“Ignasius de Jesu” begitulah nama yang diberikan suamiku, anakku yang lahir pada hari Minggu 11 Mei 2014 pkl 07.00 di RSIA Grandfamily. Dengan proses operasi caisar. Memang terlalu cepat, diusia kandunganku berjalan 34 minggu atau kalau di hitung delapan bulan dua minggu.
Prediksi awal dokter anakku harusnya lahir di bulan Juni tgl 18, kalau maju atau mundurpun harusnya juga ada di bulan juni.
Memang ada beberapa orang yang memaksa anaknya segera lahir pada tanggal tertentu dengan alasan macam-macam, namun berbeda dengan kasus yang aku alami. Dokter mengambil tindakan harus segera operasi. Karena berdasarkan pemeriksaan oleh dr. Robby di RSIA Family pada hari sabtu 10 Mei, dinyatakan bahwa air ketuban di dalam rahimku mulai habis atau hampir mengering. Sehingga harus segera dilakukan tindakan operasi demi menyelamatkan nyawa si jabang bayi.
Sebelum saya lanjutkan kronologis kejadian tagihan dari rumah sakit sampai sebesar 45jt. Mungkin anda bertanya-tanya? Atau berkata dalam hati “Pancen Edan” (“dasar gila” .red). Aku tahu kalau suamiku hanya pegawai biasa dengan gaji UMR berani memasukan aku dan anakku ke RSIA GrandFamily-PIK. Rumah sakit yang tergolong mahal di kota Jakarta.
Waktu perjalanan dari rumah menuju tempat RSIA Family pd hari Sabtu 10 Mei 2014, suamiku dan aku mencoba membahas ke mana akan melakukan persalinan. Kami pastikan di St. Yosep – Tanjung priok dengan pertimbangan, informasi dari teman yang kakaknya tahun ini juga melahirkan bahkan dengan operasi Caesar pun tak lebih dari 10 jt. Siang itu juga aku mencoba menghubungi temanku untuk minta diantar mencari informasi dan tempat letak RS St. Yosep. Tapi mungkin kondisi tak memihak kepada kami atau fenomena apa? Aku pribadi juga kurang tahu.
Kurang lebih pukul 10:29. Akhirnya kami dapat giliran untuk periksa. Setelah dokter mencoba USG perutku ternyata anakku di dalam perut sudah mulai kekurangan cairan. Prediksi dokter awal mungkin aku kurang minum, namun beliau jadi curiga kok kurangnya banyak maka beliau mencoba test dengan kertas lakmus. Kata dokter, kalau hanya air kencing , warna kertas ini tidak berubah, namun beda dengan apa yang terjadi kertas lakmus itu berubah menjadi biru/hijau. Itu berarti yang keluar adalah bukan sisa air kencing melainkan air ketuban.
“Hari minggu biasanya saya praktek di Grandfamily, jadi bapak harus menyesuaikan jadwal saya yaa”. Kata dokter Robby. Tanpa berfikir panjang suamiku langsung menyanggupi, selain untuk menyelamatkan nyawaku dan anakku. Suamiku pribadi untuk biaya proses melahirkan telah dipersiapkan jauh-jauh hari bahkan kondisi terburuk operasi caesarpun. Dan seandainya kurang pun tidak terlalu banyak.
Minggu, 11 Mei 2014, pkl 07.00 wib. Tindakan operasipun dilakukan. Lebih cepat dari rencana awal pkl 08:30 wib. Dikarenakan air ketuban tak lagi cukup untuk menunggu sampai jam itu. Sebelum operasi dilakukan, aku diminta untuk puasa selama 6 jam. Pkl 06.00 wib, aku di bawa para suster ke ruang operasi, semua peralatan telah disiapkan. Banyak suntikan yang dimasukan dalam tubuhku lewat infus dan obat bius setengah badan di suntikan di pungungku. Operasipun berjalan lancar, anakku sehat dengan pipi cubynya kata dr. Robby. Setelah di bersihkan, dr Iren (dokter anakku) menghampiriku dan membisikan kalau anakku sehat beratnya 2,2kg, panjang 46 cm. Setelah operasi aku di tempatkan di ruang pemulihan selama 1 jam. Saat itu kondisi tubuhku menggigil, tubuhku dari berut sampai ujung kaki masih mati rasa. Dan rasa haus yang sangat ditenggorokanku.
Seperti orang tua yang lain. Suamiku menunggu diruang tunggu RSIA Grand Family lt. 1. Sambil berdoa dan berharap terjadi yang terbaik pada aku dan anakku. Pkl 08.30 wib aku dipanggil satpam jaga untuk menuju ruang pemulian setelah operasi.
Begitu gembiranya waktu itu. Tak ada kata yang terucap. Selain ucapan syukur pada Tuhan yang telah berkenan memberi kepercayaan kepada aku dan suamiku, seorang anak laki-laki yang kami beri nama Ignasius de Jesu. Setelah 1 jam di ruang pemulihan, aku kembali ke ruang kelas 3 Lt.2 no 226 bt.1. canda tawa dan aku cerita pada suamiku saat proses operasi.
Kegembiraan yang tak ingin saya miliki sendiri. Segera aku kirim SMS ke keluarga, teman dan para sahabat atas berita kelahiran putraku. Aku juga membayangkan kurang lebih 3 hari lagi dikamar tidurku akan tambah satu suara lagi. Tangisan anakku Ignasius de Jesu.
Diselah pembicaraan kurang lebih pukul 10.50, seorang suster jaga mendatangi kami. Dan berkata kepada suamiku.
“Bapak, suami dari sofa?”
“Ya,suster. Ada apa?”
“Bapak diminta menemui dokter di ruang bayi saat ini”
“Baik, suster,makasih”
Kembali perasaanku bercampur adu sampai tak tahu apa yang terjadi dengan anak saya.
Tanpa menunggu, suamiku dan suster perawan pun bergegas menuju ruang bayi.
“Bapak, saya dokter jaga. Setelah kami observasi dan alat bantu box oksigen kurang lebih 3 jam. Sepertinya anak bapak kesulitan dalam bernafas, memang kasus-kasus seperti ini sering terjadi pada anak-anak yang lahir prematur. Namun kami juga belum bisa memastikan apa yang terjadi. Tindakan yang harus segera dilakukan untuk menyelamatkan anak ini, kami mesti memindahkan anak ini ke ruang ICU/NICU. Kalau bapak setuju nanti suster akan memberi berkas yang mesti di tanda tangani”
Tanpa berfikir panjang lagi suamiku mengiakan dan menadatangani berkas yang terima tanpa membaca dulu, yang terlintas pada pikiranku waktu itu.
Nyawa anaku, harus tertolong dulu.
Seperti gledek yang mengelegar di saat matahari begitu teriknya. Mungkin begitulah gambaran hatiku saat itu. Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter mengatakan bahwa anakku tersedak air ketuban dimana kondisi paru-paru nya juga belum tumbuh secara sempurna akibat lahir prematur. Tanpa kata dan hanya doa yang terdengar dari hatiku. Tuhan jangan Engkau ambil lagi kepercayaan yang telah Engkau beri kepada kami. Ijinkan aku tetap untuk merawat anakku Ignasius de Jesu sampai besar.
Begitulah kurang lebih kronologis perawatan anak kami di ruang nicu RSIA Grandfamily. Dan tagihan yang mesti kami tanggung per 21 Mei 2014 setelah mendapat diskon dari Pihak rumah sakit Rp. 4.340.000 dari total biaya 45.211.855 belum tambah admi 5% dari total keseluruhan. Tanggungan kami 40.871.855 tambah admin 510.5773 krn diskon juga. Jadi total yang mesti kami bayar sekarang 41.382.628.
Dalam hal ini suamiku tidak tinggal diam, suamiku telah mencoba pinjam ke sana ke mari dan mencari donator untuk pengobatan itu, akhirnya suamiku mendapat kurang lebih 27.000.000 dan langsung suamiku bayar sebagai DP untuk mengeluarkan anak saya. Jadi tanggungan ke RSIA Grandfamily yang belum terbayar 14.082.628.
Semua itu telah berlalu, biaya rumah sakitpun telah lunas. Ada seseorang yang tidak mau identitasnya kami ketahui telah membantu kami sebesar 10 jt. Puji Tuhan banyak orang-orang yang baik di sekitar kami yang telah membantu kami. Sekarang keluarga kami senang dengan kehadiran tangis dan tawanya “Ignasius de Jesu”. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua yang telah membantu kami. Berkah Dalem.
Ditampilkan sebanyak : 5979