Assalamualikum Wr.WB
Dari proses persalinan rafif....kami mendapat begitu banyak respon dan perhatian yang baik dan positif. Baik itu teman kantorku, teman kantor si bunda, tetangga di rumah, bahkan tetangga di lingkungan orangtuaku.
Subhannallah.....
Sungguh Allah memberi kami orang-orang yang baik di saat kami susah.
Memang perjalanan kelahiran rafif bukanlah hal yang mudah, banyak proses yang kadang bagi sebagian orang adalah hal yang lebih dari peristiwa biasa.
Dari kehamilan pertama, begitu banyak hal yang harus kami perjuangkan, dari goncangan2 saat hamil muda (perjalanan ke Jakarta), Tempat tinggal yang belum pasti (sebelum tinggal di PC, memang kami sempat tinggal di rumah mertua lalu ortuku...dan sempat terpikir untuk sewa rumah),
peristiwa kebakaran rumah ortuku dimana si bunda sempat shock juga bahkan diawal kami tingggal di rumah dinas pun dalam keadaan rumah yang kudu diperbaiki.....bahkan kembalinya mertua dari jakarta karena tidak menemukan kecocokan lokasi dan hal2 lain dalam masalah hubungan Rumah tangga.....
Sungguh Allah maha tahu apa yang terbaik untuk kami disaat ini,
dan kepergian Rafif adalah menjadi ketentuan yang telah Ia tetapkan kepada kami...
Namun diantara belasungkawa dan ungkapan simpatik dari orang-orang yang perhatian pada kami. Allah juga memberi gambaran bahwa manusia itu memang makhluk yang "spesial" dan komplit dengan keaneka ragaman pemikiran dan pendapat.....
Barangkali apa yang mereka katakan bukanlah hal yang salah, tetapi menurut saya juga bukan pendapat yang tepat disaat kondisi kami seperti ini
Pendapat 1 :
"Saya saja keguguran 6 kali dan baru dapat anak 1 ini dengan susah.....santai saja nanti paling dikasih lagi ko...toh masih muda" (Dokter A (wanita) - setelah persalinan)
Perkataan ini kalau dipikir dengan rasional memang tidak ada yang salah. Usia kami masih muda, saya 26 th (27 juni ini) sedangkan si bunda masih 24. Toh kami masih produktif.
Tetapi gaya bicara yang santai menunjukkan seolah-olah peristiwa mengandung lalu melahirkan adalah proses yang gampang, segampang membalik telapak tangan....
Padahal, di luar sana....bagitu banyak pasangan keluarga yang mendambakan anak namun belum juga diberi amanah buah hati oleh Allah....
Jadi menurut saya proses mendapat keturunan adalah proses yang istimewa dalam hidup kita, Apalagi ini dikatakan oleh seseorang yang TERLAMBAT DATANG saat persalinan. Dimana seharusnya dia mengerti bahwa persalinan itu susah, lah dia saja baru bisa dapat 1 anak dari 7x hamil....
Pendapat 2 :
" untung ya nen (nama istri saya) meninggalnya saat persalinan, jadi belum ada ikatan batin antara ibu dan anak.....beda loh kalau sudah menyusui...kan jauh lebih banyak rasa sayangnya" (Temen B (wanita) - 3 minggu setelah persalinan)
Waduh.....ini kok rasanya aneh ya?
Apalagi dikatakan oleh seorang wanita yang juga baru-baru ini juga menjadi seorang ibu....bahkan istri saya menjadi jengkel juga mendengarnya...yang untungnya disimpan dalam hati dan diiyakan saja perkataanya.
Kenapa???
Menurut saya.....ikatan batin seorang anak tehadap ibunya atau sebaliknya adalah ikatan yang paling kuat dan dalam diantara hubungan seorang manusia dengan manusia lainnya.
dan hal itu sudah ada sejak anak berada dalam kandungannya......
dan hal itu akan muncul sejak Allah meniupkan roh dalam janin di sekitar usia 4 bulan....
Maka kehilangan anak bagi ibu, sangatlah berat dibandingkan kehilangan hal lain di dunia ini.
Apalagi jika kita ingat tentang kasih sayang.....
"KAsih sayang ibu adalah sepanjang zaman......"
(Zaman???....tentu termasuk saat anak dalam kandungan kan???"
Pendapat 3
"Kematian si kecil adalah hukuman keluarga kamu, beda dengan anakku semuanya lahir dengan selamat" (Saudara sepupu Bunda C (Wanita) - 3 hari setelah persalinan)
Inliah komentar yang paling menyesakkan di dada....
bahkan kalimat ini dikatakan pada saat kondisi si bunda masih lemes di ruang perawatan....
Memang......si C ini ada masalah dengan si bunda...
entah kenapa dia selalu tidak suka, iri dan terkadang mendhalami si bunda....
Tapi saat itu si bunda tidak menceritakan apa2 kepada saya dia hanya tersenyum kepada si C, setelah si C pergi barulah bunda menceritakan kesedihannya itu.....
sungguh teganya......
padahal sesungguhnya dengan kepergian si kecil Allah telah menunjukkan kuasanya
"Tiada suatu bencana yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan dia tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya" (Qs : Al HAdid : 23)
Bahkan hal itu adalah ujian bagi kami
"Barangsiapa yang oleh Allah dikehendaki menjadi baik maka ia akan diuji oleh-Nya"
(Al hadits)
Bahkan bagi kami itu adalah karunia dan tabungan di akherat, sesuai dengan janji Allah SWT
"Barangsiapa Kuambil orang yang dicintainya di dunia tetap mengahrapkan ridha-Ku, niscaya aku akan menggantinya dengan surga" (Al hadits)
Bakan dikabarkan juga bahwa kami tetap sabar akan kepergian Rafif maka kelak di alam keabadian dia akan menjemput dan menolong kami dan kelak kami akan dibangunkan sebuah Baitul Hamd (istana Pujaan)
Sungguh Allah memberi kebaikan atas kami yang tidak Ia beri kepada setiap manusia.
IA telah memberi kami kepastian seorang anak shaleh yang dijamin masuk surga seperti yang kami inginkan
Lalu kenapa si C mencela kami?
Tidak tahukah ia bahwa anak juga merupakan ujian bagi orangtuanya, apalagi jika nantinya anak tersebut hanya akan menyusahkan kehidupannya di dunia?
Meminta pertanggungjawabanay di akherat???
Entah......
Kami hanya bisa berdoa:
Ya Allah hanya kepada Engkau kami memohon
Tegarkan hati kami atas segala ketentuanMu
Lapangankanlah dada kami yang penuh sesak
Berikanlah ke dalam jiwa kami
Sikap Prasangka baik terhadap orang-orang yang kau tetapkan sebagai ujian atas kami
Amin ya robbal aalamin
Semoga cerita ini dapat diambil hikmahnya...dan kami mohon maaf jika ada kesalahan yang tidak kami sengaja....
wassallam
dedy
Ditampilkan sebanyak : 1203