Kira-kira sudah dari dua bulan yang lalu, aku meminta ijin Helda untuk memotong rambutnya. Tapi…Helda selalu menolak. Dia pingin seperti Riris sepupunya yang berambut panjang. Seperti Cinderella atau Barbie yang berambut panjang.
Sebenarnya sich sebeh banget lihatnya, soalnya rambut Helda tuch dikit banget agak kemerahan pula. Belum lagi Helda paling malas di iket rambutnya. Jadi ya…gitu dech….panjang gak teratur.
“Da…dirapiin aza ya…biar agak bagus?” tawarku padanya.
Tetep kekeh ngak mau.
Bukan hanya aku yang memintanya, ayahnya juga, ….bahkan ada 2 Ibu dari temannya di TK juga menganjurkan untuk potong rambut. Tetep tidak mau. Biasanya dia selalu langsung pasang muka cemberut begitu dibilangin suruh potong rambut.
Hingga…pagi itu 1 Januari 2008.
Pagi itu aku nyuapin Helda di depan rumah. Helda makan sembari main dengan temannya. Beberapa kali aku iseng bilang ke Helda “rambutnya jangan ikut makan…” ketika rambutnya yang tergerai di pipinya mendekati mulut.
Usai makan dilanjutkan main game di komputer. Kami berganti memainkan game. Ketika giliranku main…tahu-tahu Helda berkata.
“Bunda…rambutku di gunting ya…” katanya.
“gunting aza ….” Jawabku pura-pura cuek.
Helda lalu mengambil gunting dan berlari ke kamar, sambil berdiri di depan kaca, dia gunting sendiri rambutnya. Setelah itu Helda berlari kearahku sambil membawa rambut yang telah tergunting.
“Wah…anak Bunda pandai potong rambut sendiri….”kataku.
“Sekarang giliran kamu main dan bunda rapiin rambutmu ya….” Kataku lagi.
Helda menurut.
Dan…akhirnya rambut Helda tercukur rapi tanpa dia merasa terpaksa.
Ditampilkan sebanyak : 929