Hari pertama hanya berdua dengan si kecil, suami sudah mulai masuk kerja. Mumpung si pipi tembem sedang tidur, saatnya ibunya ngeblog. hehe..
Hari ini putri kecil saya genap berusia satu minggu. Alhamdulillah, akhirnya yang ditunggu-tunggu hadir juga.. Tanggal 8 Oktober 2011, sepekan yang lalu, dia lahir ke dunia, melihat kami, orang tuanya, memulai lembaran hidup dan kisahnya yang penuh warna..
Selamat datang, putri kecilku…
Seperti kebanyakan ibu, saya pikir, pasti ingin melahirkan dengan proses normal. Biar bisa cepat pulih, dan beraktifitas kembali, katanya. Begitupun saya. Hingga minggu ke 39 kehamilan, saya masih optimis akan melahirkan tanpa operasi. Terakhir periksa ke Polyclinic Ibnu Sina, tempat saya kontrol selama kehamilan di Jeddah ini, dokter mengatakan posisi bayi bagus, kondisi ibu juga bagus. Meski sempat harus tranfusi empat kali karena HB saya jauh dibawah normal. Tapi tanggal 1 Oktober 2011 setelah cek darah dan urin, kondisi saya bagus. Kata dr. Mervat, obgyn langganan saya di Polyclinic tersebut, dokter wanita yang ramah berkewarganegaraan Mesir, saya siap untuk melahirkan normal. Kira-kira satu minggu lagi, insya Allah. Leganya hati kami saat itu. Sebab saya khawatir HB saya masih rendah, yang efeknya sangat berbahaya bagi ibu dan bayi.
Karena saya dan suami sepakat untuk melahirkan di Rumah Sakit saja, akhirnya kami minta surat rujukan dari Dr. Mervat. Harapan kami, pelayanan lebih bagus, administrasi si kecil juga nantinya akan mudah.
Surat rujukan kami terima, lima hari kemudian, kamis, 6 Oktober 2011 kami menuju Saudi German Hospital. Menemui dokter kandungan disana, supaya nanti tiba saatnya melahirkan, kami sudah bertemu sebelumnya. Kami memilih dokter wanita, biar nyaman, tentunya. Disana kami akhirnya bertemu dr. Ameera. Lumayan masih muda. Kata suami, nampaknya sang dokter orang Lebanon. Iya, soalnya kelihatan bukan wajah lokal Saudi. Oleh dokter saya diperiksa, USG, dan… lingkar kepala bayi saya terlalu besar!!!. “Your baby’s head it too large for your Pelvis..” begitu kata dokter. Panjang, sih penjelasannya, tapi itu intinya. hehe.. (maklum, konsultasinya pake bahasa Inggris.. )
Kata dokter tidak berani untuk berspekulasi. Bayi juga masih terlalu atas, sedang due date saya tinggal beberapa hari lagi. Untuk meyakinkan, saya diminta tes USG lebih detail. Dan setelah tahu hasilnya, ternyata benar, tercatat berat bayi saya 3,86 kg! yup, dokter semakin yakin, saya harus caesar.
Kaget juga waktu itu, pikiran kemana-mana, yang paling membuat saya khawatir adalah lama pemulihan. Tapi mau bagaimana lagi, kalau mau memaksa dokter, gimana kalo saya disuruh melahirkan sendiri coba? dan yang jelas, sugesti positif yang selama ini terbangun untuk melahirkan normal akhirnya runtuh.. Bismillah, akhirnya kami membuat janji untuk caesar..
Dokter memilih untuk secepatnya, takutnya saya sudah mengalami ‘pain for labor’ sebelum operasi. jadi lebih baik secepatnya. Toh, due date nya sudah dekat. Akhirnyaa… ditentukanlah sabtu pagi jam 10. Tapi Jumat malam saya diminta sudah check in di RS. Untuk persiapan operasi.
Hari Jumat, pas suami libur kerja, jadi pagi kami bisa packing, persiapan, malamnya kami menuju ke RS. Alhamdulillah, pelayanan di RS Saudi German oke sekali. Jadi saya dan suami tenang untuk menyambut waktu operasi. Malam itu saya sudah harus puasa, dan perawat sudah wira-wiri, untuk mengecek kondisi saya, memasangkan baju operasi, memberi tempat infus di tangan, dsb. Sedikit insiden kecil malam itu, karena mungkin tangan saya sudah tidak fleksibel untuk bergerak, jari saya sempat terkena silet waktu di kamar mandi. Darah segar mengucur ke mana-mana. Sampai ke lantai kamar mandi. Hiiiy.. ngeri juga waktu itu. tapi alhamdulillah hanya luka kecil. Fiuh…. And time for sleeping.. prepare for the important Saturday.
sampai rumah sakit, sempatin memfoto diri.. hari terakhir hamil pertama
berasa hotel.. hehe.. padahal mau operasi
Hari Sabtu. Yang ditunggu-tunggu. Sholat subuh, tilawah, minta doa orang tua di rumah, dan bersiap operasi.
Jam 10 tepat saya akhirnya dijemput suster menuju ruang operasi. Sambil menaiki kursi roda, saya diantar dua suster. Dari Filipina, tentunya. Disini memang hampir semua perawat adalah orang filipina. Menuju ruang operasi, saya mencoba tenang. Suami cuma mengantar sampai kamar, hiks, karena memang tidak diperbolehkan masuk ruang operasi. Lagipula barang-barang di kamar tidak ada yang menunggu.. Tiga jam, kata suster proses saya melahirkan dan recovery nantinya.
Sampai kamar operasi, saya lihat dr. Ameera sudah menunggu disitu. Beliau menyapa saya sambil tersenyum”How are you? ready?” “I’m fine.. ready insya Allah..“
Saya mulai berbaring di kasur operasi, lampu besar sudah terpasang di atas saya,, perawat, dokter-dokter mulai bersiap, sibuk sekali mereka saat itu. Saya yang sudah berbaring, mulai pasrah dan siap untuk dieksekusi. Seorang dokter laki-laki tinggi besar menginterogasi saya. Pake bahasa inggris, pokoknya intinya ditanyai ada riwayat hipertensikah, pernah operasi sebelumnya kah, dsb. Setelah itu, tangan saya kanan kiri mulai dibentangkan disamping, dipasang infus dan darah tranfusi, mungkin, dan tiba-tiba dari atas ada dokter yang memasangkan oksigen ke wajah saya, menuntun saya mengucap basmallah, dan doa-doa apa saya kurang tau. Itu doa atau beliau ngomong bahasa Arab juga ga da bedanya.. hehe yang saya tau basmallahnya saja. Daripada saya bingung menirukan ato bilang “aamiin..aamiin..” mending saya doa sendiri. Saya mengucap syahadat berkali-kali, kemudian nafas saya mulai teratur..dan… saya tidak ingat lagi.
Tiba-tiba wajah saya sudah ditepuk-tepuk, dan dipanggil “Madam Sonia..Madam Sonia…” dan badan saya langsung menggigil. Tangan saya mengepal kencang. Terasa sekali saat tiba-tiba orang disekitar menghitung “one.. two.. three..” dan badan saya langsung terangkat, dipindah ke kasur sebelah. Dan saya langsung sadar, perut saya nyeriiiiii sekali. Subhanallah rasanya. Benar-benar nyeri. Luar biasa.. Sampai saya mengerang kesakitan..
Akhirnya saya di bawa ke sebuah bilik. Nampaknya saya bukan satu-satunya pasien disitu. Soalnya di samping saya, dibalik tirai terdengar ibu-ibu yang teriak-teriak “Ya Allah.. Ya Habibi.. Ya Rasul.. ” sambil terus mengerang.. deuh,,, mungkin beliau juga habis dioperasi kayak saya. Di kejauhan juga saya dengar wanita yang berteriak-teriak, bapak-bapak juga. (loh??) entahlah, yang jelas, saat itu saya juga ingin berteriak. Tapi sakit juga kalo teriak. Akhirnya saya memilih dzikir saja. pelan.. Alfatikhah, 3 surat terakhir albaqarah, istighfar, dsb. Dan ternyata cukup sedikit menghilangkan sakit yang luar biasa di perut saya.
Sambil mengerang juga, saya memohon-mohon pada suster untuk minta obat. Soalnya saya kira bius saya habis waktu itu. Dalam hati : tega bener, ni.. ga dibius kali ya.. Saya mencoba bilang ke suster : “please give me medicine.. it’s painfull..” berkali-kali. (btw, dalam kondisi kayak gitu structure bahasa inggris boleh kacau doong.. hehe ) jawab suster “yes, madam.. bla..bla..bla.. ” seterusnya saya gak mudeng artinya apa. hihi
sempat juga saya menanyakan : “where is my baby..?” sebab saya yakin perut saya sudah tidak ada bayinya waktu itu. jadi pasti saya sudah melahirkan.. jawab suster : “your baby is in the recovery room now.. she’s fine..” ah… lega.. ternyata saya benar-benar sudah melahirkan… alhamdulillah, Ya Rabb….. Saat itu saya juga menggigil, saya bilang ke suster “I’m cold..” dan suster pun menyelimuti saya hingga dobel 2 selimut, plus memberi lampu penghangat ke tubuh saya.
beberapa menit kemudian, akhirnya saya dibawa ke kamar. Disana sudah menunggu suami saya yang berkali-berkali mengucapkan “alhamdulillah,, Ya Allah.. kau benar-benar pahlawanku, sayang..” hihihi.. jadi malu.. kayaknya sih bilangnya begitu. Nggak tau kalau saya salah dengar.
Yang jelas setelah saya bertemu suami saya langsung bilang.. “Mas,.. sakit...”
Tapi kami bersyukur sekali, alhamdulillah.. akhirnya.. meski belum melihat bayi kami, tapi kami sudah resmi jadi ayah-ibu..
Dan tepat jam 5 sore, kami melihatnya untuk pertama kali. Dia yang selama ini menghuni rahim saya, yang sering menendang-nendang, bergerak-gerak, cegukan, guling-guling.. Subhanallah… Rasa haru, bahagia, lega, syukur.. campur jadi satu. Sejenak saya lupa rasa sakit yang menyerang. Melihatnya.. buah hati kami, alhamdulillah..
Ini dia si Anggota baru....
Patut disyukuri juga, karena jaman sudah maju, kami bisa skype an dengan keluarga di Solo.. yang sudah tidak sabar melihat cucu, dan keponakan, anggota baru yang baru saja hadir.. Cukup puas meski hanya lewat video.. fiuh.. the unforgettable memory ever…
Alhamdulillah, semoga putri kami menjadi investasi berharga kami di akhirat.. menjadi anak yang sholehah, menjadi salah satu tiang pembela agamanya, berguna bagi sesama.. aamiiin….
Penyejuk mata, investasi akhirat kami, Haniya Halwa Hanilova usia 1 minggu