Tiada yang pernah tau takdir dari Tuhan, janin yang Tuhan titipkan pada rahimku hanya bertahan selama tiga setengah bulan. Benar kata orang, bahwa mengalami keguguran rasanya lebih sakit dibandingkan melahirkan. Kuatkanlah hati ku dan suami ku, saat itu kami merasa bersalah, tidak mampu menjaga amanah yang Tuhan berikan. Ibu dan adik pertamaku datang, saat aku masih belum menerima kenyataan. Pesan ibuku, mungkin ini adalah jalan yang terbaik, mungkin jika ia lahir, ia akan terlahir tidak seperti anak normal lainnya, ia anak yang baik, tidak mau merepotkan kedua orang tuanya, jangan ditangisi lagi, kasihan. Kesedihanpun memuncak, tapi saya harus bisa ikhlas dengan ketentuan Tuhan, harus yakin bahwa Tuhan tidak pernah menetapkan sesuatu tanpa ada maksud dan tujuannya. Dokter menyarankan agar saya di kuret besok pagi, semacam membersihkan rahim. Semalamam sya tidak bisa tidur, hanya mendengar suara dengkuran suami yang menemani, ia tidur di lantai. Keesokan harinya, saya berada di ruang operasi, sendirian membayangkan bagaimana rasanya di kuret itu? pasti akan sakit? bagaimana rasanya alat-alat besi itu masuk, bagaimana caranya? dan terlebih-lebih pikiran betapa malunya saya harus "mengangkang" didepan dokter laki-laki. Beberapa waktu kemudian, dua orang perawat wanita datang, mengajak berbincang, kata mereka tidak akan sakit, jangan takut. Kemudian datang dokter dan empat perawat laki-laki dengan pakaian operasi, topi beserta penutup wajah berwarna hijau seperti yang sering di kenakan di film-film, seorang perawat laki-laki mengecek denyut nadi dan alat denyut jantung di samping saya, seorang lagi menanyakan usia saya mengajak berbicara dan tiba-tiba sayapun tertidur. Saat saya membuka mata, semua berwarna-warni, saya bukan berada diruang operasi, ini seperti dunia permen dan manisan. Ada seorang anak laki-laki memanggil "Ummi" dan melambaikan tangannya, wajahnya samar tetapi rambutnya lurus seperti suamiku, ia mengenakan sweeter warna warni dan celana panjang juga sepatu boots, saya berada di alam mimpi, tidak mungkin ini kenyataan. Kami bermain sepuas hati, berlarian, tertawa gembira, rasanya senang sekali. Apakah ini anakku yang sudah menjadi malaikat di syurga? Menunggu kedatanganku? apakah aku juga sudah meninggal lalu ia menjemputku? tak lama kemudian, anak laki-laki itu pergi melambaikan tangannya, ia tersenyum manis. Mataku terbuka, ruang operasi, ternyata saya masih hidup. Suami dan ibu berada di samping kiri dan kanan kasur operasi, menunggu saya sadar dari pengaruh obat bius. Saya segera menceritakan mimpi saya dengan penuh semangat, lalu suamipun berkomentar, kok datangnya cuma ke mimpi Ummi yaa? ke Abii ngga? disitu saya merasa berterimakasih kepada Tuhan, terimakasih telah memberiku dengan mimpi yang menyenangkan.
Edit blog
Ditampilkan sebanyak : 487