Malam kemarin (24/3/08), menjelang tidur, sambil baring-baring berdua bersama Daffa, Bapak terlibat percakapan tentang cita-cita Daffa nanti.
Bapak : "Daffa, kalau besar mau jadi apa..?"
Daffa : "Daffa mau jadi pilot."
Cita-cita Daffa sebagai pilot ini kalau bapak tidak salah ingat tidak pernah berubah sejak Daffa mulai bisa ditanya apa cita-citanya, pokoknya sejak Daffa kecil. Mbahnya di Makassar juga heran karena cucunya yang lain biasanya cita-citanya berubah-ubah atau malah tidak jelas tapi kalau Daffa kok malah tetap.
Bapak : "Pilot itu apa?"
Daffa : "Itu...yang sopir pesawat terbang."
Bapak : "Oh...gitu...pilotnya...pilot pesawat apa?"
Daffa : "Pesawat Tempur."
Bapak : "Pesawat tempur itu yang gimana..?"
Daffa : "Itu....yang ujungnya lancip..."
Bapak : "Oh..bukan yang ujungnya bulat ya..?"
Daffa : "Bukan....kalau yang ujungnya bulat itu pesawat biasa."
Bapak : "Bapak Ibu boleh ikut pesawatnya?"
Daffa : "Boleh dong....nanti kalau bapak mau ke jawa ..Daffa antar. Kalau Ibu mau ke Padang..Daffa antar. Kalau Ungku sama tecu mau ke Padang Daffa antar."
Bapak : "Wah....terima kasih ya nak. Trus bapak duduk dimana..? Daffa duduk dimana..?"
Daffa : "BapakIbu duduk di depan , Ungku Oma duduk dibelakang , trus Daffa duduk dibelakang setir." Daffa lalu memperagakan gaya menyetirnya.
Asyik sekali kalau kami sudah bercakap-cakap seperti ini. Berbagai macam tema yang kami bicarakan, biasanya soal kegiatan Daffa pada hari itu. Kami berusaha membangkitkan minat Daffa untuk lebih banyak bercerita dan mengungkapkan buah pikirannya. Kali ini kebetulan adalah soal cita-citanya. Semoga dikabulkan ya nak.
http://daffa-tristan.blogspot.com/2008/03/cita-cita-daffa.html
Ditampilkan sebanyak : 799