Saya Ratna, 28 tahun, menikah dengan suami saya Antok, Jum'at 22 Agustus 2003. Kami tinggal di Bali.Cukup lama kami menanti kehadiran buah hati dalam rumahtangga kami. Saat itu, suamiku masih berstatus mahasiswa sekaligus bekerja paruh waktu di sebuah kantor sejak sebelum kami menikah. Suamiku memiliki jam kerja 24 jam. Jadi dia bisa masuk kerja pagi hari jam 07.00, atau bahkan baru mulai bekerja pada malam hari jam 22.00.
Waktu terus berlalu.Tahun 2004, saya mendapatkan pekerjaan di sebuah instansi pemerintah. Dengan kata lain, saya menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil ( PNS ).
Hingga setahun usia pernikahan kami, tak juga hadir tangisan dan gelak tawa buah hati dalam ruamah kami. Tak berputus asa, kami berpikir mungkin Tuhan belum memberikan kepercayaan itu kepada kami.
Hari terus berganti. Desember 2006, saya hamil. Takjub rasanya mendapati kenyataan ini. Suami dan keluarga besar menyambut dengan bahagia. Akan tetapi, DIA mempunyai rencana yang lain untuk umatNYA ini.
25 Desember 2006, saya perdarahan dan kandungan harus dikuret. Tak ada yang bisa saya ungkapkan tentang perasaan saya saat itu. Suami terlihat sangat tabah. Inilah yang menguatkan saya untuk dapat melewati cobaan ini bersama - sama.
Waktu berganti ... rasa kehilangan telah tergantikan dengan hadirnya calon buah hati di rahim saya, bulan Februari 2008.
Sepenuh hati saya jaga dia. Saya rela mempertaruhkan apapun demi dia. Dokter menyarankan agar saya tidak terlalu capek dan senantiasa berpikir positif.
Alhamdulilah, kehamilan kedua ini sangat menyenangkan. Saya mengalami mual muntah hingga bulan ke-3. Setelahnya selera makan saya kembali lagi seperti saat sebelum hamil.
Pada bulan ke-6, melalui pemeriksaan USG, diketahui bahwa calon buah hati kami adalah laki - laki. Senangnya ... !!
Pada bulan ke-8 kami berbelanja pernak - pernik bayi seperlunya.
Deg - degan menanti kelahirannya adalah moment yang tak pernah saya lupakan.
Hingga hari yang bersejarah itu tiba .........
Rabu, 15 Oktober 2008 pukul 20.00 saya dan suami pergi ke UGD RS Pemerintah di dekat kediaman kami karena sejak pagi hingga sore hari, perut rasanya kencang, bahkan lebih kencang dari hari biasa.
Sampai di RS, di UGD Kebidanan dan Kandugan, di - cek oleh dokter jaga, ternyata saya sudah bukaan 1. Detak jantung janin dan frekuensi gerakannya pun normal.
Karena rumah saya dekat, dokter menyarankan agar saya pulang dan beristirahat karena diperkirakan bahwa proses kelahiran agak lama, mengingat ini adalah kelahiran pertama bagi saya. Dokter berasumsi supaya saya tidak stres, karena kelamaan menunggu dan menjalani proses persalinan di RS tersebut nantinya.
Kamipun pulang. Kebetulan malam itu suami mendapat jatah masuk kerja jam 22.00
Ya sudah, sepeninggal suami pergi bekerja, saya dirumah heboh menahan rasa sakit tiap kali kontraksi datang. Ohya, kami tinggal berdua saja, tanpa orangtua. Bisa dibayangkan, saya berjuang sendirian semalaman, menahan kontraksi.
Dari pukul 24.00 hingga 05.00 esok paginya, kontraksi datang semakin intens.
Pukul 06.00 ibu saya di Jogja yang sejak semalam telah saya kabari tentang kondisi saya, dengan tenang menyarankan untuk mandi terlebih dahulu.
Ketenangan beliau menjadikan kekuatan tersendiri untuk saya.
Selesai mandi beliau menelepon, menyarankan lagi supaya saya sarapan, agar saya memiliki kekuatan manghadapi persalinan.
Sekira pukul 07.00, suami pulang dan langsung mengajak saya ke UGD tempat saya memeriksakan diri tadi malam.
Sesampai di sana, ternyata masih dokter jaga yang tadi malam, langsung mengecek kondisi saya yang ternyata sudah pembukaan 4.
Dokter itu tersenyum ramah pada saya dan berkata, " Ibu sudah bukaan 4. Sekarang mari ke ruang bersalin. Sama - sama kita berdoa supaya segalanya dimudahkan .. "
Saya berjalan terhuyung - huyung menahan rasa sakit kontraksi, menuju ruang bersalin, ditemani suami.
Waktu terasa berhenti ketika saya berbaring di dalam ruang yang hanya bersekat tirai - tirai berwarna hijau daun itu.
Bumi serasa berhenti berputar ketika tak ada lagi yang bisa saya lafadz - kan, kecuali namaNya, nama Agung Sang Pemilik Semesta ini.
4 jam saya bergelut dengan seribu rasa sakit yang tak pernah bisa saya ungkapkan.
Akhirnya, Kamis 16 Oktober 2008 pukul 11.45, Tuhan mengulurkan tanganNya, menunjukkan kebesaran kuasaNya, dengan lahirnya putra kami.....
GAVIN ISLAMY NAYARA PERDANA.
Sebait nama yang kami sematkan untuknya. Gavin lahir secara normal, dengan berat badan 3,3 kg dan panjang 50 cm. Tangisannya kencang sekali saat itu.
Gavin, dalam bahasa Skotlandia berarti burung Elang Putih. Kami berdoa semoga kelak Gavin tumbuh menjadi pribadi setangguh elang, terbang mengembara .. dengan tatapan mata tajamnya yang penuh kewaspadaan, kami menumpahkan harapan sepenuh hati kepadanya....
Kini, Gavin sudah berusia satu tahun.
Kulitnya kuning langsat, matanya bulat, rambutnya ikal kecokelatan. Gampang tersenyum jika ada yang menggodanya ...
Ah, Gavin .. Gavin - ku, anugerah terindahku ....
Edit blog
Ditampilkan sebanyak : 876