Anak saya sebenarnya bukan anak yang susah makan. Tapi dia pilih-pilih makanan. Makan bisa sehari 5x, banyak pula porsinya, tapi lauknya ya itu lagi itu lagi. Jadi kalau ditanya apa anak saya termasuk picky eater, jawabannya pasti: IYA.
Sebagai ibu bekerja, kendala terbesar saya adalah memastikan kalau “si pemilih makanan” ini mendapatkan nutrisi lengkap. Memang saya bisa menentukan menu, tapi pelaksanaan di lapangan sepenuhnya diserahkan kepada pembantu rumah tangga. Yang ada, begitu sampai rumah dan dapat laporan “Bu, tadi anaknya cuma mau makan ayam goreng aja. Sayurnya ngga disentuh”, saya yang pusing.
Jadi, saya harus super kreatif. Mengacu kepada piramida makanan (yang untungnya saya ingat dari pelajaran biologi SMP hihihi), saya mulai bikin menu yang bisa memenuhi angka kecukupan gizi (AKG). Awalnya pusing, akhirnya saya yang ketagihan. Menyiapkan menu makanan seperti main puzzle. Saya juga jadi sering browsing resep, berburu cetakan dan piring makan lucu.
PAGI: Anak saya ngga suka keju. Oke. Berarti pagi saya siapkan roti bakar, telur, dan susu segelas. Roti bakar yang dibentuk bintang kecil-kecil dan bisa dia makan seperti cemilan. Kalau bosan tinggal ganti cereal dan yogurt. Cerealnya juga diganti-ganti, kadang bintang kadang bulat supaya anak tidak bosan.
SIANG ngga mau sayur? Beres, masukin aja wortel dan kacang panjang ke dalam sup bakso kesukaannya. Satu cara membuat makan sup lebih fun adalah dengan mengajak anak ‘adu memancing’ wortel yang dipotong bulat pakai sendok yang untuk bikin es buah itu loh. Saya dan anak sama-sama menggunakan sendok kecil saat makan siang bersama di hari Sabtu, adu cepat menghabiskan wortel di dalam sup.
MALAM minta ayam goreng? Saya minta si mbak membuatkan nugget ayam… yang kadang-kadang diganti dengan ikan. Karena dibuat nugget, dia jadi ngga berasa dan tetap makan dengan lahap. Biasanya kalau saya sempat membuatkan sendiri nuggetnya dan anak saya tahu itu masakan saya, dia jadi semangat makannya. Buah saya jadikan cemilan (meski saking pemilihnya, dia hanya mau pisang, apel dan jeruk).
At the end of the day, susu yang paling berpengaruh. Anak saya sampai usia 4 tahun masi suka bangun malam minta minum susu karena lapar. Sekarang usia 6 tahun, dia masih minum susu berkali-kali sehari, termasuk makan sereal pakai susu, sampai si Mbak punya laporan rutin tiap hari Sabtu pagi: “bu, susu-nya Andrew habis.”
Saya mencari susu yang membantu memenuhi nutrisi anak 100% sesuai dengan AKG. Kenapa? Karena itu tadi. Saya sehari-hari tidak di rumah. Jadi meski saya sudah kreatif membuatkan menu, siapa yang tahu apa yang sebenarnya anak saya makan? Apakah faktanya sesuai dengan laporan si Mbak begitu saya pulang kantor? Kalau ada susu yang bisa dipercaya, yang bisa membantu melengkapi nutrisi anak, saya jadi lebih tenang meski anak saya cenderung minta sop bakso dan ayam goreng kesukaannya.
www.meadjohnson.co.id
Ditampilkan sebanyak : 1661