Mungkin memang ada rasa sedih itu pada Nay setelah Bambang, teman bermainnya hampir selama 5 bulan ini, pindah rumah. Sudah 2 hari ini ‘cahaya’ Nay kayak ilang. Lemes, lentruk banget kalau pas pagi hari. Biasanya memang Bambang main ke rumah, kadang pas Nay masih tidur pun Bambang udah ngampiri.
Padahal kalau dipikir, hubungan pertemanan dua anak itu cukup diwarnai pertengkaran. Sering terjadi, lima menit ketawa-tawa, menit ke-6 mereka udah bertengkar, saling jerit dan saling nangis keras. Tapi 30 menit kemudian, saat ego mereka sudah mereda, mereka kembali berlarian, tertawa keras, dan asyik dalam dunia mereka sendiri. Mungkin memang seharusnya begitulah pertemanan di dunia kecil mereka. Cepat melupakan yang telah terjadi dan tidak ada dendam berkepanjangan.
Sakjane, kalau dipikir, sebagai ibu, aku nggak begitu seneng Nay bergaul dengan anak itu. Habisnya anaknya kucel, kemana-mana ga pernah pake sandal, jarang mandi, kayak ga keurus, omong juga ga jelas, sambil mecucu, plekuthuk-plekuthuk. Anak itu juga suka ngajak Nay main jauh, dan pernah kumarahi gara-gara itu. Bukan apa-apa, dua anak tiga tahun main sendiri kalau ada apa-apa bagaimana?
Tapi herannya Nay seneng sekali main dengan anak itu. Kemana-mana berdua, sampai-sampai ada tetangga yang bilang, pacarmu mana, Nay? kalau ngliat Nay cuma main sendirian, tanpa Bambang. Di kepala mungil Nay, mungkin dia mikir, Bambang itu lambang dunia anak2nya, lambang kebebasan bermainnya, lambang kebebasannya melakukan semua yang dilarang sama ibu dan abahnya, main tanah, main air, manjat-manjat, lari-lari, naik sepeda ngebut....
Ini percakapan kami pas kukabarin Bambang pindah.
‘Na, Bambang udah pindah lho.’
‘Pindah mana?’
‘Ke Ambarbinangun.’
‘Nana juga pindah ah!’
‘Pindah mana?’
“Emm mana ya???’
Hehe... Dari sini aku jadi bingung, tu anak sebenarnya udah ngerti arti perpisahan belum sih? Dari obrolan di atas, kayaknya belum, tapi dari sikap kayaknya kok nelangsa sekali...
Yang pasti, sekarang Bambang-nya sudah pergi, pindah rumah, tanpa pamit lagi.... Sekarang tugasku dan abahnya mengisi kekosongannya, mengisi rasa kehilangan temannya itu, menguatkannya, memberitahunya bahwa teman lainnya masih banyak...
Tapi tadi pagi pas kusuruh main sama Imel atau Eric, Nay cuma menggeleng, mungkin bagi Nay ga ada yang seasyik Bambang... Mungkin memang butuh waktu untuk menyesuaikan dengan ritme keseharian Nay seperti saat masih ada Bambang. Waktulah yang sekarang akan jadi ‘guru’ bagi Nay, waktu pulalah yang akan menghadirkan teman-teman lainnya bagi Nay...
Senyum ya, Nay...
So long, Mbang...
Ditampilkan sebanyak : 878