Anemia dalam masa kehamilan merupakan hal yang sering terjadi. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 35-75% perempuan pada negara berkembang dan 18% perempuan pada negara maju mengalami anemia dalam masa kehamilan.
Anemia dalam kehamilan dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Anemia akibat perubahan yang normal terjadi dalam kehamilan
2. Anemia akibat adanya hal yang tidak normal.
Mengapa anemia dapat timbul tanpa adanya abnormalitas selama masa kehamilan? Karena selama kehamilan, jumlah plasma ibu meningkat sampai 50% (sekitar 1000 cc). Jumlah sel darah juga meningkat, tapi hanya 25% dan baru timbul pada kehamilan akhir. Hal inilah yang menyebabkan kadar hemoglobin merosot.
Penyebab anemia yang paling sering pada kehamilan selain anemia fisiologis yang telah dijelaskan di atas adalah anemia defisiensi besi. Kekurangan zat gizi yang satu ini merupakan penyebab 75% kasus anemia dalam kehamilan. Angka kejadiannya pada trimester pertama hanya 3-9%, dan meningkat 16-55% pada trimester ketiga. Biasanya anemia jenis ini terjadi pada ibu yang mengalami mual dan muntah yang berlebihan atau memiliki penyakit kronik.
Total simpanan besi tubuh pada perempuan tidak hamil adalah 2,2 g dan jumlah ini meningkat 3,2 g pada ibu hamil. Sekitar 500-600 mg di antaranya digunakan untuk membentuk sel darah merah, dan 300 mg di antaranya digunakan oleh janin.
Pada ibu hamil dengan simpanan zat besi yang cukup, kebutuhan zat besi harian adalah 27 mg per hari. Berbeda dengan ibu yang tidak hamil, yaitu hanya membutuhkan 18 mg per hari. Kebutuhan yang tinggi ini berusaha dicapai oleh tubuh dengan cara meningkatkan kapasitas penyerapan besi di usus. Selama kehamilan, usus dapat menyerap besi 40% lebih banyak. Namun, penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil sangat sulit mengejar kebutuhan besi melalui asupan makanan saja, terutama setelah memasuki paruh akhir kehamilan. Bahkan perempuan yang sehat pun seringkali tidak memiliki simpanan besi yang cukup untuk menunjang kebutuhan selama kehamilan.
Anemia akibat defisiensi besi perlu dibedakan dengan anemia akibat perubahan fisiologis. Caranya adalah dengan memeriksakan kadar simpanan besi yaitu ferritin dan kadar besi dalam darah yaitu serum iron. Kadar serum iron dan ferritin yang rendah jelas menggambarkan keadaan defisiensi besi. Namun terkadang, defisiensi besi belum sampai menyebabkan simpanan besi tubuh berkurang sehingga yang terlihat dalam pemeriksaan adalah kadar serum iron yang turun. Jika pasien minum suplementasi besi beberapa hari sebelum pemeriksaan pun, kadar serum iron dapat terlihat normal. Oleh karena itu, diskusikanlah hasil pemeriksaan dengan dokter untuk mendapatkan interpretasi yang benar.
Untuk mencegah keadaan defisiensi besi selama kehamilan, WHO merekomendasikan suplementasi besi 60 mg/hari yang dimulai sesegera mungkin setelah kehamilan diketahui dan diberikan sepanjang masa kehamilan. Jadi, mulailah tingkatkan asupan besi Anda dan sertakan suplementasi untuk mencegah kekurangan besi.
PENYEBAB ANEMIA PADA IBU HAMIL
Anemia pada kehamilan disebabkan :
- Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin.
- Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi ibu hamil
- Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan
- Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe) pada wanita akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi.
GEJALA ANEMIA
Gejala yang umum timbul adalah berdebar-debar, pucat, bernafas lebih cepat, cepat lelah, dan sakit kepala, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh dan gangguan penyembuhan luka.
DAMPAK ANEMIA PADA IBU HAMIL
Efek anemia bagi ibu dan janin bervariasi dari ringan sampai berat. Bila kadar hemoglobin lebih rendah dari 6 g/dL, maka dapat timbul komplikasi yang signifikan pada ibu dan janin. Kadar hemoglobin serendah itu tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen janin dan dapat menyebabkan gagal jantung pada ibu. Beberapa penelitian juga menemukan hubungan antara anemia ibu pada trimester satu dan dua dengan kelahiran prematur (kurang dari 37 minggu).
Selain itu anemia pada ibu hamil juga menyebabkan hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak, Abortus, lamanya waktu partus karena kurang daya dorong rahim, pendarahan post – partum, rentan infeksi, rawan dekompensasi cordis pada penderita dengan Hb kurang dari 4 g – persen.
Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan shock bahkan kematian ibu saat persalinan, meskipun tak disertai pendarahan, kematian bayi dalam kandungan, kematian bayi pada usia sangat muda serta cacat bawaan, dan anemia pada bayi yang dilahirkan.
DIAGNOSA
Diagnosis Anemia pada ibu hamil biasanya ditegaskan dan dapat diketahui melalui pemeriksaan darah atau kadar hemoglobin (Hb)
PENANGANAN
Selain terapi obat penanganannya dapat dilakukan dengan terapi diet. Untuk memenuhi asupan zat besi, tingkatkan konsumsi bahan makanan tinggi zat besi (Fe) misalnya makanan hewani, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna hijau tua. Defisiensi besi bukan satu-satunya penyebab anemia, tetapi apabila prevalensi anemia tinggi, defisiensi besi biasanya dianggap sebagai penyebab yang paling dominan. Pertimbangan itu membuat suplementasi tablet besi folat selama ini dianggap sebagai salah satu cara yang sangat bermanfaat dalam mengatasi masalah anemia.
Anemia dapat diatasi dengan meminum tablet besi atau Tablet Tambah Darah (TTD). Kepada ibu hamil umumnya diberikan sebanyak satu tablet setiap hari berturut-turut selama 90 hari selama masa kehamilan. TTD mengandung 200 mg ferrosulfat, setara dengan 60 miligram besi elemental dan 0.25 mg asam folat. Pada beberapa orang, pemberian preparat besi ini mempunyai efek samping seperti mual, nyeri lambung, muntah, kadang diare, dan sulit buang air besar. Agar tidak terjadi efek samping dianjurkan minum tablet setelah makan pada malam hari.