SITE STATUS
Jumlah Member :
253.413 member
user online :
1971 member
pageview's per day :
Over 100.000(!) page views
Kalkulator kesuburan
Masukan tanggal hari pertama bunda mengalami menstruasi

Blog -- Uji Tahap Penting Perkembangan Balita (diambil dari materi Seminar)



Blog posted by

Uji Tahap Penting Perkembangan Balita (diambil dari materi Seminar)


Blog posted on 04-08-2008
Mengenal & Mengukur Kecerdasan Balita
dr. Dwi Putro Widodo, Sp.A(K), Mmed.Paed

Banyak orang tua berharap bisa mengetahui sejak dini, apakah bayinya cerdas atau tidak.Tapi alat yang tersedia untuk mengukur kecerdasan bayi masih sedikit dan problematik.
Ukuran yang adapun hanya dapat digunakan oleh orang tertentu dan terlatih, seperti dokter atau psikolog, dan lain-lain.
Selain alat ukur yang sulit dan membutuhkan latihan dan waktu untuk menginterpretasi, tonggak perkembangan (milestone) kecerdasan pada bayi dan anak jarang disinggung
atau dibahas atau dikenal baik oleh kalangan medis atau paramedis, apalagi nonmedis.
Tidak seperti perkembangan motorik atau bicara yang telah dikenal kalangan nonmedis, baik diketahui dari majalah populer atau dari kunjungan ke dokter. Paling tidak, ada 2 alasan mengapa tonggak kecerdasan sulit dimengerti. Pertama, karena kemampuan kecerdasan pada anak besar dan orang dewasa tidak terdapat pada bayi dan anak kecil, seperti memecahkan masalah abstrak. Selain itu, mengukur kemampuan kecerdasan bayi dan anak, hanya dapat diketahui dengan melakukan observasi dari apa yang dilakukannya. Perkembangan kecerdasan sangat dipengaruhi oleh kematangan fisiologis. Seorang anak dapat melakukan koordinasi gerakan tangan, kaki maupun kepala secara sadar, setelah sel-sel saraf otaknya maupun organ-organ lainnya berkembang secara memadai. Artinya, kemampuan kecerdasan harus diiringi dengan maturasi susunan sarafnya. Dengan bertambahnya usia dan pengalaman yang didapat melalui interaksi dengan lingkungannya, jaringan saraf tersebut akan berkembang semakin kompleks dan padat.
Kompleksitas sistem saraf otak ini dapat menunjukkan perkembangan kemampuan intelektual seseorang individu semakin baik. Prinsip Dasar Perkembangan Kecerdasan
Terdapat prinsip dasar perkembangan kecerdasan yang dialami oleh manusia yaitu (1) setiap tahap perkembangan kecerdasan dipengaruhi oleh tahap kecerdasan sebelumnya dan mempengaruhi tahap berikutnya, (2) tahap-tahap kecerdasan manusia bersifat universal, dan (3) setiap tahap perkembangan sebagai proses yang integratif.

Fungsi Kecerdasan
Kecerdasan seorang anak ditentukan oleh banyak faktor. Unsur keturunan atau genetik memang dapat membuat anak-anak menjadi cerdas atau kurang cerdas. Namun, ternyata hal ini tidak mutlak. Sebab, faktor lingkungan justru lebih banyak berpengaruh terhadap perkembangan otak mereka.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan, bahwa kita dapat membuat anak kita lebih cerdas dalam lingkungan rumah yang hangat dan merangsang. Bila anak kebetulan mewarisi
kemampuan rata-rata atau di atas rata-rata, suatu lingkungan yang penuh kasih dan cukup rangsangan, kemungkinan besar akan meningkatkan taraf kecerdasannya menjadi anak yang sangat cerdas atau superior. Sebaliknya, anak yang lahir dengan kemampuan superior tetapi tidak menerima rangsangan-rangsangan semasa kecilnya, tidak akan berkembang menjadi anak cerdas.
Telah diketahui bahwa stimulasi lingkungan yang baik akan menyebabkan penambahan ketebalan korteks (lapisan) otak, penambahan jumlah sinaps (penghubung) per neuron (sel saraf), dan penambahan pembuluh kapiler. Secara klinis, telah dibuktikan pula bahwa stimulasi lingkungan sejak masa prasekolah menyebabkan bertambah baiknya proses belajar, dan efek ini terbawa terus sampai masa anak usia sekolah. Selain pada anak normal, stimulasi serupa juga menunjukkan hasil pada anak dengan gangguan perkembangan yang menunjukkan kemajuan.

Perkembangan Kecerdasan
Kecerdasan intelektual (IQ) dalam populasi umum dikategorikan atas: genius (>140), sangat cerdas (130-139), cerdas (120-129), diatas normal (110-119), normal (90-109), dibawah normal (80-89), bodoh (70-79), debil (50-59), embecil (25-49), dan idiot (<24).
Konsep dasar kecerdasan (teori Piaget) mengemukakan bahwa ketika seorang anak berinteraksi dengan lingkungannya, ada sistem yang mengatur dari dalam diri anak tersebut yang cenderung menetap, yaitu skema kognitif dan adaptasi (asimilasi dan akomodasi), kemudian dipengaruhi faktor lingkungan. Proses asimilasi dan akomodasi terjadi bersamaan dan saling me!engkapi dalam pembentukan kognitif seseorang. Selain itu, ada urutan yang sama dalam perkembangan kecerdasan anak, tetapi ada perbedaan dalam waktu dalam mencapai tahap perkembangan kognitif tertentu.
Masing masing tahap ini dicirikan oleh struktur kognitif umum yang mempengaruhi semua pemikiran si anak. Masing masing tahap mewakili pemahaman sang anak tentang realitas
pada masa itu. Jadi, pekembangan dari satu tahap ke tahap yang lainnya disebabkan oleh akumulasi didalam pemahaman sang anak tentang lingkungannya.
Berdasarkan konsep dasar ini, tahap perkembangan kecerdasan dibagi menjadi tahap sensorimotor (0-2 tahun), pra-operasional (2-7 tahun), konkret operasional (7-11 tahun), dan formal operasional (>11 tahun). Dengan mengetahui tahap perkembangan kecerdasan ini, diharapkan orang tua dapat mengembangkan kemampuan kecerdasan anaknya dengan tepat, sesuai usia perkembangan kognitifnya.
Setiap anak selalu ada dalam salah satu stadium perkembangan. Stadium-stadium ini menentukan bagaimana cara anak menginterpretasi suatu tugas. Artinya, fungsi kognitif
pada umur yang berlainan, dapat dibedakan satu sama lain. Jadi, stadium yang berurutan tadi menunjukkan kemungkinan kognitif baru yang sebelumnya belum ada.
Tahap kecerdasan sensorimotor (0-2 tahun)
Pada periode ini kecerdasan anak diperlihatkan melalui aktivitas motoriknya untuk menemukan hubungan antara tubuhnya dan lingkungannya. Mengingat kemampuan sensoriknya telah berkembang, maka bayi belajar mengenal Iingkungannya melalui melihat, menyentuh, mendengar, dan mengisap. Jadi, manifestasi kecerdasan awal ini diketahui dari persepsi sensorik dan aktivitas motoriknya.
Beberapa subtahap dalam tahapan kecerdasan sensorimotor yaitu:
1. Aktivitas refleks (0-1 bulan)
Inilah kecerdasan' promitif, dimana bayi belajar melalui gerakan refleksnya (mengisap selimut, alat permainan seperti mengisap puting) dan menyesuaikan gerakannya dengan objek baru
2. Reaksi sirkuler pertama (1-4 bulan)
Pergerakan sistem sensori mulai diselaraskan dengan pandangan dan gerak tangan. Bayi akan mengulangi tingkah lakunya apabila yang dilakukannya menyenangkan.
3. Reaksi sirkuler kedua (4-8 bulan)
Bayi telah dapat melakukan tingkah laku baru, seperti mengambil barang lalu mengerakkannya. Dia juga bisa menanggapi benda di dalam tangannya. Contohnya, sengaja memasukkan barang mainan ke mulutnya dengan tujuan mengetahui atau mengenali barang tersebut.
4. Reaksi koordinasi (8-12 bulan)
Anak mulai menunjukkan tanda kecerdasannya. Mereka sudah mampu melakukan aksi untuk mencapai keinginannya. Contoh, bayi akan mengangkat bantal untuk mengambil mainannya yang disembunyikan. Bayi sudah mengetahui konsep sebab akibat. Misalnya,ketika menggoncangkan mainan akan berbunyi.
5. Reaksi sirkuler ketiga (12-18 bulan)
Di tahap ini, bayi memperlihatkan kemajuan yang pesat berhubungan dengan pemahaman konsep, dan telah mempunyai konsep yang kukuh tentang suatu benda. Bayi juga mampu
mengenal coba-salah tetapi dalam taraf yang mudah. Contohnya, anak akan mencoba pelbagai bunyi dan tingkah laku untuk mendapatkan perhatian.
6. Penggambaran pemikiran awal (18-2 tahun)
Anak mulai menggunakan simbol buat pertama kali. Dapat memahami aktivitas permainan dan fungsi simbol. Anak juga sudah mengetahui tentang perananya dan fungsi individu
dalam rurnah tangga.
Tahap Kecerdasan Pra-operasional (2-7 tahun)
Operasional artinya mempunyai kemampuan berpikir secara logika. Terdapat beberapa tanda perkembangan kecerdasan pada periode ini, yaitu:
1. Pada usia ini anak menjadi egosentris, sehingga berkesan pelit, karena ia tidak bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Sebagai contoh, bila ada 3 mobil, merah, putih dan biru berjajar, kemudian anak diminta menyebutkan urutan mobil tadi dari sudut pandang orang lain yang berdiri di seberang sebaliknya, maka anak akan menjawab dari sudut pandangnya sendiri.
2. Imitasi tertunda (meniru), yaitu kemampuan untuk meniru dari apa yang diketahui atau dilihat sehari sebelumnya. Ini merupakan petunjuk bahwa daya ingat (memori) anak berkembang baik. Sebagian besar anak mulai mempraktikkan ini pada usia sekitar 2 tahun. Jika di usia 3-4 tahun belum dapat melakukan proses meniru tertunda ini, bisa jadi dia mempunyai gangguan dalam perkembangan kecerdasannya.
3. Permainan simbolik, yaitu mampu berbuat pura-pura. Artinya, anak dapat menimbulkan situasi-situasi yang tidak langsung ada. Misalnya, kotak korek api disimbolkan , sebagai pesawat atau mobil. Berpikir simbolik diperlukan untuk perkembangan normal bicara, karena bicara merupakan petunjuk simbolik yang tinggi.
Permainan simbolik, penting dalam perkembangan kecerdasan anak, karena permainan ini merupakan cara mengekspresikan dirinya, pikirannya, ide, kecemasannya, dan lain lain,
sebelum dia mampu mengekspresikannya dengan kata-kata.
4. Mengambar, yaitu kemampuan mempresentasikan sesuatu melalui gambar yang juga merupakan petunjuk bahwa anak belajar berkomunikasi dengan simbol. Semakin anak besar, semakin baik gambaran yang di ungkapkannya.
5. Berpikir sentralis, yaitu bila anak dihadapkan dengan situasi yang banyak pilihan, maka dia akan memusatkan perhatiannya hanya pada satu pilihan saja dan mengabaikan
pilihan lainnya. Misalnya, anak akan memilih gelas tinggi ramping daripada gelas pendek lebar, meskipun isinya sama.
6. Perkembangan bicara. Bicara merupakan petunjuk perkembangan kecerdasan yang baik. Pada usia 2 tahun, anak sudah menggunakan satu kata simbolik untuk mengambarkan sebuah benda. Kemampuan bicara pada periode ini sangat penting untuk mengekspresikan pola pemikirannya yang makin kompieks, selain juga penting untuk berkomunikasi dengan lingkungannya.
7. Berpikir tidak dapat dibalik (ireversibel). Anak belum mampu meniadakan suatu tindakan dengan memikirkan tindakan tersebut dari arah yang sebaliknya. Misalnya, Agus punya saudara Ani, dan Agus tidak mengerti bahwa Ani juga mempunyai saudara Agus bila ditanya apakah Ani punya saudara.

Curriculum Vitae
01
Nama : dr. Dwi Putro Widodo Sp.A(K) M.Med.
Pendidikan S1 : Dokter Umum FKUI, tahun 1983
Pendidikan Spesialis : Dokter Spesialis Anak FKUI, tahun 1992
Dokter Spesialis Konsultan Neurologi Anak, tahun 1998
Pendidikan Tambahan:
1996 – 1998 : Gelar Master Kedokteran di Clinical Neuro
Science, Universitas Melbourne, Australia.
1998 : Pendidikan singkat di Clinical Neurophysiology,
Royal Children Hospital, Melbourne, Australia
Pekerjaan : Staf pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM
Jakarta
Jabatan : Ketua Kelompok Kerja Neurologi Anak PP - IDAI Pusat.

Semua Anak Itu Hebat
Nessi Purnomo

Pendahuluan
Anak itu berharga

Saya yakin Anda setuju dengan saya, bahwa bagi setiap orang tua, anak adalah berharga.
Anak adalah anugerah yang luar biasa dari Allah. Anak adalah harta yang tidak ternilai harganya. Mengapa demikian? Karena anak adalah buah cinta orang tuanya. Karena kita percaya bahwa sebuah perkawinan akan menjadi lebih baik dengan hadirnya anak-anak.
Dan, bukankah dengan adanya anak-anak, sebuah keluarga baru terbentuk? Itu sebabnya, mengapa kehadiran anak biasanya disambut dengan penuh suka cita oleh orang tuanya.
Saya mengajak Anda semua untuk mengingat-ingat masa sebelum anak-anak Anda hadir. Bukankah Anda pernah berdoa memohon agar pernikahan Anda dikaruniai dengan anak-anak yang baik, sehat, pintar, hebat?
Ketika Anda tahu Anda hamil, masih ingatkah bagaimana reaksi Anda saat itu? Bahagia? Senang? Bersemangat? Bersyukur? Kemungkinan terbesar adalah kita merasa begitu senang karenanya. Dan, bukan tidak mungkin ada doa-doa yang kita panjatkan kepada Tuhan untuk si jabang bayi bukan? Kita ingin agar anak kita menjadi seorang anak perempuan, atau anak lelaki sesuatu dengan preferensi kita. Kita mendoakan agar anak kita sehat, cakep, keren, pintar, sempurna. Nah, saat itu sebetulnya kita memesan anak kepada Tuhan.
Lalu apa yang terjadi ketika sang anak lahir? Mungkin sebagian besar dari kita menjadi begitu senangnya sampai tidak lagi peduli dengan pesanan kita sebelumnya. Ada yang
pokoknya menerima saja sang anak. Ada sebagian dari kita yang terkaget-kaget. Ada yang mungkin merasa kecewa. Mengapa? Karena, apa yang ada di bayangan kita tentang
anak idaman belum tentu sepenuhnya sesuai dengan anak yang hadir di depan mata.
Apakah Tuhan salah memenuhi pesanan kita? Percayalah, Tuhan tidak main-main untuk hal sepenting seorang anak, ketika menyerahkannya kepada kita. Sehingga, saya percaya, Tuhan tidak pernah salah kirim. Dan, karena setiap anak dikirmkan langsung dari surga oleh Tuhan sendiri, percayalah, semua anak itu istimewa dan luar biasa berharganya. Karena setiap anak adalah berharga, saya yakin setiap orang tua mengidamkan masa depan yang sangat baik bagi anak-anaknya. Siapa sih, yang tidak ingin berhasil dalam menjalankan perannya sebagai orang tua? Siapa yang tidak ingin anak-anaknya tumbuh
sebagai anak yang sehat, pintar dan hebat? Untuk itu, biasanya setiap orang tua akan mengupayakan secara maksimal, dengan sekuat tenaga untuk bisa memenuhi segala harapan luhurnya bagi anak.
Setiap anak bisa jadi anak hebat!
Kata-kata serupa mungkin sering Anda dengar. Anda pun jadi bertanya-tanya, "Apa ya betul, sih? Jangan-jangan ini hanya jualan mimpi." Percayalah, semua anak bisa menjadi anak yang hebat. Betulkah? YA! Apa maksudnya? Sebelum Anda jadi hanyut dalam mimpi tentang anak hebat, sebetulnya yang harus dikritisi adalah apa sih, definisi dari anak hebat itu?. Untuk itu setiap orang tua harus betul-betul mengenal anaknya dengan sangat baik. Mengapa? Karena setiap anak, sama halnya dengan setiap individu, adalah unik.
Tidak ada satupun pribadi yang sama dengan pribadi lainnya. Demikian juga halnya dengan anak-anak kita.
Nah, yang tak jarang terjadi adalah dalam menerapkan harapan luhur kita kepada anak-anak kita. Tanpa sadar, kita mengubahnya menjadi ambisi pribadi. Kemudian kita mulai
menerapkan konsep hebat "versi kita", lalu berusaha mewujudkannya kepada anak, tanpa secara sungguh-sungguh mengenal anak kita, bagaimana sifat anak kita, karakteristik
yang dimilikinya, kekuatan dan kelemahannya, harapan dan impian anak, ketakutan serta kecemasannya. Akibatnya, bukan tidak mungkin kita lalu memasang standar yang tidak
realistis bagi anak. Kemudian membandingkan anak kita dengan anak lain demi kepentingan ego kita sebagai orangtua, bukan demi kepentingan si anak. Kalau sudah begini, anak kita malahan bisa menjadi bukan anak hebat dong....
Apa yang dimaksud dengan anak hebat?
Bicara tentang anak hebat, setiap orang pasti mempunyai definisi sendiri-sendiri. Tetapi saya mencoba merumuskan anak hebat sebagai anak yang dengan segala kapasitas maupun potensi yang ada pada dirinya mampu mengembangkannya sebaik mungkin, sehingga ia tumbuh sebagai anak yang sehat, mandiri, tahan banting, pintar dan gembira. Sehingga, ia mampu tumbuh sebagai dirir.ya yang sejati dengan sepenuh-penuhnya. Hal ini membuat, meskipun di satu aspek anak terkesan tampil sebagai anak yang biasa-biasa aja, tetapi ia bisa tetap menonjol di aspek yang lainnya.
Salah satu klien saya adalah seorang anak perempuan. Saat ini ia sudah berusia 8 tahun. Sekilas ia tampak seperti halnya anak-anak perempuan lain seusianya. Nilai-nilai
pelajarannya sebetulnya juga biasa-biasa saja. Tetapi, ia sangat jago bermain piano. Tidak hanya memainkan lagu-lagu yang diajarkan kepadanya, melainkan berimprovisasi serta
menciptakan lagu-lagu baru. Tentunya lagu anak-anak.
Seorang klien lain, seorang anak lelaki 5 tahun. Dia sangat mahir menggambar komik dan membuat cerita yang sangat lucu dengan komiknya itu. Anak lain pandai sekali membuat
lagu-lagu dan menyanyikannya. Anak yang lain lagi, sangat mandiri untuk anak seusianya. la bisa mengurus dirinya sendiri, bahkan menolong ibunya untuk mengerjakan tugas-tugas yang sederhana di rumah. Anak lain sangat pandai bergaul dengan orang-orang, membuat orang jatuh hati dan tertawa bersama dia. Ada seorang anak lelaki sekitar 6
tahun, yang jago sekali mengingat angka, seperti nomor telepon, nomor handphone. Tetapi, nilai untuk pelajaran matematikannya biasa-biasa saja. Karena, angka memang
belum tentu relevan dengan pelajaran di sekolah bukan? Nah, dengan demikian, dengan keistimewaannya sendiri-sendiri bukankah setiap anak ini hebat?
Jadi, semestinya kita bisa sepakat anak hebat tidak selalu indentik dengan anak dengan nilai pelajaran super di sekolah. Atau, anak hebat adalah anak yang seolah-olah harus
lebih unggul dalam semua hal dibandingkan anak-anak lain. Atau, harus pernah menjadi juara dalam suatu perlombaan tertentu. Kalau begitu, maka setiap anak bisa jadi anak
hebat, termasuk anak kita, bukan?
Nah, siapa anak hebat itu adalah anak yang mampu mengembangkan akalnya. Untuk mampu mengerjakan sesuatu dibutuhkan kecerdasan. Kecerdasan adalah modal dasar, potensi yang kita miliki. Akal merupakan manifestasi dari kemampuan untuk mengolah,mengemas dan menggunakan kecerdasan yang dimiliki dalam menjawab lingkungannya, dalam merespons lingkungannya.
Untuk mudahnya, saya akan menjabarkan penjelasan saya tentang akal ke dalam lima unsur. Kita sebut saja sebagai 5 akal, yaitu:
1. Pintar
Anak pintar adalah anak yang tahu banyak hal, punya rasa ingin tahu tinggi, senang belajar.
2. Aktif
Anak aktif adalah anak yang lincah, bergerak dengan bebas dan lentur, namun tetap terarah.
3. Teliti
Anak teliti adalah anak yang cermat, mengamati, memperhatikan detil, dan mampu membedakan satu dengan yang lain.
4. Kreatif
Anak kreatif adalah anak yang idenya banyak, senang menciptakan hal-hal baru dan unik dari berbagai hal yang ada di sekitarnya.
5. Kritis
Anak kritis adalah anak yang waspada dengan segala sesuatu yang ada di sekitarnya, dan mampu memberikan penilaiannya.
Meskipun saya memberikan penjelasan secara terpisah, satu per satu, perlu diketahui bahwa setiap unsur ini saling terkait satu sama lain, tidak terpisahkan sifatnya, dan ada
sepenuhnya pada setiap anak. Yang berbeda adalah proses dalam operasionalisasi masing-masing unsur tersebut. Ada yang yang sangat lancar di salah satu unsur, tetapi
tersendat atau lamban di unsur yang lainnya. Ada yang semuanya lancar-lancar saja, sehingga anak tampak sangat menonjol, cerdas, dan hebat. Ada yang kesannya lamban
pada satu masa perkembangan, dan menjadi lancar di fase berikutnya. Ada yang tampaknya sangat lancar dalam sebuah kegiatan tertentu, tetapi lamban dalam kegiatan yang lain. Mengapa hal ini bisa terjadi adalah karena bagaimanapun, setiap anak itu unik dengan karakteristiknya masing-masing. Yang perlu dilakukan orang tua adalah memahami karakteristik anak, kapasitas akal anak, dan menemukan cara yang paling
tepat untuk memberikan stimulasi yang tepat bagi anak.
Peran orang tua Bagi anak, orang tua adalah figur yang paling penting untuk belajar. Mengapa? Karena bagi anak, orang tua adalah contoh hidup, contoh yang pertama dan contoh utama kepada siapa anak belajar tentang kehidupan dan bagaimana harus merespons. Bagi anak, orang tua adalah guru paling utama dalam hidupnya.
Apa yang perlu dilakukan orang tua?
Pertama, orang tua perlu memahami siapa dirinya. Karena, anak belajar bukan dari apa yang diberikan kepadanya oleh sang guru tersebut, tetapi dari bagaimana sang guru
melakukannya. Dalam hal ini, mustahil orang tua akan mampu memahami kebutuhan, perasaan, dan perilaku anaknya, jika ia sendiri tidak cukup mampu memahami dirinya.
Anak akan berkembang sangat baik jika orang tua mampu berperan sebagai guru yang menyadari kekuatan dan kelemahannya, mampu mengoptimalkan akalnya secara baik.
Kedua, tentu orang tua perlu membangun keyakinan diri dulu akan anaknya, bahwa anaknya bisa menjadi anak yang hebat. Orang tua yang tidak yakin akan anaknya, biasanya tidak akan mau menanggung segala kerepotan untuk mengupayakan segala hal yang dibutuhkan bagi anaknya. Bukan tidak mungkin orang tua malahan akan menganggap segala upaya untuk anaknya adalah percuma.
Ketiga, orang tua perlu membangun sikap realistis dalam membangun konsep anak hebat bagi dirinya dan bagi anaknya. Agar bisa membangun konsep anak hebat yang realistis, orang tua perlu secara sungguh-sungguh mencintai dan mengenal anaknya. Ketiga hal tersebut merupakan prasyarat yang dibutuhkan dalam mempersiapkan anak dengan sebaik-baiknya untuk kehidupannya di masa depan. Dan yang harus dilakukan oleh orang tua adalah mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak sejak usia sedini mungkin.
Keempat. orang tua harus terlibat secara penuh dalam mendampingi pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Apalagi anak belajar dari apa yang ia lihat, dengar, rasakan, alami dan ia lakukan. Alangkah baiknya jika proses belajar itu ia alami bersama orang mengapa harus sejak usia sedini mungkin? Karena setiap tahapan perkembangan merupakan pijakan untuk masuk ke tahapan perkembangan selanjutnya. Artinya, kegagalan di sebuah tahapan perkembangan akan mempengaruhi kualitas perkembangan anak serta kesiapan anak untuk tahapan perkembangan selanjutnya. Di setiap tahapan perkembangan ada serangkaian tugas-tugas perkembangan yang harus bisa dipenuhi oleh anak. Jika anak mampu memenuhi tugas-tugas tersebut, ia akan siap masuk ke tugas perkembangan selanjutnya, menjadi lebih mandiri dan gembira dengan dirinya.
Dalam hal ini orang tua perlu paham betul apa saja sih, yang dituntut untuk bisa dipenuhi anak dalam setiap tahapan perkembangannya? Hal ini penting, karena stimulasi, rangsangan yang diberikan kepada anak harus melibatkan seluruh aspek pertumbuhan dan perkembangannya secara menyeluruh. Secara garis besar, aspek perkembangan tersebut meliputi aspek fisik, motorik -baik motorik kasar dan motorik halus, kognitif dan bahasa, sosial dan emosional. Semua kebutuhan rangsangan, stimulasi untuk seluruh aspek perkembangan tadi harus bisa dipenuhi secara balk oleh orang tua kepada anaknya.
Kegiatan apa yang bisa kita berikan sebagai stimulasi yang optimal bagi anak?
Mungkin banyak dari kita yang berpikir bahwa pendidikan itu mahal, karena kegiatan, stimulasi, dan sarana yang diperlukan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Apalagi,
semakin baik yang kita inginkan untuk anak, pasti memerlukan sejumlah investasi finansial yang tidak sedikit. Padahal, sebetulnya kita tidak perlu terlalu tergantung pada alat,
mainan, maupun kegiatan yang mahal-mahal. Mengapa? Karena sesungguhnya ada begitu banyak alat dan kegiatan yang sederhana, mudah dan murah, serta sudah tersedia di sekitar kita. Yang dibutuhkan adalah kemauan dan upaya orang tua untuk menyediakan waktunya untuk terlibat dengan anak dan mengerahkan seluruh akalnya. Melalui berbagai kegiatan sehari-hari yang tampaknya biasa pun, sebetulnya seluruh unsur dari 5 akal serta seluruh aspek perkembangan anak bisa dioptimalkan secara baik. Tentu saja kita tetap harus bijaksana dalam memilih kegiatan dan perlengkapan yang digunakan agar betul-betul sesuai dengan tahapan perkembangan anak.
Sebagai contoh, kegiatan menyapu rumah. Kegiatan ini bisa dilakukan bersama anak baik anak lelaki maupun anak perempuan, sejak usia 3 tahun. Kepada anak bisa diberikan sapu kecil dengan tongkat yang ringan. Melalui kegiatan ini, anak mengembangkan 5 akal sebagai berikut:
1. Pintar: anak tahu bahwa rumah harus dibersihkan, bahwa kebersihan itu penting, dan menyapu adalah salah satu kegiatan bersih-bersih.
2. Aktif: anak aktif melakukan aktivitas menyapu, gerakan motoriknya terarah dan terkendali.
3. Teliti: anak belajar untuk menyapu dengan bersih, dan awas terhadap kotoran yang disapunya.
4. Kreatif: anak mungkin menemukan cara menyapu yang lebih baik dari ibunya, atau alat lain yang bisa digunakan sebagai sapu.
5. Kritis: anak waspada terhadap nilai kebersihan dan bagaimana kegiatan ini merupakan kegiatan yang membantu ibunya.
Bagaimana dengan aspek perkembangan yang dikembangkan melalui kegiatan ini?
Tentu saja seluruh aspek fisik, motorik, kognisi & bahasa, sosial & emosional juga ikut dikembangkan. Terutama jika sambil melakukan kegiatan ini, antara anak dan orang tuanya bisa saling berinteraksi, ngobrol dan berdiskusi. Bayangkan betapa banyak manfaat yang bisa diperoleh hanya dari sebuah kegiatan yang tampaknya sederhana.

Penutup
Terlepas dari berbagai teori, konsep maupun sarana yang dipilih orang tua untuk mengoptimalkan perkembangan anaknya, sebetulnya orang tualah yang idealnya paling mengenal anaknya. Untuk semuanya itu dibutuhkan sebuah hati yang mencintai anak dengan sepenuh-penuhnya, akal budi dan keterlibatan dengan anak untuk membantu anak agar mampu berkembang sebagai pribadi yang utuh dan anak yang hebat.

Daftar Pustaka:
• S.C.Utami Munandar, 1985, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah,
Penerbit PT. Gramedia, Jakarta.
• Dr. Mirriam Stoppard, 1991. Test Your Child : How to discover and enhance your
child's true potential, Dorling Kinderley Book.
• Dr. Richard C. Woolfson, 2002, Understand and Stimulate Your Child's Development,
Barron's Book.
• Stevanne Auerbach, Ph.D. 2004, Smart Play Smart Toys. BIP
• Lisa R. Church. 1998. Everyday Creative Play : Simple Fun Things You Can Do to Help
Your Young Child Learn. Fairview Press. Minneapolis.
• Jane M. Healy, Ph.D, 1987, Your Child's Growing Mind : Brain Development and
Learning From Birth to Adolescence. Broadway Book, New York.


Ditampilkan sebanyak : 1727

Comment by:
bunda,minta izin untuk mengcopy ya..saya cantumkan sumbernya...terima kasih
Dikirim : 2010-03-18

ni topik seminarnya vanny ya..hehehe lo blm sempet kirim ya van ke aq tapi ya wis udah baca disini hehhehe
Dikirim : 2008-08-07

Comment by:
bagus bunda . makacih ya
Dikirim : 2008-08-06

Comment by:
bagus bunda . makacih ya
Dikirim : 2008-08-06

Comment by:
thanks atas infonya
Dikirim : 2008-08-06

Comment by:
makasih bgt ya bun... dapet tambahan ilmu gratis ni...:)
Dikirim : 2008-08-06

Comment by:
wuihhh...komplit..jadi tambah pengetahuan neh bun...tengkiyu ya.materi seminarnya dah dibagi2...
Dikirim : 2008-08-05

Comment by:
popiiiiiiiiiiiiii materi seminar gueeeeee.... hihihiihhihihiih
Dikirim : 2008-08-05

Comment by:
sip lah.................
Dikirim : 2008-08-05

Comment by:
Hidup OLIVEEEEE
Dikirim : 2008-08-05

Tolong beritahu kami apa pendapat Anda tentang blog ini


Jika Anda tidak melihat kotak komentar silahkan refresh halaman
 
bunda_atan's blog :