**SEBELUM KAMU LAHIR**
Ada seorang lelaki keturunan India kelahiran Amerika bernama Gogol dengan nama keluarga Ganguli. Namanya tidak asing sebab diambil dari pengarang terkenal Rusia, Nikolai Gogol. Ayah Gogol, Ashoke Ganguli, seorang kandidat doktor di MIT, mengenal Nikolai Gogol dari kakeknya yang gemar membaca. Tapi bukan hanya karena suka maka ia menyematkan nama Gogol pada putra pertamanya. Tapi, ia merasa punya "hutang budi" pada Nikolai Gogol setelah selamat dalam sebuah kecelakaan kereta api ketika membaca novel "The Overcoat". Kecelakaan maut yang selalu membayangi sebagai trauma yang mengerikan.
Toh, tetap saja, pemberian nama Gogol adalah sebuah keterpaksaan. Sebenarnya, Ashoke hendak menuruti tradisi untuk meminta nama anaknya pada sang nenek yang nun jauh masih di India. Namun, apa daya, nama yang dipinta tak kunjung tiba. Padahal, bayi kecil pun langsung dihadang birokrasi. Dii Amerika, bayi tidak bisa dikeluarkan dari rumah sakit tanpa akta kelahiran.
Gogol memang bukan bayi yang lahir di masa kini, ketika komunikasi dengan penduduk ujung dunia bahkan ada di ibu jari. Gogol lahir hanya beberapa waktu sebelum Martin Luther King Jr mati dibunuh. Di masa itu, tentu saja, telepon masih barang mewah. Jadi, \'sekedar\' selarik nama harus ditulis pada secarik kertas lalu naik kapal laut atau kapal udara.
India - Amerika. Belum pernah Bunda menempuhnya. Tapi bisa Bunda bayangkan betapa jauhnya.
Gogol adalah nama yang dimaksudkan untuk sementara. Tapi mau tidak mau menjadi nama yang seterusnya. Sungguh suatu kemalangan, si nenek meninggal sebelum sempat mengirimkan nama. Istri Ashoke, namanya Ashima, tidak suka nama Gogol yang sama sekali tidak beraroma India. Tapi Ashima tidak bisa berbuat apa-apa. Nama Gogol pun terpaksa ditabalkan di semua dokumen identitas.
Bukan masalah bagi Gogol kecil yang lugu dan ceria. Namun, beranjak besar, ada rasa aneh yang menjalari kesadarannya. Gogol bukan nama yang lazim seperti teman-teman sekolahnya, teman-teman sepermainannya. Gogol adalah nama yang tidak biasa. Nama yang terasa aneh. Ia pun merasa asing dengan namanya. Sampai-sampai banyak masa hidup yang ia habiskan untuk gelisah karena masalah nama. Ia bahkan sempat mengubah namanya menjadi Nikhil sebelum kelak berdamai dengan nama Gogol, dengan dirinya.
***
Ada lagi seorang lelaki bernama Yunus. Dia adalah seorang yang lahir di Jawa dari bapak-ibu yang juga Jawa. Semula, ia bernama Rahadi yang berarti Darah Indah atau Keturunan Indah. Namun, bayi Rahadi sering sakit-sakitan. Lalu kakek-neneknya mengambil kesimpulan kalau sakit-penyakit itu berhubungan dengan namanya yang terlalu berat. “Rahadi nama terlalu berat untuk anak petani,” kata mereka. Maka, diselenggarakan sebuah acara sakral untuk penggantian nama. Nama Rahadi diganti dengan Yunus, yang konon adalah nama dari seorang paman-tua dari Kakek nun zaman moyang yang dapat hidup 13 windu.
Sama seperti Gogol, Yunus kecil juga nyaman-nyaman saja dengan namanya. Namun, kelak, setelah bisa membaca Alkitab dia mengerti bahwa Yunus adalah nama nabi pemberontak. Nabi sinting karena berani menolak perintah Tuhan untuk memusnahkan kota metropolitan Niniwe yang sarat dengan dosa. Yunus memilih kabur ke kota Tarsus dengan menumpang sebuah kapal. Namun Tuhan membuat badai untuk menggoncang kapal. Akhirnya ketahuan kalau Tuhannya Yunus yang menyebabkan badai besar itu. Yunus pun dibuang ke laut. Namun, atas kebaikan Tuhan, ia ditelan ikan besar sehingga selamat kemudian melaksanakan tugasnya. (Bayangkan bagaimana kalau hal itu terjadi sekarang ya? Seekor ikan buesar kandas di pantai dengan perut “mengandung” seorang manusia dewasa yang keluar dalam keadaan hidup…. Waw, pasti hueboh bin hueboooooh!!)
Yunus -yang bukan nabi- bertumbuh menjadi seorang pastor dengan nama baptis Yohanes. Jadilah Yunus Yohanes. Sebenarnya sih, setelah punya nama baptis, Yunus ingin dipanggil Yohan atau Hans. Sial, orang-orang tetap memanggilnya Yunus. Namun, setelah menjadi pastor, Yohanes Yunus bisa melihat Yunus sebagai nabi sinting tapi simpatik dan cerdas. Jadilah, ia bangga dengan nama Yunus. Happy ending.
Aha anakku. Gogol dan Yunus adalah sosok dalam dunia fiksi -meski bisa saja terinspirasi dari fakta. Cerita tentang Gogol dirangkai dengan indah dalam novel \'Makna Sebuah Nama\' oleh penulis India kelahiran Amerika bernama Jhumpa Lahiri. Salah satu pengarang yang sanggup mendedahkan detail cerita dengan begitu menawan. Sedangkan cerita tentang Yunus dituangkan dengan lucu dalam buku \'Pohon-pohon Sesawi\' oleh Romo YB Mangunwijaya. Rohaniwan-arsitek-pendidik
yang bunda kagumi.
***
Seorang legenda Inggris William Shakespeare begitu terkenal dengan sebuah kalimatnya : \'apalah arti sebuah nama?\'
Memang, dalam beberapa hal, nama seolah tidak lagi memiliki arti. Ketika hanya satu orang yang lahir atau mati, namanya sangat mungkin akan disebut secara lengkap sebagai data yang penting. Tapi, kalau sudah seribu atau sejuta orang lahir atau mati, nama tidak lagi lazim disebut satu persatu. Sejumlah itu hanya akan dirangkum dalam deret angka, mungkin untuk kepentingan statistika.
Biasanya, nama adalah doa dan harapan. Tapi, banyak contoh di mana perbuatan orang tidak sesuai dengan perbuatannya. Misalnya saja saja seseorang bernama Mulyana namun perbuatan dan sifatnya justru tengik, jauh dari kemuliaan. Atau seorang tua memberi nama anaknya Wicaksono dengan harapan kelak anaknya menjadi orang bijaksana. Namun, alih-alih bijaksana, saat dewasa Wicaksono justru menjadi orang yang tidak sabaran dan gegabah dalam bertindah. Kalau sudah begini, apanya yang salah ya?
Tapi, itulah nama.
Dia bisa menjadi sesuatu yang sederhana atau sebaliknya rumit. Tergantung bagaimana situasi, kondisi, atau cara kita menyikapi.
Apapun itu, sudah semestinya seseorang diberi nama. Bayangkan jika orang-orang tidak punya nama. Dengan jumlahnya yang miliaran itu, bagaimana kita memanggil masing-masingnya? Sementara, hewan, tumbuhan sebagai sesama mahluk hidup, bahkan pesawat, mobil, boneka sebagai benda mati pun sering diberi nama.
Maka, kami pun akan memberi kamu selarik nama. Nama yang punya makna sebagai sebuah pengingatan dan doa dan pengharapan untuk masa hidupmu kelak. Nama yang kami harap kamu suka memakainya. Sehingga kamu tidak perlu merasa asing bahkan kepengin menggantinya.
Tapi ah, ternyata untuk maksud itu, merangkai nama bukan perkara mudah. Apalagi sekarang, ketika begitu banyak buku atau sumber lain yang menyediakan begitu banyak alternatif nama bagi bayi. Ayah dan bunda diperhadapkan pada begitu banyak pilihan. Nama-nama dari berbagai bahasa, dengan berbagai makna sama-sama indah, sama-sama bagus, sama-sama menggoda.
Tapi kami harus memilihnya. Menjumput barang satu, dua, tiga. Untuk kemudian kami rangkai agar terdengar pas. Setidaknya pas menurut kami.
Sejauh ini kami biasa memanggilmu sebagai ALE. (Heiii, bukankah di bulan ini kamu sudah mulai bisa mendengar). Ale, Anak LElaki, setidaknya demikian menurut hasil USG. Dulu, ketika belum kami ketahui, perempuan atau laki-lakikah kamu, Bunda sudah berusaha mencari-cari nama. Anehnya, selalu terasa lebih mudah merangkai nama anak perempuan daripada laki-laki. Tapi, kalau kami yakin pada USG, kamu akan terlahir sebagai laki-laki. Maka, kami harus siapkan nama untuk laki-laki.
Rasanya sih, Bunda sudah menemukan sebuah nama yang terdiri dari tiga kata. Tapi agaknya, ayahmu belum setuju benar. Jadi, Bunda masih harus menunggu. Tidak elok jika Bunda memaksakan kehendak untuk sesuatu yang seharusnya diputuskan berdua.
**SETELAH KAMU LAHIR**
Inilah akhirnya : namamu adalah Amazea Ladika Evan. Tetapi kami tetap memanggilmu ALE. Sebab, bukankah kamu sudah terbiasa dengan panggilan ini. Lagipula, memanggilmu ALE membuat kita bertiga kompak sebagai keluarga inisial. Bunda punya inisial LSD, ayah punya inisial BJ, dan kamu ALE.
Amazea Ladika Evan. Satu nama dari tiga kata dengan arti berdiri sendiri-sendiri.
Amazea dari kata amazing dan zea. Amazing, sebab bagi kami, kamu adalah keajaiban. Apalagi, bagi bunda yang sempat tidak kepengin hamil. Zea, dari nama latin tanaman jagung Zea Mayz, sumbangan penting dari ayahmu yang bekerja di perusahaan benih jagung (dan padi).
Ladika, akronim dari Lahir di Tanah Karo. Kami hanya ingin menjadikan nama ini sebagai pengingat. Kami memang bukan kaum gipsy atau manusia rimba yang hidup nomaden. Tapi, faktanya, hampir separuh hidup sudah kami lalui dengan sering berpindah kota. Kelak, entah di mana kamu akan menjalani masa muda lalu menghabiskan masa tua. Tetapi di tanah inilah kamu dilahirkan. Juga ari-arimu ditanam.
Evan, sebuah nama Irlandia yang berarti pejuang atau pelindung. (Ah, Irlandia, Bunda pun belum pernah ke sana. Sebuah negeri yang nun jauh, tempat di mana salju bisa turun). Kami berharap, kelak kamu tidak menjadi seseorang yang cengeng dan gampang menyerah. Semoga kamu berjuang tidak hanya untuk kepentinganmu sendiri tapi juga kepentingan orang banyak.
Itulah makna namamu, Sayang.
Ditampilkan sebanyak : 3971