Jangan sampai seorang ibu baru kehabisan energi karena dia tidak memerhatikan makanan yang masuk ke dalam tubuhnya. Nutrisi yang tidak cukup bakal menyebabkan lebih banyak depresi.
Tetap merawat diri dengan baik. Punya bayi memang membuat ‘me time’ atau waktu untuk diri sendiri berkurang, namun usahakan untuk selalu tetap memilikinya sejenak saja. Pergunakan waktu yang berharga itu untuk mandi dan merawat diri, menyisir, atau bahkan menikmati pijat aromaterapi serta senam untuk mengembalikan kekencangan tubuh. Intinya, carilah cara untuk menyenangkan diri sendiri, selain merawat bayi Anda, dan mintalah pengertia suami dan anggota keluarga yang lain untuk hal ini.
Tuliskan bila sempat. Segala perasaan setelah melahirkan bisa dituliskan dalam buku harian Anda, sehingga dapat dibandingkan bagaimana perasaan Anda seminggu atau sebulan yang lalu, dengan perasaan Anda harini. Menulis akan membuat tugas merawat bayi menjadi lebih menyenangkan karena Anda dapat merekam kembali momen-momen penting dalam hidup Anda ketika Anda senang, sedih, tertekan, dan bahagia bersama si buah hati.
Pergilah ke psikiater atau psikolog. Bila depresi tak juga berkurang, boleh jadi Anda membutuhkan bantuan ahli. Jangan ragu untuk meminta pertolongannya, sebelum depresi terlanjur parah. (HANNIE KUSUMA)
Tolong beritahu kami apa pendapat Anda tentang artikel ini
Jika Anda tidak melihat kotak komentar silahkan refresh halaman
|