Sudah empat tahun pernikahan kami, dan banyak orang yang menanyakan pada kami, anaknya berapa? umur berapa?, sedih rasanya tiap kali ada yang nanya seperti itu. Namun sekarang sudah terbiasa dan sudah kebal.
Saking penginnya punya momongan akhirnya saya dan suami berikhtiar berobat kesana kemari (ikhtiar pengobatan ya maksudnya, tanpa kecuali berdoa kepada Sang Maha Pencipta pastinya), dari pengobatan cina, dokter, pijit, dll tapi belum berjodoh juga. Karena belum juga berhasil, pada akhir tahun 2014 tepatnya bulan Agustus, kami periksa ke salah satu rumah sakit di daerah Jakarta Pusat dengan dokter yang sudah ahlinya menangani Inseminasi maupun bayi tabung.
Pemeriksaan pertama, saya di periksa menggunakan USG transvaginal untuk mengetahui keadaan rahim, kalo suami melakukan pemeriksaan sperma untuk mengetahui kualitasnya. Kemudian kami berdua diberi obat dan suami diberi obat tambahan yaitu vitamin dan suplemen untuk daya tahan tubuh dan stamina. Setelah kurang lebih 3 bulan melakukan pemeriksaan dasar, dan diberi obat kesuburan, kemudian saya disarankan untuk melakukan HSG (Hysterosalpingography) yaitu mendiagnosis ada tidaknya sumbatan dan lokasinya pada salah satu atau kedua saluran telur (Tuba falopii) yang dapat menghambat bertemunya sel sperma dan sel telur. Dan Alhamdulillah hasilnya normal alias tidak ada kelainan atau tidak ada sumbatan. Suami disuruh tes sperma yang kedua.
Setelah dilakukan HSG, dua minggu setelahnya, saya diperiksa USG transvaginal lagi, saat itu saya sedang dalam masa subur, dan ternyata benar, sel telurnya ada lima, ada satu yang sudah matang, satu belum terlalu matang dan yang tiga masih kecil. Kemudian kata dokternya dilihat dari hasilnya kami berdua tidak perlu program bayi tabung, tapi cukup inseminasi saja karena sperma suami masih mencukupi. Dan dokter pun memutuskan untuk melakukan inseminasi pada hari sabtu, untung saja penanganannya hari sabtu karena kami berdua libur kerja.
Pada hari H kami kembali ke RS tersebut pada pukul 10.00, untuk pengambilan darah dan diberi suntikan obat sebelum inseminasi. Dari awal sampai hari H saya tidak merasakan yang namanya deg-deg an, takut atau apapun, karena yang ada di pikiran dan hati saya cuma Bismillah, saya ingin dapet momongan, jadi udah niat dari awal harus berani. Setelah beberapa jam menunggu yang akhirnya ngaret, jam empat siang saya di "eksekusi", selama di "eksekusi" saya berdoa dalam hati, semoga ikhtiar kali ini berhasil. Gak lama kurang lebih 10-15 menitan "eksekusi" selesai, saya disuruh tiduran kurang lebih tiga puluh menit sampai satu jam. Suamiku akhirnya di panggil masuk untuk menemaniku.
Tiga minggu selanjutnya kami kembali ke Rumah sakit untuk pemeriksaan, dan di layar USG terlihat lingkaran hitam tapi tidak ada isinya. Begitu gembiranya kami berdua, meskipun dokter mengatakan bahwa kantung janinnya sudah berkembang namun belum nampak adanya kehidupan, saya pun diberi obat penguat kandungan untuk berjaga-jaga menguatkan janin. Kata dokter saya disuruh untuk melakukan tespack kembali setelah dua minggu untuk memastikan positif atau tidaknya, jika hasilnya positif berarti saya benar-benar hamil jadi obatnya terus di minum, dan jika tespack hasilnya negatif obatnya jangan di minum lagi karena mengganggu kestabilan hormon. Daaann setelah dua minggu saya pun tespack hasilnya jeng..jeng..jeng... negatif :( sedih rasanya, tapi apa boleh buat. Mungkin karena faktor kecapean juga, harusnya istirahat total, saya cuma empat hari saja karena tanggung jawab kerjaan dan saya tidak bisa meninggalkannya. Dan setelah 3 hari dari tespack itu keluar darah dan gumpalan seperti kantung rahimnya. Khawatir pastinya, setelah cek ke dokter kemungkinan blighted ovum (kehamilan kosong), dan bisa juga karena kecapean. Memang belum rejeki saya lagi.... Dan dokter mengatakan setelah inseminasi pertama ini bisa melakukannya lagi setelah tiga bulan. Namun kami pikir untuk istirahat dulu deh, sambil nabung lagi untuk persiapan program selanjutnya.
Ditampilkan sebanyak : 2605