Ini saya dapat info dari rumah sakit melinda
Pada bayi yang jarang BAB biasanya mengalami konstipasi atau kesulitan buang air besar. Hal ini dimungkinkan faktor organik sebagai penyebab keluhan tersebut, ataupun kemungkinan lainnya bayi alergi terhadap protein susu sapi.
Hal lain bisa dimungkinkan karena susu formula yang diberikan tidak cocok baik bagi bayi maupun ibu. Bila pola BAB-nya sudah kembali menjadi normal, berikan kembali susu formula seperti biasa dan perhatikan reaksinya. Jika terjadi konstipasi lagi, segera hentikan susu formulanya. Setelah dihentikan susu formula dan pola BAB menjadi normal kembali, maka bisa dipastikan bahwa bayi Anda menderita alergi protein terhadap susu sapi. Untuk itu, cobalah kembali memberikan ASI agar lebih optimal.
Jangan sekali-kali melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan pada bayi yaitu dengan merangsang bayi dengan memberikan obat untuk melancarkan pencernaan atau pun merangsang anus dengan sabun dan sebagainya. Selain berbahaya bagi bayi Anda, hal ini juga dapat menyebabkan bayi ketergantungan terhadap rangsangan. Namun hal tersebut di atas tidak akan terjadi bila ibu memberikan ASI eksklusif dan selama masa yang diharuskan dalam masa ASI eksklusif.
Dengan seiring bertambahnya usia, pola BAB pada bayi baru lahir biasanya bervariasi. Bayi pada umumnya akan BAB kurang lebih 2-5 kali sehari hingga ia berusia 6-8 minggu. Terkadang warnanya pun bervariasi seperti kuning atau kuning kehijauan. Bahkan pada bayi yang diberikan ASI sekalipun selalu mengalami BAB setiap kali setelah menyusu. Maka hal ini pula yang ditakutkan para ibu jika memberikan ASI eksklusif pada bayinya karena ragu sang bayi terkena "diare". Lalu apakah benar bahwa bayi yang diberikan ASI eksklusif akan mengalami diare ?
Kondisi di atas merupakan hal yang normal terjadi pada bayi, dan bukan karena pertanda bayi mengalami diare. ASI yang diberikan ibu memiliki ribuan manfaat bagi sang bayi, yaitu memiliki fungsi sebagai laksatif. Bayi baru lahir hingga usianya 6-7 minggu jika diberikan ASI, maka akan berfungsi untuk membersihkan sistem pencernaannya saat ia masih di dalam rahim ibu. Tak hanya itu, ASI juga akan melapisi sel-sel usus halus yang masih terbuka dengan antibodi dari ASI, sehingga terlindung dari resiko alergi dan gangguan pencernaan. Selain itu, saat bayi BAB, maka bilirubin yang tidak terpakai dalam tubuh akan dibuang melalui kotoran. Hal ini berarti fungsi hati yang masih belum sempurna akan terbantu dengan baik dan resiko kuning pada bayi akan terminimalisir. Dan inilah mengapa bayi yang diberikan ASI eksklusif sering mengalami BAB.
Namun banyak para ibu menanyakan mengapa bayinya menjadi susah BAB? Hal ini karena saat bayi memasuki usia sekitar lebih dari 6 minggu, maka pola BAB akan berubah dengan sendirinya. Jika sebelumnya bayi yang diberikan ASI sering BAB, nantinya ia akan mengalami jarang BAB. Hal ini karena frekuensi BAB setiap bayi ASI bervariatif, bisa 2 atau 3 hari sekali. Bahkan ada yang sampai 12 hari atau lebih tidak BAB. Hal inilah yang menyebabkan orangtua menjadi khawatir karena ditakutkan anaknya mengalami konstipasi atau sembelit.
Pada usia sekitar 6 minggu lebih, bayi yang diberikan ASI akan mengalami jarang BAB. Hal ini disebabkan ASI diserap sempurna oleh tubuh bayi. Karena penyerapannya yang sempurna, maka tidak akan ada ampas yang dibuang dalam bentuk kotoran. Anda tidak perlu khawatir jika sang bayi masih dalam keadaan baik-baik saja, pertumbuhannya baik, dan tidak merasa kesakitan atau rewel yang berlebihan saat mengejan (lethargic).
Perhatikan saat bayi BAB dan juga kotorannya. Jika kotorannya berbentuk seperti biasa atau lunak, dan tidak mengalami kesulitan saat mengeluarkan kotorannya maka jelas bayi tidak mengalami konstipasi atau sembelit. Berbeda lagi jika bayi mengalami sembelit, maka kotorannya pun akan keras padat, agak kering dan sulit dikeluarkan. Konsultasikan hal tersebut dengan dokter anak secepatnya jika hal ini terjadi pada bayi Anda.
Bayi yang diberikan ASI jarang BAB akan terus berlangsung hingga ia berusia 6 bulan atau masa ASI eksklusif terlewati. Jika bayi ASI berusia 6 bulan ke atas telah mendapatkan MPASI atau Makanan Pendamping ASI, maka konsistensi dari kotoran bayi dan pola BAB-nya akan bervariasi dan juga ditentukan dari asupan makanan yang masuk.
Maka dengan telah memahami pola BAB bayi, kekhawatiran dan ketakutan Anda saat memberikan ASI eksklusif kini sudah dapat terhindari dan ibu bisa menjadi lebih tenang. Bila ibu semakin tenang dalam memberikan ASI eksklusif, maka semakin lancar pula hormon oksitosin yang bekerja untuk memproduksi ASI.
Selamat menyusui.