Tgl. 30 Oktober yang lalu, tepat 3 bulan aku menjadi Bunda untuk bayi pertamaku, Renata Prameswari, panggilan sayangnya “Ames” :) Cepat sekali ya waktu berlalu.. rasanya baru kemarin aku merasakan baby blues syndrome di hari-hari pertama aku sampai di rumah setelah melahirkan. Saat itu memang banyak hal yang berkecamuk di hatiku.. aduh kok jadi puitis ya.. tapi yang ini serius banget karena masih terasanya rasa sakit di seluruh tubuh pasca operasi Caesar. Dan sebenarnya gak mudah aku tutupi bahwa aku kecewa karena akhirnya harus melahirkan dengan cara operasi.
Sebagai calon Bunda baru, wajar saja aku sangat idealis mendambakan persalinan yang normal dan lancar, rajin membaca buku-buku kehamilan dari persiapan mental untuk melahirkan dengan cara normal, sampai buku bagaimana aku percaya diri untuk dapat memberikan ASI ekslusif bagi bayiku nantinya. Segudang pengetahuan aku baca, browsing, dan hunting demi menunjang kesuksesan berusaha menjadi Bunda yang “sempurna” untuk anakku :)
Namun rencana Tuhan bukanlah rencanaku, walaupun sudah kujaga Ames semampuku dan sudah siapkan mental untuk melahirkan normal, pada kenyataannya sampai memasuki minggu ke 41, Ames sama sekali tidak masuk pada jalan lahir, mungkin karena eratnya lilitan tali pusat di lehernya, dan memang terlihat lebih dari satu lilitan dari USG Doppler, bahkan sempat terlilit 3 kali pada lehernya. Namun syukurlah keadaan Ames masih kuat, sehat dan jantungnya masih sangat bagus, hal itu terlihat dari CTG yang rutin aku lakukan sejak minggu ke-39.
Pada masa saat-saat kritis itu usaha melahirkan normal masih dicoba, dorongan untuk operasi masih aku abaikan, aku masih sangat optimis melahirkan normal. Bahkan sempat masuk rumah sakit karena salah persepsi, kukira aku pecah ketuban, tapi ternyata tidak. Setelah dicek, Ames tetap belum masuk jalan lahir, saat itu-pun aku mengalami induksi 3 kali, dengan 3 macam cara, kontraksi-ku berjalan baik tapi sama sekali tidak berhasil membuat mulas. Dokter-pun sudah mempersiapkan operasi, bahkan tanpa menanyakan persetujuanku, tapi aku masih “kekeh” menunggu sampai minggu ke-40. Yang ini bisa dikatakan “nekad” mungkin yaaa.. tapi aku mengikuti hati nuraniku saat itu, walaupun terlilit tali pusat, keadaan jantung Ames dan air ketubanku masih baik, selain itu aku tahu banyak proses persalinan normal yang terjadi walaupun terlilit tali pusat. Maka aku-pun masih super optimis.
Namun, rasa optimis itu timbul dan tenggelam.. aku takut jika dalam beberapa menit tidak ada gerakan Ames di perutku, apalagi bangun di tengah malam selalu cemas menunggu tendangan/gerakan Ames.. barulah aku bisa tidur nyenyak lagi. Mungkin ini yang orang bilang.. "paranoid" abis!!
Sampai akhirnya konsultasi tgl. 30 Juli 2007, saat itu kandunganku memasuki minggu ke-41, rasa optimisku makin menipis, walau aku tahu secara teori masih ada minggu ke-42, tapi Dokter memperingatkan bahwa air ketuban dan plasentaku sudah tidak baik lagi, lilitan tali pusat-pun semakin erat, mendengar itu aku-pun pasrah dan tidak mau ambil resiko lagi, aku siap dioperasi malam itu juga.
Operasi dilakukan mulai jam 10.30 malam, betapa takut dan kuatir-nya aku saat itu. Puji Tuhan, lagu-lagu rohani -Franky Sihombing- dari Ipod yang kubawa selalu menemani dan menguatkan aku. Suami dan keluargaku semua hadir dan memberikanku semangat. Aku memilih dibius lokal, agar aku bisa langsung mendengar tangis Ames dan menciumnya, walaupun ini pertama kalinya operasi dalam hidupku namun aku harus berani dan kuat menjalaninya.
Selama operasi, air mataku terus menetes, sungguh sangat tak terbendung harunya perasaanku, bercampur bahagia, kuatir, kecewa.. semua jadi satu. Dan pada saat kurasakan waktu dimana akan diangkatnya Ames dari perutku.. tak tahan lagi aku-pun menangis keras. Seseorang di sampingku (tidak tahu apakah dia Suster atau Bidan) memberitahu bahwa bayiku sedang diangkat, maka aku minta tolong padanya untuk mencabut headset Ipod dari kupingku, supaya aku bisa mendengar suara tangisnya. Wah leganya.. saat kudengar tangisan Ames yang begitu keras, tak terlukis perasaan saat itu. Aku masih tidak berdaya, dalam posisi tubuh masih dilakukan pembedahan, aku cium Ames, sungguh lega dan bersyukurnya aku. Terima kasih Tuhan, dia begitu sehat dan sempurna.
Salah satu kekecewaanku karna akhirnya menjalani operasi ini adalah tidak dapat dilakukannya “inisiasi dini” yang sangat aku inginkan antara aku dan bayiku, Ames. Aku tahu fungsi inisiasi dini sangatlah penting bagi awal suksesnya proses menyusui dan ikatan antara ibu dan anak, maka aku sangat kuatir ASI-ku tidak dapat segera keluar dan dikuatirkan Ames akan mengalami kesulitan menyusu dari puting-ku. Maka sesampainya di kamar pemulihan, aku bersikeras minta dipertemukan dengan Ames, walaupun Suster melarangnya karena Ames sedang tidur, syukurlah dia tetap mau membawa Ames ke kamarku.
Saat pertama kupandang Ames lekat-lekat, lucunya dia, bersih dan putih, sungguh cantik… matanya tertutup sepertinya memang dia sedang tidur.. Suster membaringkan Ames di lenganku untuk mencoba disusui ASI. Saat kusodorkan putingku ke mulut mungilnya.. aku sangat kaget karena kulihat Ames langsung menyedot kuat dan menyusu dengan lancar pelukanku. Saat itu terlepaslah sudah semua rasa kecewa dan kuatirku. Aku bahagia, Ames pintar dan mau menyusu dengan lancar. Aku lega, walaupun melahirkan dengan operasi, tanpa proses inisiasi dini, namun Ames tidak mengalami kesulitan menyusu-ku. Tak henti-hentinya kuucapkan, Terima kasih Tuhan.
Baby Blues itu terjadi hari-hari pertama setelah aku pulang ke rumah, bukan karena tangisan Ames yang rewel dan tak bisa dikendalikan, namun karena rasa sakit yang masih terasa di seluruh tubuhku. Aku seperti orang lumpuh yang harus perlahan-lahan bila berjalan, jika duduk atau tidur tulang-tulang belakangku seakan remuk (pasti karena efek suntikan epidural saat operasi), sulit untuk bangun sendiri dari tempat tidur, sakit sekali rasanya.. saat itu aku merasa “kapok” tidak mau hamil lagi.. maklumlah pikiran orang yang sedang tertekan :P
Sejak awal, aku sudah bertekad memberikan ASI ekslusif untuk anakku, namun saat itu keadaan badanku sangat menyiksa.. posisi duduk tegak cukup sulit.. ditambah putingku yang lecet bertambah sakit bertubi-tubi rasanya.. tidak menikmati saat menyusui Ames dan ingin rasanya cepat selesai saja. Kadang aku kesal.. marah-marah, kenapa Ames begitu lama menyusu.. kenapa tidak juga tidur selesai disusui.. oh Tuhan Ibu seperti apa aku ini sempat berpikir seperti itu. Aku menangis.. aku merasa kecewa lagi.. andaikan aku bisa melahirkan normal tentunya saat ini aku bisa menikmati, menyusui Ames dengan nyaman dan tanpa rasa sakit. Namun aku sadar, kehendak Tuhan demikian adanya dan itulah yang terbaik untuk aku dan Ames. Namun syukurlah perasaan itu tidak berlansung lama, seminggu kemudian seiring dengan membaiknya keadaanku, puting yang sudah tidak lecet lagi, mandiri untuk duduk – berdiri – berjalan.. aku bahagia karna aku bisa menyusui bayiku dengan nyaman.
Pada minggu-minggu awal di rumah, masih juga ada rasa kuatirku akan kecukupan makanannya. Saat Ames masih menangis, ketika selesai menyusu.. aku sangat merasa bersalah dan kuatir.. apakah ASI-ku tidak cukup untuknya?.. apakah harus aku campur dengan susu formula?. Sebenarnya tidak ada alasan bagiku untuk kuatir, saat itu Ames terlihat sehat dan kuat, kepalanya sudah tegak jika digendong di bahu, membuatku takjub. Leganya saat kontrol sekaligus imunisasi ke rumah sakit, pada bulan pertama, berat badan Ames naik 800 gram.
Namun ada saja hal yang membuatku kuatir lagi dan lagi, saat itu Dokter juga mengatakan paru-paru Ames penuh dengan lendir, harus segera di-Fisioterapi. Aku dan suamiku sangat cemas akan keadaan Ames.. namun syukurlah pilek dan batuk itu tidak menggangu seleranya untuk menyusu. Sering di tengah malam, Ames bangun dan menangis keras karena hidungnya tersumbat.. sungguh kasihan aku melihatnya.. bahkan aku tidak bisa tidur lagi, takut jika tiba-tiba Ames sulit bernafas. Syukurlah terapi membuat Ames lebih baik dan sekarang paru-parunya sudah bersih.
Sampai 3 bulan ini, banyak kemajuan yang Ames lakukan, paling tidak aku yakin bahwa perkembangan motorik dan sensorik-nya berkembang baik. Bahkan dari buku “perkembangan satu tahun pertama” yang aku baca, menurutku kemampuan Ames lebih cepat 1 bulan dari kemampuan standar bayi seusianya.
Bulan pertama, dari tatapan matanya, seakan terlihat sudah mengerti dan mendengar jika diajak bicara. Matanya begitu fokus dan selalu melihat mata orang yang mengajaknya bicara. Senyuman-nya mulai terlihat pada minggu ke-4. Aduh pintarnya dia!!!
Bulan ke 2, Ames sudah sedikit “mengoceh”, tersenyum lebar, interaksinya jika diajak bicara atau bercanda sangat baik. Berat badan-nya di bulan ini naik 900 gram. Aku sangat bersyukur Ames berkembang pesat.
Bulan ke 3 ini, Ames makin lancar “mengoceh” dan senyumnya sudah menjadi tawa lebar yang mengemaskan, bahkan terkadang “ngakak”, dan sekarang Ames sudah pintar tidur miring sendiri kalau ingin menyusu-ku sambil bobo.. kata Eyangnya, kemarin Ames sudah bisa tengkurap sendiri, tapi mungkin masih kebetulan saja, karena kalau disuruh lagi, Ames masih bingung hehehe.. harus terus rajin distimulasi nih. Baru kemarin imunisasi lagi dan sekaligus timbang berat badan, naik 600 gram.. hmm kok gak banyak ya, atau karena ASI yang aku stok kurang untuknya? Tapi sejauh ini aku lihat dia sehat dan makin pintar maka aku tidak perlu terlalu kuatir. Kini aku harus berjuang meningkatkan volume ASI-ku agar “setoranku” setiap harinya bisa menambah stok ASI buat Ames.
Sejak Ames berumur 2 bulan, memasuki bulan ke 3, aku harus meninggalkan Ames untuk bekerja, dan memang tidak terlalu berat untuk meninggalkannya, karena Ames dijaga oleh Eyang Uti-nya. Saat minggu-minggu akhir menjelang aku masuk kerja, sudah kukenalkan Ames pada botol. Syukurlah Ames beradaptasi dengan baik, dia langsung pintar menyedot botol, sepintar menyusu dariku. ASI yang kuperas dan kumasukkan ke lemari es, kucoba berikan, dan senangnya Ames tetap dengan lancar meminum-nya. Aku beruntung, situasi kantor mendukungku dapat memeras ASI setiap saat. Maka jika pulang ke rumah, aku selalu bersemangat karena selalu membawa oleh-oleh ASI untuk Ames :)
Jika Ames sudah besar dan membaca cerita Bunda ini, selalu kau ingat ya Nak.. bahwa Bunda sayang sekali padamu. Dan nanti Bunda pasti juga ajari kamu main internet, Nak.. jadi kamu juga bisa membuka website yang sudah Bunda buatkan untukmu, http://renataworotikan.mytinybaby.com dan jika mau lebih lengkap melihat cerita Bunda sebelum dan setelah menikah dengan Ayah, berkunjung saja ke http://mariecruise.multiply.com :)
*Blog ini khusus di-dedikasikan untuk bayi kecilku, Ames, di 3 bulan pertama dalam hidupnya*
Ditampilkan sebanyak : 2114