Setelah menikah saya memutuskan untuk tinggal bersama suami di daerah cimahi, Bandung karna tempat kerja suami yang berdomisili di daerah tersebut dan meninggalkan tempat kelahiranku 28 tahun silam beserta keluargaku di Bogor. Tidak lama setelah menikah, ternyata saya hamil. Saat usia kandungan masih satu minggu, saya dan suami pergi ke Bogor menggunakan sepedah motor, saat itu kami belum sadar bahwa saya sedang hamil muda. Beberapa minggu kemudian kami jalan-jalan ke daerah lembang Bandung, masih menggunakan sepeda motor. Keesokkan harinya ada flek, saya terkejut dan akhirnya kami periksa ke bidan dan dokter terdekat, saya pun dinyatakan positif hamil sudah satu bulan jalan, betapa bahagianya kami. Seling satu bulan, ibu dan adik saya datang menjenguk. Kami pergi ke sebuah area wisata air terjun di daerah bandung, perjalanannya jauh dan kami harus menempuh tangga yang cukup terjal, bolak-balik. Tidak ada masalah apa-apa dengan si jabang bayi saat itu. satu minggu berlalu, keluar flek lagi, saya dan suami periksa ke dokter yang biasanya tapi dokter berkata bahwa saya tidak hamil dan itu adalah menstruasi biasa, padahal dua bulan lalu dibilang hamil. Disitu saya dan suami merasa bingung, saya memutuskan untuk tes kehamilan menggunakan tespack dan hasilnyapun masih positif tapi guratan merah tipis sekali, saya pun di USG tetapi dokter masih dengan pemikiran awalnya. Keesokkan hari darah yang keluar semakin banyak, akhirnya kami memutuskan untuk pindah dokter. Sesampainya kami di Rumah sakit, di USG ternyata saya hamil, ada foto kantung janin dan janin yang masih kecil di perut saya, tapi denyut jantungnya lemah nyaris tidak terdeteksi. Dokter memberi obat penguat kandungan dan menyarankan agar saya istirahat total di rumah. saya dan suami merasa bahagia sekali. Sayangnya kebahagiaan kami harus berakhir, beberapa saat setelah saya istirahat dan suami berangkat kerja, tiba-tiba perut saya sakit, sakit yang belum pernah saya alami selama ini. Saya segera meminta suami untuk kembali pulang dan membawa saya ke rumah sakit. Masuk UGD, di infus dan rasa nyeripun mereda. Saya di rawat di ruang rawat inap lantai 4, sempat makan dan minum obat. Setelah magrib, suami saya kembali datang, ia mengenakan kaos berwarna hitam, katanya asal ambil saja. Kami sempat bersendagurau, dan saya ingin buang air kecil. Suami saya membantu membawakan kantung infus, saat saya tiba-tiba keluar seperti darah kental tapi sama sekali tidak terasa sakit. Saya bertanya-tanya apa itu? Perawat menyarankan agar saya istirahat kembali di kasur, sementara ia dan suami berbincang diluar kamar rawat. Beberapa saat kemudian, untuk pertama kalinya saya melihat suami menangis, dan tidak perlu dijelaskan, saya tau mengapa ia menangis.
Edit blog
Ditampilkan sebanyak : 409