Aku seorang ibu muda (21 thn), ibu rumah tangga dengan 1 orang anak. Kami sudah menikah hampir dua tahun, masih sangat muda usia pernikahan kami. Aku memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan dan ikut suamiku yang bertugas di luar kota, berharap hubungan kami semakin dekat berhubung perkenalan kami sebelum menikah sangat singkat, bagi kami pacaran saat sudah menikah mungkin akan terasa lebih asyik.
Suamiku Rully, menurutku dia seorang pria yang romantis. Selama kami dekat sebelum memutuskan menikah, dia sangat perhatian, bahkan terlalu memanjakanku. Awalnya aku sedikit khawatir saat dia melamarku, karena mengingat dia pernah mengalami kisah cinta yang tragis sehingga pernikahannya saat itu batal dengan seorang perempuan bernama Sita. Namun berulang kali dia meyakinkan aku bahwa itu hanya kisah lalu tidak memberikan dampak apapun untuk hubungan kami ke depan.
Aku selalu berpikir pernikahan kami sangat bahagia, Apalgi aku dinyatakan hamil, Hanya butuh waktu dua minggu alhamdulillah aku hamil, Rully sangat memanjakan aku dengan kehamilan ini. aku selalu berpikir pernikahan kami baik-baik saja dan akan semakin mesra selanjutnya dengan hadirnya seorang bayi kecil di tengah-tengah kami.
Hingga suatu hari, tepatnya saat aku hamil 7 bulan, aku tak menyangka pagi itu menjadi awal kisah pilu hatiku. Suatu pagi sambil membaca majalah parenting, aku menerima telpon dari seorang wanita paruh baya, dia hanya meninggalkan pesan padaku tanpa sempat aku bertanya banyak tentang siapa wanita ini, aku hanya mengira-ngira saja mungkin usianya sama dengan ibuku.
/‘Tolong sampaikan ke Rully, kalau mama nyari Rully ya/…dia segera mengucapkan salam dan menutup telponnya dan membiarkan aku dalam diam dan bertanya-tanya dalam hati. /“siapa wanita ini mengapa dia mencari Rully….”/ dan sepertinya dia sudah sangat kenal dekat dengan Rully. Kusimpan tanyaku dalam hati sambil menunggu Rully pulang dari kantor.
Sepulang Rully dari kantor kusampaikan pesan itu padanya.
/‘siapa wanita tua itu tanyaku/ ,..sambil menyiapkan minuman hangat untuk nya.
Kulihat Rully agak mengerutkan jidatnya seperti sedang berfikir keras, senyumnya agak ditahan sehingga kelihatan sekali perubahan wajahnya, menunjukkkan dia kurang suka dengan pertanyaanku tadi. Mungkin terkesan aku sedang mengintrogasinya bahkan menuduhnya.
/“Wanita tua?? / Dia balik bertanya sambil mengambil gelas minuman yang sudah aku sediakan untuknya tadi, membiarkan aku menunggu jawabannya dan memintaku mengulangi lagi apa yang baru saja kutanyakan padanya.
/“Wanita tua itu menamai dirinya “Mama”, kamu tidak punya ibu selain “Ibu” toh?? / Aku menambahkan saja.
/“Oh, mungkin mama Sita” / jawabnya singkat sambil berlalu dari hadapanku seolah – olah itu bukan jawaban yang sangat mengejutkan bagiku. Kukejar dia hingga ke kamar dan berusaha menunjukkan ekspresi wajahku yang setengah kaget dengan jawabannya.
/“Rully,..Kenapa Mama Sita masih menghubungimu??...bukankah semua sudah berakhir?? / Tiba-tiba emosiku menjadi tinggi, terus terang aku sangat cemburu bila nama “Sita” disebut-sebut dalam kehidupan kami lagi setelah hampir 3 tahun dia hilang dari kehidupan Rully.
Rully memandangku penuh Tanya /“Hanya Silaturrahmi istriku sayang,..apa kau begitu cemburu padanya bahkan pada mama nya juga/…Rully balik menyerangku dengan pertanyaannya. Aku hanya terdiam mungkin benar aku terlalu cemburu pada Sita yang namanya sering disebut-sebut ibu mertuaku, Sita yang kelebihannya sering diungkit-ungkit mertuaku depanku, Sita yang wajahnya cantik seperti kembarannya Dessy Ratnasari, aku yakin wanita manapun akan cemburu jika diperlakukan seperti itu. atau mungkin juga karena perubahan emosi selama kehamilanku ini. Ku tarik napas dalam-dalam mencoba menenangkan hatiku yang gundah dan cemburu.
/“Sudahlah sayang,..jaga kesehatanmu,ingat anak kita sebentar lagi lahir, tidak usah berfikir yang macam-macam/. Rully membelaiku lembut mencoba menenangkan perasaanku yang masih galau. Rully memang selalu tahu bagaimana membuat aku tenang dengan kata-katanya bahkan membuat aku tak pernah bisa marah padanya.
Kegelisahan itu berangsur-angsur mulai pudar, tidak ada perubahan yang signifikant pada Rully pasca telpon dari Mama Sita, dia masih suka membelaiku saat aku kelelahan, dia masih sering memelukku setiap malam. Aku yakin Rully sudah melupakannya dan mencintaiku sepenuhnya sebagai istri dan ibu dari anaknya.
5 bulan kemudian,..
Aku pikir kisah itu telah berlalu, Namun ternyata berlanjut setelah bayi kami lahir. Ibu mertuaku datang untuk melihat dan mengucapkan selamat untuk kelahiran Bidadari kecilku. Bahagia sekali rasanya saat melihat bayi kecil ada di pelukku, Namun kebahagiaan itu berkurang setelah ibu mertuaku memberitahu Sita bahwa anak kami telah lahir. Malah mertuaku juga sempat berseloroh yang menurutku tidak perlu diucapkan /”Wah, ga bisa besanan dong ama Sita, kan anaknya juga perempuan”/ telingaku terasa panas, saat namanya masih saja disebut-sebut di depanku. Aku hanya tersenyum hambar, mungkin mertuaku tahu aku tidak suka dengan guyonannya tadi.
Ibu mertuaku dulunya memang sangat dekat dengan Sita, bahkan mungkin sudah terlanjur sayang. Aku juga tidak bisa menyalahkannya dan memintanya merubah perasaan sayangnya itu. Namun Aku selalu bertekad bahwa aku juga bisa menyayangi ibu mertuaku lebih dari yang pernah Sita lakukan padanya dulu.
Namun dalam Kondisi yang benar-benar belum stabil pasca melahirkan, justru membuat logikaku kadang-kadang susah untuk diajak kompromi, /Siapa sih wanita itu, mengapa dia begitu penting di mata ibu Rully atau juga Rully sendiri/.. Terlintas juga pertanyaan seperti itu. Bukankah Sita meninggalkan Rully 3 tahun yang lalu mengapa bayangannya sulit sekali hilang dari keluarga besar Rully, Sita juga sudah berkeluarga, kalau alasannya untuk silaturrahmi mengapa harus menyakiti aku/?? Ataukah aku yang terlalu cemburu sehingga tidak bisa menerima kondisi ini.
Aku tidak pernah secemburu ini pada seorang wanita yang tidak pernah mengganggu hubungan kami secara langsung, Sita mungkin di sana baik-baik saja, jangankan menelpon suamiku, mengirim pesan saja dia tidak pernah. Namun mengapa dia begitu membuatku sesak, aku tidak tahu apakah karena alasan dia lebih baik dari segala hal dibandingkan aku, atau perasaanku yang berkata bahwa namanya masih tersimpan rapi di sudut hati Rully.
Aku memang pencemburu, Namun aku tidak pernah bertindak di luar kewajaran, seperti mengutak-atik handphone, dompet bahkan Facebook Rully, hingga di sabtu pagi saat Rully lupa membawa handphone GSMnya ke bengkel. Aku pikir aku harus memberitahunya, berarti aku harus menelpon ke nomernya yang lain. Saat mencari nomer di contact, aku hanya sedikit aneh dengan nama yang ditulis dengan angka “5174”, entah apa maksudnya yang pasti aku menjadi penasaran. Kutelusuri nomernya dan mencoba mencari mungkin masih ada pesan yang tertinggal. /“Yup,..masih ada sent item”….mataku terasa tak berkedip sedikitpun.
Sent Item 1
“Entah mengapa tiba-tiba aku Sangat merindukanmu, merindukan saat-saat kita bersama dulu, kau selalu tau bagaimana membuat aku bahagia”,..
Tiba-tiba jantungku berdebar kencang, mataku terasa berair, siapa lagi wanita ini, siapa yang sedang dirindukan Rully. Mungkinkah 5174 itu berarti SITA???,..hatiku semakin hancur membaca pesan-pesan yang lainnya. Ternyata Rully masih tetap menghubungi Sita tanpa sepengetahuanku.
Sent item 2
“Mengapa kau tak pernah membalas pesan-pesanku, kau sungguh membuatku kacau. Aku sungguh sedih jika ternyata kau berbahagia dengan suamimu, aku cemburu karena perasaanku padamu tak pernah berubah, aku masih tetap seperti dulu. Masih mencintaimu.
Sent item 3
“aku mencintai Ayu karena dia ibu dari anakku, Namun tak melebihi cintaku padamu yang tak mampu kuungkapkan dengan kata-kata apapun, mungkin seperti darah dalam tubuhku yang terus mengalir dan mengisi tiap organ-organ tubuhku”
Tubuhku lunglai, aku benar-benar merasa hampa. Perasaan gelisahku selama ini ternyata benar, aku mencoba menafikan ini semua, namun ini semua kenyataan. Rully masih mencintai Sita, bahkan masih sangat mencintainya. Sementara aku hanya pelampiasan kegundahan hatinya saat Sita pergi meninggalkannya dulu.
Oh Tuhan,..apa yang harus aku lakukan, hidup bersama laki-laki yang fisiknya bersamaku namun hati dan jiwanya pada wanita lain. Hatiku sakit sekali, sangat sangat sangat sakit. Perhatianku yang tulus, cintaku yang indah kalah oleh sebuah kenangan masalalu yang tak pernah mampu dia tinggalkan. Lalu mengapa Rully harus bersikap manis padaku, mengapa harus mengucapkan cinta padaku, jika ternyata itu hanya pelampiasan kekecewaan semata.
Oh Tuhan,.. aku hidup bersama laki-laki yang tidak normal, laki-laki yang tak mampu menerima kenyataan bahwa wanita itu sudah melupakannya. Mengapa dia menyakitiku begitu dalam?? Mengapa??,..
Setiap kali kuseka airmataku, setiap kali itu pula air mataku kembali bercucuran, dadaku terasa sesak, aku tak sanggup berkata apapun. Tak sabar rasanya kutunggu Rully pulang dari bengkel meminta dia menjelaskan semua hal ini padaku.
4 jam berlalu ---------
Mataku masih sembab saat Rully pulang. Kutaruh handphone Rully di tangannya, pesan itu masih terbuka jelas dan Rully mengerti maksudku, aku terus menatapnya tanpa sepatah katapun.
Kulihat Rully tak sanggup membalas tatapan penuh tanya dariku. Akhirnya aku tak tahan untuk menghujaninya dengan banyak pertanyaan.
/”Sampai kapan kau menyimpan perasaanmu padanya??/ sedikit bergetar aku memulai pembicaraan ini. Kucoba setenang mungkin, aku tak ingin marah-marah itu tidak baik untuk bayi kami.
Mengapa kau tak pernah bilang apa yang harus aku lakukan supaya Sita hilang dari hatimu?? Berulang kali aku bertanya bahagiakah kau bersamaku???mengapa kau harus berbohong jika kau belum bisa mencintaiku seperti kau mencintainya??Apa kau tau bagaimana hatiku saat ini??hancur,..sangat hancur...tangisku akhirnya pecah juga.
Kulihat Rully mendekatiku dan memelukku erat. Aku sungguh tak merasakan kehangatan apapun kecuali dingin yang menjalar tubuhku ketika kutahu dia tak begitu mencintaiku.
/”Mengapa kau masih mencintainya??Sita tak peduli padamu, dia tak membalas satupun pesanmu??Aku yang selalu peduli padamu, mencintaiku, menyayangimu, melahirkan anakmu, aku sungguh tulus,..jika aku cemburu karena aku sangat mencintaimu, tapi mengapa kau mencintai wanita yang tak peduli lagi padamu”/
Rully semakin erat memelukku,/”Maafkan aku,..”/ucapnya lirih di telingaku
/”Beri aku waktu untuk lebih mencintaimu”/, Rully memelas dalam ucapnya, terdengar sangat bersungguh-sungguh.
/”Aku janji tak akan menyakitimu begitu dalam lagi,..tidak akan,..”/ Rully berusaha meyakinkanku dan semakin erat memelukku. Entah mengapa itu semua terasa tak bermakna di hatiku, mungkin aku terlalu sakit. Kulepaskan tubuhku dari pelukannya.
/”Aku mohon besok antarkan aku dan si kecil ke rumah mamaku,..aku ingin tenang di sana”/ aku tahu pasti Rully kaget dengan permintaanku ini walaupun aku tak melihat ke arahnya sedikitpun. Aku tahu, aku bukan wanita yang sangat tegar dan sabar seperti wanita yang lain yang pernah mengalami hal yang sama denganku.
/”mengapa sayang,..mengapa harus pulang ke mama??”/ Rully mengguncangkan tubuhku.
/”Bukankah kau ingin aku berubah??”/ Rully terlihat heran, aku hanya meliriknya dan diam.
/”Tetaplah bersamaku, aku ingin setiap waktu kau melihat kesungguhanku untuk mencintaimu dan bayi kita. Selama ini aku memang membutakan apapun yang kau berikan padaku,..maafkan kekhilafanku, bukankah kita bisa memulai dari awal lagi??,..Rully memang selalu seperti itu, mampu membuat kekesalanku reda dengan kata-kata, namun tidak kali ini, yang terfikir olehku hanya ingin pulang sementara waktu ke rumah mama sampai aku benar-benar tenang.
/”Rully,..Aku juga butuh waktu untuk bisa memaafkan kekhilafanmu, aku juga ingin kau tau jika aku tak ada apakah kau merasakan rindu padaku, apakah kau membutuhkan aku, apakah kau merasa kehilangan aku lalu begitu mengharapkan aku di sampingmu kembali???,...Rully hanya diam, dia tak punya alasan untuk tidak mengantarkan aku ke rumah mama.
Malam ini aku tak mampu tertidur sedetikpun, begitu juga Rully yang menghabiskan waktunya di depan komputer semalaman. Besok kami berpisah sementara waktu, semua memang butuh waktu, butuh waktu untuk menunjukkan cinta, butuh waktu untuk memaafkan hingga tiada dendam, butuh waktu untuk melihat perubahan Rully dan perubahanku sendiri untuk menjadi lebih baik mendampingi Rully. Rasa cintaku untuk Rully sangat dalam dan aku masih selalu berharap kami mampu melewati dan memulai babak baru dalam hidup kami. Hanya ada aku, Rully dan bidadari kecilku,...amien
Sebuah curhat seorang sahabat,..Mudah2an Allah memberikan yg terbaik untuknya.
Ditampilkan sebanyak : 3044