Mencoba untuk tidak memaksakan kehendak dan mencoba memahami keinginan anak, itulah yang coba aku lakukan.
Kira-kira empat bulan yang lalu aku sempat menawarkan kepada Helda untuk mencopot roda bantu di sepedanya. Ini kulakukan karena kelihatannya dia sudah cukup mahir bersepeda. Dari dua roda bantu itu satu dibuat lebih tinggi dan kelihatan roda itu sering menggantung. Tapi....ketika benar-benar di copot, Helda bilang masih takut dan nggak berani. Akhirnya....roda itu dipasang lagi oleh suamiku.
Tidak lama kemudian satu roda bantunya malah rusak…jadi mau nggak mau dicopot satu. Dan sejak itu Helda bersepeda dengan satu roda bantu. Beberapa orang sempat bilang kalau itu berbahaya, karena kalau mbelok seringkali lupa kalau roda bantunya cuma satu sisi, tapi alhamdulillah....Helda baik-baik saja.
Sekitar dua minggu kemarin…aku tawarin dia untuk melepas roda bantu yang tinggal satu itu, tapi Helda meminta waktu "nanti saja" begitu katanya. Minggu kemarin Helda menyatakan setuju melepas roda bantunya.
Dan….akhirnya kamis malam lalu (06 Des 2007) dilepas sudah roda bantu yang tinggal satu itu. Ternyata tak perlu waktu lama untuk beradaptasi. Sekali, dua kali, Helda masih tampak gamang dan kesulitan untuk memulai kayuhan. Tapi begitu kayuhan pertama berhasil ia lakukan dia bisa langsung bisa melaju dengan cepat. Setengah jam kemudian Helda sudah menikmati bersepeda roda dua dengan riangnya.
“Om…aku bisa roda dua….gak jatuh” begitu teriaknya girang pada tetanggaku. “Hey…aku bisa roda dua….” Begitu teriaknya pada teman-temannya yang sama-sama sedang bermain di jalan depan rumah kami malam itu. Tampaknya ……. Helda sangat gembira bisa bersepeda roda dua.
Suatu kegembiraan tersendiri menyaksikan kebahagian dan kemajuan yang diraih anak kita.
Ditampilkan sebanyak : 680