SITE STATUS
Jumlah Member :
253.413 member
user online :
2000 member
pageview's per day :
Over 100.000(!) page views
Kalkulator kesuburan
Masukan tanggal hari pertama bunda mengalami menstruasi

Blog -- SENSITIF DIKALA HAMIL



Blog posted by

SENSITIF DIKALA HAMIL


Blog posted on 07-03-2011
 JADI SENSITIF DI KALA HAMIL

Wajar, kok, kalau perilaku ibu hamil jadi terkesan aneh-aneh. Biang
keladinya tak lain adalah perubahan hormonal.

"Aduh... istriku uring-uringan terus sejak hamil. Ia jadi cemburuan. Aku
pulang sedikit terlambat saja, sudah ditanya macam-macam," keluh seorang
suami yang istrinya tengah mengandung 2 bulan.

Nah, para suami dimohon maklum jika istri yang tengah hamil jadi
berperilaku tidak biasa. Yang tadinya sabar jadi cepat naik darah, yang
tadinya rajin mendadak jadi malas, yang semula mandiri jadi manja, atau
yang biasanya selalu memperhatikan suami kini malah ingin lebih
diperhatikan.

Lantaran itulah, saat memutuskan untuk hamil, istri dan suami harus
benar-benar siap fisik dan mental. Jadi saat terjadi perubahan, entah
itu perubahan fisik maupun perilaku, baik istri maupun suami tidak
terlalu kaget menghadapinya. Jangan sampai perubahan ini membuat
hubungan suami istri jadi tidak harmonis, karena memang sangat mungkin
pasangan dibuat jengkel karenanya. Inilah saran dari Dra. M. Louise M.M.
Psi., untuk para suami yang bingung menghadapi perubahan psikis pada
istri yang tengah hamil.

CENDERUNG MALAS

Para suami perlu memahami bahwa kemalasan ini bukan timbul begitu saja,
melainkan pengaruh perubahan hormonal yang sedang dialami istrinya.
"Jadi tidak ada salahnya bila suami menggantikan peran istri untuk
beberapa waktu. Misalnya dengan menggantikannya membereskan tempat
tidur, membuat kopi sendiri, atau bila tidak punya pembantu suamilah
yang mencuci piring atau mencuci baju," ujar Lusi, sapaan akrabnya.

LEBIH SENSITIF

Biasanya, wanita yang hamil juga berubah jadi lebih sensitif.
Sedikit-sedikit tersinggung lalu marah. Saran Lusi, apa pun perilaku ibu
hamil yang dianggap kurang menyenangngkan, hadapi saja dengan santai.
Ingatlah bahwa dampak perubahan psikis ini nantinya bakal hilang. Bukan
apa-apa, bila suami membalas kembali dengan kemarahan, bisa-bisa istri
semakin tertekan sehingga mempengaruhi pertumbuhan janinnya.

MINTA PERHATIAN LEBIH
Perilaku lain yang kerap "mengganggu" adalah istri tiba-tiba lebih manja
dan selalu ingin diperhatikan. Meskipun baru pulang kerja dan sangat
letih, usahakan untuk menanyakan keadaannya saat itu. Perhatian yang
diberikan suami, walau sedikit, bisa memicu tumbuhnya rasa aman yang
baik untuk pertumbuhan janin. Demikian pula ketika istri merasakan
pegal-pegal dan linu pada tubuhnya. Istri sering meminta suami untuk
mengusap tubuhnya. Sebaiknya lakukan sambil memberikan perhatian dengan
mengatakan bahwa hal ini memang sering dialami wanita yang sedang hamil
dan diperlukan kesabaran untuk menghadapinya.

GAMPANG CEMBURU
Tak jarang, sifat cemburu istri terhadap suami pun muncul tanpa alasan.
Pulang telat sedikit saja, istri akan menanyakan hal macam-macam.
Mungkin, selain perubahan hormonal, istri pun mulai tidak percaya diri
dengan penampilan fisiknya. Ia takut bila suaminya pergi dengan wanita
lain. Untuk menenangkannya, suami perlu menjelaskan dengan bijaksana
bahwa keterlambatannya dikarenakan hal-hal yang memang sangat penting
dan bukan karena perselingkuhan. Bila perlu, ceritakan dengan terperinci
aktivitas hari itu dari pergi sampai pulang.

AKIBAT HORMON PROGESTERON
Lebih lanjut, dr. Dwiana Ocvianti, Sp.OG., dari RSUPN Cipto
Mangunkusumo, Jakarta, menjelaskan perubahan perilaku pada ibu hamil
merupakan hal wajar karena produksi hormon progesteronnya sedang tinggi.
Hal inilah yang mempengaruhi banyak hal, termasuk psikis ibu. "Perubahan
hormon yang terjadi pada ibu hamil sebenarnya sama persis dengan
perubahan hormon pada wanita yang sedang mengalami siklus haid," ujar
ginekolog yang akrab disapa Ovi.

Memang, perubahan hormon yang terjadi tidak selamanya akan mempengaruhi
psikis ibu hamil. Ada juga yang perilakunya tidak berubah. Hal ini,
tutur Ovi, disebabkan kerentanan psikis setiap orang yang berbeda-beda.
Nah, daya tahan psikis dipengaruhi oleh kepribadian, pola asuh sewaktu
kecil, atau kemauan ibu untuk belajar menyesuaikan diri dengan perubahan
tersebut.

Tak jauh berbeda, Lusi yang merupakan psikolog klinis di Klinik
Psikologi Parent Education Program RSAB Harapan Kita, Jakarta,
menuturkan biasanya ibu yang menerima atau bahkan sangat mengharapkan
kehamilan akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan.
Secara fisik dan psikis, mereka lebih siap.
Berbeda dari ibu yang tidak siap, umpamanya karena kehamilannya tidak
diinginkan, umumnya merasakan hal-hal yang lebih berat. "Begitu pula
dengan ibu yang sangat memperhatikan estetika tubuh. Dia akan merasa
terganggu dengan perubahan fisik yang terjadi selama kehamilan.
Seringkali ibu sangat gusar dengan perutnya yang semakin gendut, pinggul
lebih besar, payudara membesar, rambut menjadi kusam, dan sebagainya.
Tentu hal ini akan semakin membuat psikis ibu menjadi tidak stabil."
Perubahan psikis umumnya lebih terasa di trimester pertama kehamilan.
Kala itu pula, ibu masih harus menyesuaikan diri dengan berbagai
perubahan hormon yang terjadi. Lalu berangsur hilang di trimester kedua
dan ketiga karena ibu sudah bisa menyesuaikan dirinya.

WASPADAI PERUBAHAN BERLEBIHAN
Perubahan perilaku pada ibu hamil, jika kadarnya masih normal, tidak
akan mengganggu proses tumbuh kembang janin. Namun, Ovi dan Lusi sepakat
bahwa ada batasan yang mesti diwaspadai, yakni saat perilaku ibu sudah
"keterlaluan". Kriteria keterlaluan memang terkesan rancu, tapi yang
pasti waspadai jika ibu terlihat dilanda kecemasan berlebih atau stres
sehingga perilakunya bisa "membahayakan" janin. Misalnya, kemalasan ibu
sampai membuatnya masa bodoh dengan kehamilannya. Atau kemarahan yang
terjadi sudah sering berubah menjadi amukan.

Menurut Lusi, kondisi psikis yang terganggu akan berdampak buruk pada
aktivitas fisiologis dalam diri ibu. Umpamanya, suasana hati yang kelam
dan emosi yang meledak-ledak dapat mempengaruhi detak jantung, tekanan
darah, produksi adrenalin, aktivitas kelenjar keringat dan sekresi asam
lambung. Di samping itu, dapat pula memunculkan gejala fisik seperti
letih, lesu, gelisah, pening, dan mual. Semua dampak ini akhirnya akan
merugikan pertumbuhan janin karena si kecil sudah dapat merasakan dan
menunjukkan reaksi terhadap stimulasi yang berasal dari luar dirinya.
Apalagi masa trimester pertama merupakan masa kritis menyangkut
pembentukan organ tubuh janin.

Oleh karena itu, walaupun sifat pemalas, pemarah, sensitif, dan manja
wajar muncul di masa hamil, Ovi tetap menganjurkan agar ibu segera
mengatasinya. "Banyak hal yang bisa dilakukan." Jika perubahan ini
ditanggapi secara positif, baik ibu maupun janin akan lebih sehat
kondisinya. Inilah hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi
kemungkinan munculnya dampak psikis yang negatif:

1. Menyimak Informasi Seputar kehamilan

Berbagai informasi mengenai kehamilan bisa didapat dari buku, majalah,
koran, tabloid, atau situs kehamilan di internet. Dengan mengetahui akar
masalah yang terjadi maka ibu bisa lebih tenang menghadapi kehamilan.
Ibu pun jadi tahu mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan.
Sebaliknya, jika tidak berusaha mencari tahu terhadap perubahan pada
dirinya, tak mustahil akan timbul berbagai perasaan yang mungkin saja
sangat mengganggu kondisi psikis.

2. Kontrol Teratur

Kontrol bisa dilakukan pada dokter kandungan atau bidan. Saat
konsultasi, ibu bisa menanyakan tentang perubahan psikis yang dialami.
Biasanya, bila ibu perlu penanganan lebih serius, dokter atau bidan akan
menganjurkan ibu untuk menemui psikolog atau psikiater yang dapat
membantu kestabilan emosi.

3. Perhatian Suami

Perhatian yang diberikan oleh suami bisa membangun kestabilan emosi ibu.
Misalnya, ibu bisa saja meminta suami untuk menemaninya berkonsultasi ke
dokter atau bidan agar merasa lebih nyaman karena ada perhatian dari
pasangan.

4. Jalin Komunikasi

Jangan pernah menutupi perubahan psikis yang terjadi, tetapi
komunikasikanlah hal itu kepada suami. Dengan begitu diharapkan suami
bisa berempati dan mampu memberi dukungan psikologis yang dibutuhkan.
Dukungan dari lingkungan, terutama suami, sangat berpengaruh terhadap
kestabilan emosi ibu hamil. Sebaliknya, perasaan ibu hamil yang dipendam
sendiri tidak akan membawa perubahan. Suami tetap tidak acuh dan masalah
ibu jadi berkepanjangan.

5. Beraktivitas

Sangat dianjurkan agar ibu mencari aktivitas apa pun yang dapat
meredakan gejolak perubahan psikis. Bisa dengan menjahit, melukis,
bermain musik, atau apa pun. Umumnya, ibu yang aktif di luar rumah bisa
mengatasi berbagai perubahan psikisnya tersebut dengan lebih baik.

6. Perhatikan Kesehatan

Tubuh yang sehat akan lebih kuat menghadapi berbagai perubahan, termasuk
perubahan psikis. Kondisi ini bisa terwujud dengan berolahraga ringan
dan memperhatikan asupan gizi. Hindari mengonsumsi makanan yang dapat
membahayakan janin, seperti makanan yang mengandung zat-zat aditif,
alkohol, rokok, atau obat-obatan yang tidak dianjurkan bagi kehamilan.

7. Relaksasi

Bila ingin mendapatkan perasaan yang lebih relaks, ibu bisa mengatasinya
dengan mendengarkan musik lembut, belajar memusatkan perhatian sambil
mengatur napas, senam yoga, dan bentuk relaksasi lainnya.

http://www.mail-archive.com/balita-anda@balita-anda.com/msg70043.html



Ditampilkan sebanyak : 2057

Tolong beritahu kami apa pendapat Anda tentang blog ini


Jika Anda tidak melihat kotak komentar silahkan refresh halaman
 
smart.juz's blog :