Saya sudah tahu, kalau history dalam keluarga saya cenderung melahirkan lebih awal dari prediksi melahirkan.
Heidy adalah anak kami yang pertama, hal yang membuat saya begitu Pede bahwa kandungan kami tidak lemah adalah, waktu mengandung anak yang pertama justru saya sedang sibuk-sibuknya, bahkan sering pulang malam dan jalan kaki kehujanan, dan Alhadulillah melahirkan Normal.
Prematur, ya kata itu yang sampai sekarang menjadi kata yang mengerikan tetapi juga kata yang memberi semangat. Dua tahun lalu saya melahirkan anak kedua dan laki-laki dalam umur 6 bulan, dengan berat 1.7 Kg, Dengan berat seperti itu dokter mengatakan peluangya adalah 50:50. Sebagai orang tua tentu selama ada peluang akan berusaha apapun akan dilakukan untuk anaknya.
Kemudian Bayi (namanya Hervian) langsung dirawat di NICU, dengan bantuan peralatan medis yang terbaru teknologinya saat itu. Akhirnya setelah selama satu bulan dirawat, anaku meninggal dunia.
Sebagai sharing kepada Ibu saudaraku, ada beberapa catatan yang saya masih ingat sampai sekarang;
1. Saya merasa dokter yg menangani waktu itu terlalu sibuk (banyak pasien), sehingga penanganan sering dilakukan by Phone, pelaksana jadi perawat.
2. Selalu bilang bahwa alat-alat yg dimasukan ke bayi sering menyebabkan infeksi, sehingga seperti sudah ditebak bahwa tingkat tidak berhasilnya sebab infeksi.
3. Dengan waktu yang sibuk, susah untuk konsultasis secara detail apalagi tindakan selanjunya.
Premature, ya sayapun hamil lagi setelah konsultasi ke dokter kandungan, waktu Itu Suami saya menyarankan, semua kita ganti dokter, akhirnya kita sepakat, ganti dokter kandungan, ganti dokter anak, semua kami ganti dokter. Kenapa ? tentunya menghilangkan Trauma ditangani dokter yg sebelumnya.
Kami sudah berusaha menjaga sekuat kami, baik doa, mengurangi aktifitas, tetapi pada akhirnya Anak saya lahir Premature Juga, yang ini lahir 7 bulan 2 minggu, dengan berat 2.150 gram.
Seperti biasa, setiap saya melahirkan, suami saya selalu ikut mendampinginya, beliau tahu kelemahan saya, jadi tahu bagaimana supaya tetap kuat dan tidak pingsan.
Malah suami saya masih sempat merekam dengan Video kamera Handphone saat-saat melahirkan.
Kembali anak saya (Raynar) laki-laki drirawat di NICU, kami menangis, sebab teringat tempat yg dulu anak kami juga dirawat ditempat yang sama. Kami sudah pasrah...
Kondisi saat itu, anaku paru-parunya belum sempurna, sehingga perlu semacam survaktan (maaf kalo salah), pernapasan dibantu oksigen, sama seperti anakku yang ke dua.
kali ini perkembangannya sangat pesat, setiap hari ada saja berita positif dari Rumah Sakit, dokternya sangat rinci menjelaskannya, ternyata dengan dokter yang baru kami justru mendapatkan informasi yang update dan masih baru, bersyukur kami, dengan dokter yang tidak terlalu banyak pasien justru sangat intens mengobservasi terus anaku.
Pada minggu ke 3 akhirnya bayiku (raynar) sudah diperbolehkan pulang, dengan berat badan turun jadi 1.050 gram.
Hari demi hari kami terus berdoa dan melakukan kontrol yg harus kami lakukan, kami melakukan cek pendengaran, cek mata dan konsultasi gizi, sebab menurut dokter, bayi yang premature apalagi telah ada perlakuan oksigen, bisa mengakibatkan kelainan pada mata, bahkan bisa menjadi buta.
Masa-masa itu telah kami lewati, sekarang Raynar sudah 6 bulan, dengan berat 8.5 kg, panjang 67 cm, kami diberi amanat untuk menjaganya.
Pada masa-masa sulit dan menegangkan, Kami selalu berdiskusi dengan suami, tidak pernah saling menyalahkan itulah tekad kami.
Edit blog
Ditampilkan sebanyak : 3468