Dear Bunda - bunda,
Aku mau tanya nih... Berat badan bayi yang ideal / normal pada saat umur 6 bulan berapa ya ? Anak ke2ku perempuan. Saat ini berusia 6.5 bulan dengan bb 7.3 Kg dan panjang 67 cm. Berat waktu lahir 2.89 Kg. Menurut salah satu website berat badan anakku termasuk normal kurus. Anakku sudah makan 3 kali sehari. Menurut dokter seumur anakku makannya cukup 2x sehari selebihnya susu. Memang sih belakangan ini anakku agak susah minum susu formula (ASI cuma sampai 4 bulan). Harusnya sekali minum susu formula 180cc, tapi anakku cuma mau minum 90cc. Bagaimana sih pola makan yang benar dan bagaimana menaikkan berat badan anakku supaya ideal ?
Terima Kasih
Tumbuh kembang bayi dapat tercermin dari peningkatan berat badannya.
Ada banyak cara memantau kesehatan bayi. Tapi yang termudah dan terjelas adalah dengan mengukur kondisi fisiknya. Inilah yang dikenal dengan istilah pengukuran antropometri yang mencakup pengukuran berat badan, panjang (tinggi) badan, lingkar lengan, serta lingkar kepala.
Pembahasan kali ini diutamakan pada berat badan (BB) bayi yang kerap menjadi perhatian utama karena nyata terlihat. Namun, bukan berarti orangtua boleh mengabaikan tinggi (panjang) badan, lingkar lengan serta lingkar kepala lo. Ketiga komponen itu tetap harus mendapat perhatian karena juga dapat dijadikan sebagai tolok ukur kesehatan bayi.
Sajian rubrik Dunia Bayi minggu ini menyajikan kiat-kiat cara memantau berat badan bayi plus bagaimana menjaga agar BB si kecil bisa dalam standar ideal.
Selamat mambaca!
BB TURUN DULU LANTAS NAIK
Bila dicermati pada waktu 1-2 minggu setelah lahir, bobot bayi menyusut. Karena tubuhnya masih banyak mengandung air sebagai "oleh-oleh" dari dalam rahim. Dalam rentang waktu 1-2 minggu tersebut, cairan itu sedikit demi akan keluar melalui urine dan menurunkan bobot bayi secara otomatis. Tentu saja angka penurunannya tidak drastis. Dengan begitu, jika setelah 1-2 minggu kelahiran bayi, BB si kecil turun, itu merupakan hal alamiah. Jadi tak perlu terlalu dikhawatirkan.
Di minggu-minggu berikutnya, berat badan si kecil relatif meningkat, yakni sekitar 750-1.000 gram per bulannya. Setelah usia 3-6 bulan kenaikannya tidak sebesar itu, yaitu sekitar 500– 600 gram per bulan. Nah, di usia 6-9 bulan penambahan bobotnya semakin melambat, sekitar 350–450 gram per bulan. Begitu pula ketika si kecil berusia 9-12 bulan, penambahannya tak terlalu mencolok sekitar 150–250 gram per bulannya.
Ketika memasuki usia satu tahun, umumnya penambahan berat badan bayi mulai melambat lagi. Namun, bukan berarti terjadi penurunan. Beratnya tetap meningkat, hanya saja perlahan-lahan atau tidak sepesat sebelumnya. Yang jelas, orangtua tak perlu kaget atau khawatir. Itu artinya normal-normal saja. Toh, berbagai penelitian terhadap sejumlah bayi normal dari berbagai ras juga menunjukkan adanya penurunan berat badan di rentang usia 0-12 bulan.
KEBUTUHAN ENERGI & BERAT BADAN
Agar berat badan sang buah hati tetap mengalami peningkatan yang normal dan sesuai dengan pertambahan usianya, berikan ia asupan nutrisi yang adekuat dengan komposisi zat gizi yang seimbang. Maksudnya, makanan yang dikonsumsi hendaknya mengandung unsur karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin-mineral yang cukup.
Patut diperhatikan bahwa tiap kelompok usia, kebutuhan energi anak berbeda-beda. Untuk bayi usia 0-6 bulan, kebutuhan energinya adalah 550 Kkal per hari. Sedangkan yang berusia 7-12 bulan, kebutuhan energinya adalah 650 Kkal. Tambahan lagi pada bayi, jenis makanan pun disesuaikan dengan kemampuannya saat itu. Contohnya, pada usia 0–6 bulan hanya minum ASI/susu formula, kemudian bertahap diberikan bentuk makanan yang lebih bertekstur mulai dari lembut hingga lebih kasar sesuai dengan kemampuan/toleransinya.
Bila berat badan bayi mengalami penurunan, apalagi bila tren tersebut terjadi dalam 1 bulan atau bahkan lebih (berarti lebih dari sekali pengukuran), harus dicari penyebabnya. Sebaiknya segera bawa buah hati Anda ke dokter untuk dievaluasi lebih lanjut, apakah jumlah minum/makannya sudah mencukupi kalorinya, ataukah ada penyebab-penyebab lainnya seperti penyakit-penyakit/kelainan-kelainan tertentu. Ada banyak kemungkinan penyebabnya, di antaranya adalah:
1. Pola makan dan asupan nutrisi yang tidak seimbang dan adekuat
2. Pengetahuan orangtua tentang nutrisi untuk anak/bayi yang kurang
3. Kelainan sistem organ dalam tubuh seperti:
- Sistem pencernaannya (seperti refluks gastrointestinal, diare kronik/melanjut, kelainan anatomis bawaan, dan lain-lain),
- Sistem hormonal (defisiensi hormon pertumbuhan, gangguan kelenjar tiroid/hipotiroid, diabetes, dan lain-lain),
- Sistem imunologi (defisiensi imunitas, AIDS/HIV, alergi berat terhadap makanan tertentu sehingga penyerapannya terganggu, penyakit autoantibodi, dan lain-lain),
- Kelainan jantung bawaan,
- Penyakit kronis seperti kecacingan, tuberkulosis, dan sebagainya.
MENGENAL KMS
Untuk memudahkan mengenali status gizi bayi--- menurut berat badan, jenis kelamin, serta usia----maka standar ideal digambarkan dalam bentuk kurva yang biasanya terdapat pada kartu atau buku pantau tumbuh-kembang bayi dari puskesmas atau rumah sakit. Dengan mengetahui ukuran ideal, orangtua diharapkan bisa mengetahui status kesehataan si kecil.
Saat ini ada dua kurva pertumbuhan yang digunakan yakni kurva yang terdapat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) hasil rancangan Departemen Kesehatan dan yang dikeluarkan oleh National Center for Health Statistics (NCHS)/Centers for Disease Control (CDC) yang berasal dari Amerika Serikat. Perbedaannya, kurva pertumbuhan pada KMS hanya mencantumkan berat badan dan umur. Sedangkan pada kurva NCHS mencantumkan berat badan, tinggi badan, umur dan jenis kelamin. Jadi kurva NCHS memang lebih praktis dan mudah dibaca. Sayangnya, NCHS mengacu pada pertumbuhan anak-anak di Amerika (ras kaukasia).
Dengan kurva tersebut, orangtua tinggal menyesuaikan antara usia, jenis kelamin dan berat untuk me-ngetahui, apakah berat badan bayinya masuk ke dalam kurva normal, kurang atau berlebih. Pemantauan proses tumbuh kembang bayi ini perlu dilakukan setiap bulan, sehingga bila terjadi penyimpangan dari garis atau pita normal dapat diketahui dengan segera dan dilakukan antisipasi yang tepat.
MEMBACA KURVA
Untuk membaca kurva berat badan bayi versi NCHS atau KMS sebenarnya mudah. Langkah pertama adalah me-ngetahui berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) atau usia (dalam bulan) si bayi. Kemudian dengan berpedoman pada komponen tersebut, cobalah untuk mencari titik temunya pada kurva yang tersedia. Patut diperhatikan bila menggunakan kurva NCHS, pilihlah kurva yang sesuai dengan jenis kelamin bayi Anda. Sebab, kurva ini dibedakan antara bayi laki-laki dan perempuan.
Cobalah cermati, apakah sudah sesuai dengan garis/pita standar (normal) yang tersedia (biasanya berwarna hitam), ataukah trennya malah cenderung menuju ke bawah (garis merah). Bila penambahan BB, TB dan usia bayi sesuai atau berada pada garis/pita standar, itu berarti tumbuh kembangnya normal. Nah, sebaiknya orangtua wajib waspada bila tren grafiknya cenderung menuju ke bawah (garis merah).
Fluktuasi memang mungkin terjadi, namun bila masih dalam rentang yang normal tidak apa-apa. Tapi, tetap dianjurkan untuk meningkatkan pertambahan BB/TB sesuai dengan standar usianya. BB yang turun bukan melulu ada gangguan. Faktor genetik juga menentukan pertum-buhan si kecil. Artinya, pertambahan berat juga dapat dilihat bagaimana riwayat BB keluarganya. Maksudnya, bila orangtua memang berperawakan kurus bisa jadi anaknya pun akan memiliki perawakan yang sama dengan orangtuanya.
Utami Sri Rahayu. Foto: Iman/nakita
PERTAMBAHAN BERAT BAYI, BENARKAH TURUN NAIK?
Semua bayi dari ras-ras yang ada di dunia mengalami penurunan pertambahan berat badan di bulan-bulan tertentu.
"Dok, kenapa, ya, pertambahan berat badan bayi saya naik-turun? Bulan kemarin naik 650 gram. Eh, bulan ini naiknya cuma 350 gram. Saya khawatir terjadi apa-apa pada bayi saya," kata seorang ibu saat berkonsultasi dengan dokter anak.
Menanggapi kecemasan ibu tersebut, dr. Hanifah Oswari, Sp.A., menegaskan para orang tua untuk tidak terlalu khawatir terhadap pertambahan BB bayi yang naik-turun. Umumnya dalam waktu 2 minggu setelah lahir, BB bayi akan mengalami penurunan setidaknya sekitar 10 persen. Sebelumnya sewaktu lahir, badan bayi masih banyak mengandung air sehingga timbangannya lebih berat. Nah, dalam 2 minggu pertama itulah cairan berangsur-angsur keluar melalui saluran urin. "Ini proses yang alamiah, kok. Kebanyakan bayi akan mengalami penurunan BB," kata dokter dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Senada dengan Hanifah, penelitian yang dilakukan oleh Judith Groner juga menunjukkan bahwa dalam jangka waktu 1-2 minggu setelah lahir BB bayi akan turun sekitar 10 persen. Meski begitu, umumnya BB si kecil akan kembali seperti waktu lahir dalam beberapa pekan kemudian. Demikian hasil penelitian yang diungkapkan oleh asosiasi profesor bidang penyakit anak pada Fakultas Kedokteran, Columbus University, Ohio, Amerika Serikat.
KISARAN BB NORMAL
Bobot bayi baru lahir yang dikategorikan normal berada pada rentang 2.500 4.000 gram. Setelah itu, pertambahan bobotnya tentu akan berbeda-beda; ada yang tinggi dan ada yang rendah. Umpamanya, ada bayi yang penambahan BB-nya 600 gram per bulan. Namun, ada juga yang bertambah hanya sekitar 350 gram per bulan.
Kepastian apakah BB bayi normal atau tidak bisa dilihat dari kurva Lubchenko. Biasanya kurva ini dicantumkan dalam kartu menuju sehat (KMS) atau buku pantau tumbuh-kembang bayi yang bisa didapat di puskemas atau rumah sakit. Menurut kurva Lubchenko, ada 3 parameter utama untuk mengetahui pertumbuhan seorang bayi, yaitu bertambahnya berat badan, tinggi badan, dan ukuran lingkar kepala.
Pertambahan BB yang dikategorikan normal dibagi menjadi beberapa tahapan. Pada triwulan pertama, pertambahan BB sekitar 150-250 gram per bulan. Pada triwulan kedua sekitar 500-600 gram per bulan, sedangkan pada triwulan ketiga mencapai 350-450 gram per bulan. Lalu, pada triwulan keempat pertambahan BB berkisar antara 250-350 gram per bulan. Dari patokan di atas terlihat kalau dalam 3 bulan pertama setelah lahir, pertambahan BB berlangsung biasa-biasa saja. Kemudian, pada usia 3-6 bulan pertambahan BB terkesan melesat, dan mulai melambat saat usia di atas 6 bulan.
Yang ditekankan Hanifah, meski kenaikan BB-nya melambat, pertumbuhan anak sebenarnya berlangsung normal. Toh, sebenarnya bobot tersebut tetap mengalami penambahan walaupun lebih kecil ketimbang di bulan-bulan sebelumnya. Jadi, orang tua tak perlu khawatir. Memang, "Tak diketahui secara pasti kenapa pertambahan BB bayi menurun. Yang pasti, penelitian yang dilakukan terhadap sejumlah bayi normal dari berbagai ras juga menunjukkan hal yang sama," ujarnya.
Secara garis besar, saat menginjak usia 6 bulan, rata-rata BB bayi sudah mencapai 2 kali lipat BB lahirnya. Sedangkan di usia 1 tahun BB ini sudah mencapai 3 kali lipat berat lahir. Nah, selepas usia 1 tahun, pertambahan BB mulai melambat lagi. "Hal itu memang berlangsung secara alamiah dan normal. Tak usah terlalu dipusingkan kenapa kenaikan BB yang tadinya tinggi tiba-tiba menurun. Bagaimanapun, angka-angka itu sangat bersifat individual. Tiap anak berbeda-beda tak usah dibandingkan dengan bayi yang lain," tutur Hanifah.
BB TIDAK NORMAL
Dugaan bahwa ada yang tidak beres pada pertumbuhan si kecil pantas muncul bila grafik BB pada kurva terlihat menurun drastis. Apalagi jika nafsu makannya (termasuk keinginan untuk menyusu) juga terlihat menurun. Nah, untuk mendeteksi ketidaknormalan itu, Hanifah sekali lagi menekankan pentingnya mengamati data-data yang tercatat pada kurva Lubchenko. Jangan-jangan si kecil terserang penyakit.
Sebuah studi menunjukkan adanya keterkaitan antara perubahan BB dengan kondisi pertumbuhan anak. Jika BB tak bertambah sesuai dengan grafik normal maka kemungkinan anak tengah mengalami gangguan pertumbuhan. Nah, jika dalam 2 bulan berturut-turut si kecil tidak mengalami pertambahan berat atau malah turun secara drastis, waspadai kemungkinan adanya gangguan. Masalahnya, pada usia 0-2 tahun, sekitar 80 persen jaringan otak sedang terbentuk. Segeralah berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui dan memastikan kondisi si kecil.
Gangguan pertumbuhan ini bisa terjadi dalam waktu singkat maupun jangka panjang. Merosotnya BB dalam waktu singkat bisa disebabkan oleh menurunnya nafsu makan, penyakit, atau kurangnya asupan makanan pada bayi. Sedangkan, penurunan BB sedikit demi sedikit dalam rentang waktu yang tidak sebentar biasanya dipicu oleh kelainan gagal tumbuh. Gagal tumbuh merupakan ketidakmampuan bayi/anak untuk mencapai BB atau TB sesuai jalur pertumbuhan yang normal. Penyakit infeksi juga dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pertumbuhan pada anak.
PENTINGNYA GIZI
ASI, seperti ditandaskan dr. Rachmi Untoro, MPH, berperan besar pada pertambahan BB bayi. Penelitian membuktikan bayi yang mengonsumsi ASI pada 2 bulan pertama semenjak lahir, mengalami pertambahan BB yang lebih cepat ketimbang bayi yang mengonsumsi susu formula.
Meski belum ada studi yang dapat menjawab dengan pasti mengapa dengan minum ASI pertambahan BB berlangsung lebih cepat, tapi riset menunjukkan anak yang minum ASI menghabiskan energi lebih sedikit dibandingkan anak yang minum susu formula. Itulah mungkin yang menjadi penyebab bobotnya cepat bertambah. Selain itu, dengan minum ASI bayi pada dasarnya akan lebih cepat lapar dan haus. Plus, tentu saja, ASI mengandung zat-zat terbaik untuk bayi.
Rachmi juga berpendapat kalau pertumbuhan bayi tidak bisa dilihat hanya berdasarkan perubahan BB dan PB-nya saja. Namun juga, perlu diperhatikan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan gizinya. Jika keadaan gizi anak baik, barulah dapat dikatakan pertumbuhannya normal. Bukankah jika gizinya tak seimbang, pertumbuhan anak akan terganggu, seperti menjadi kurus, terlalu gemuk, atau pendek.
Kecukupan gizi sebenarnya sudah diperlukan bayi sejak di kandungan. Ibu hamil yang kurang menyantap makanan bergizi kemungkinan besar nantinya memiliki bayi dengan BB rendah dan sakit-sakitan. "Beberapa penelitian menunjukkan, bayi yang tak mendapat gizi cukup ketika masih dalam kandungan berisiko tinggi menderita penyakit degeneratif," papar Direktur Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan ini. Contohnya, hipertensi, penyakit jantung, diabetes, dan gagal ginjal.
KATEGORI KURUS-GEMUK
Ada yang menyebutkan, bayi baru lahir dikatakan gemuk jika BB-nya mencapai lebih dari 3.500 gram. Atau sebaliknya, bayi yang lahir dengan BB 2.500 gram adalah kurus. Padahal kurus-gemuknya bayi tak bisa dilihat secara hitam putih seperti itu karena masing-masing menjalani proses tumbuh-kembang yang khas.
Kalaupun si kecil telihat gemuk atau kurus, tinggal dilihat saja apakah bobot tersebut masih sejalan dengan kurva pertambahan tinggi badan dan ukuran lingkar kepala yang normal. "Apakah bayi itu kurus atau gemuk tak cukup dilihat berdasarkan berat badannya, tapi bandingkan pula dengan pertumbuhan panjang badan setiap bulannya melalui kurva Lubchenko."
Untuk menyebut apakah anak kurus atau gemuk juga harus dengan melihat bagaimana riwayat berat badan keluarganya. Alasannya, faktor genetik juga menentukan pertumbuhan anak. Ada anak yang pertambahan BB-nya lambat tapi diiringi pertambahan tinggi badan yang cepat. Jadilah ia si kurus. Sebaliknya, ada anak yang pertambahan BB-nya cepat tapi pertambahan tinggi badannya lambat, maka ia disebut sebagai si gendut. Artinya, ada faktor X yang ikut mempengaruhi apakah si anak kelak tergolong gemuk atau kurus yaitu faktor genetik.
Yang perlu diketahui, lanjut Hanifah, di bawah usia 2 tahun, bayi atau anak yang gemuk belum bisa dibilang kegemukan. Gemuk dalam persepsi orang dewasa adalah kelebihan simpanan lemak. Lemak ini sebenarnya berfungsi sebagai cadangan energi. Jadi, kalaupun lemak si bayi tampak berlebih, bukan berarti ia menderita obesitas. Lantaran itulah, walaupun si bayi terlihat sangat gemuk, orang tua tak perlu mengurangi asupan makanannya. Contohnya, bayi yang lahir di atas 3.500 gram tidak bisa dikatakan gemuk karena itu baru BB awalnya.
Pengecualian bisa dilakukan bila memang orang tua memiliki riwayat obesitas. Kemungkinan besar, bayi bisa mengalami hal yang sama. Kalau sudah begini, porsi makan si kecil perlu diperhatikan. Namun, penyebab obesitas tak melulu faktor genetik. Bayi yang kurang aktif bergerak juga bisa mengalami kegemukan. Apalagi bila ia selalu makan terlalu banyak. Akibatnya, sel-sel lemaknya berkembang terlalu pesat sehingga mempercepat pembentukan lemak pada tubuhnya.
PERTAMBAHAN BB BAYI PREMATUR
Bagaimana dengan berat badan bayi prematur? Apakah pertambahannya akan lebih sedikit dibandingkan anak seusianya yang lahir cukup bulan? Biasanya, lanjut Hanifah, perlu waktu beberapa tahun agar pertambahan BB anak prematur berlangsung normal. "Karena ia dilahirkan lebih cepat, anak prematur perlu waktu untuk mengejar berat atau tinggi badan anak seusianya."
Riset menunjukkan pada usia 8 tahun anak prematur rata-rata akan mampu mengejar ketertinggalan pertambahan berat dan tingginya. Namun, hasil riset memaparkan anak prematur yang lahir saat usia kehamilan belum genap 32 minggu akan tetap memiliki bobot maupun tinggi badan yang lebih kecil dibanding teman seusianya yang lahir dengan cukup bulan.
Tumbuh kembang bayi dapat tercermin dari peningkatan berat badannya.
Ada banyak cara memantau kesehatan bayi. Tapi yang termudah dan terjelas adalah dengan mengukur kondisi fisiknya. Inilah yang dikenal dengan istilah pengukuran antropometri yang mencakup pengukuran berat badan, panjang (tinggi) badan, lingkar lengan, serta lingkar kepala.
Pembahasan kali ini diutamakan pada berat badan (BB) bayi yang kerap menjadi perhatian utama karena nyata terlihat. Namun, bukan berarti orangtua boleh mengabaikan tinggi (panjang) badan, lingkar lengan serta lingkar kepala lo. Ketiga komponen itu tetap harus mendapat perhatian karena juga dapat dijadikan sebagai tolok ukur kesehatan bayi.
Sajian rubrik Dunia Bayi minggu ini menyajikan kiat-kiat cara memantau berat badan bayi plus bagaimana menjaga agar BB si kecil bisa dalam standar ideal.
Selamat mambaca!
BB TURUN DULU LANTAS NAIK
Bila dicermati pada waktu 1-2 minggu setelah lahir, bobot bayi menyusut. Karena tubuhnya masih banyak mengandung air sebagai "oleh-oleh" dari dalam rahim. Dalam rentang waktu 1-2 minggu tersebut, cairan itu sedikit demi akan keluar melalui urine dan menurunkan bobot bayi secara otomatis. Tentu saja angka penurunannya tidak drastis. Dengan begitu, jika setelah 1-2 minggu kelahiran bayi, BB si kecil turun, itu merupakan hal alamiah. Jadi tak perlu terlalu dikhawatirkan.
Di minggu-minggu berikutnya, berat badan si kecil relatif meningkat, yakni sekitar 750-1.000 gram per bulannya. Setelah usia 3-6 bulan kenaikannya tidak sebesar itu, yaitu sekitar 500– 600 gram per bulan. Nah, di usia 6-9 bulan penambahan bobotnya semakin melambat, sekitar 350–450 gram per bulan. Begitu pula ketika si kecil berusia 9-12 bulan, penambahannya tak terlalu mencolok sekitar 150–250 gram per bulannya.
Ketika memasuki usia satu tahun, umumnya penambahan berat badan bayi mulai melambat lagi. Namun, bukan berarti terjadi penurunan. Beratnya tetap meningkat, hanya saja perlahan-lahan atau tidak sepesat sebelumnya. Yang jelas, orangtua tak perlu kaget atau khawatir. Itu artinya normal-normal saja. Toh, berbagai penelitian terhadap sejumlah bayi normal dari berbagai ras juga menunjukkan adanya penurunan berat badan di rentang usia 0-12 bulan.
KEBUTUHAN ENERGI & BERAT BADAN
Agar berat badan sang buah hati tetap mengalami peningkatan yang normal dan sesuai dengan pertambahan usianya, berikan ia asupan nutrisi yang adekuat dengan komposisi zat gizi yang seimbang. Maksudnya, makanan yang dikonsumsi hendaknya mengandung unsur karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin-mineral yang cukup.
Patut diperhatikan bahwa tiap kelompok usia, kebutuhan energi anak berbeda-beda. Untuk bayi usia 0-6 bulan, kebutuhan energinya adalah 550 Kkal per hari. Sedangkan yang berusia 7-12 bulan, kebutuhan energinya adalah 650 Kkal. Tambahan lagi pada bayi, jenis makanan pun disesuaikan dengan kemampuannya saat itu. Contohnya, pada usia 0–6 bulan hanya minum ASI/susu formula, kemudian bertahap diberikan bentuk makanan yang lebih bertekstur mulai dari lembut hingga lebih kasar sesuai dengan kemampuan/toleransinya.
Bila berat badan bayi mengalami penurunan, apalagi bila tren tersebut terjadi dalam 1 bulan atau bahkan lebih (berarti lebih dari sekali pengukuran), harus dicari penyebabnya. Sebaiknya segera bawa buah hati Anda ke dokter untuk dievaluasi lebih lanjut, apakah jumlah minum/makannya sudah mencukupi kalorinya, ataukah ada penyebab-penyebab lainnya seperti penyakit-penyakit/kelainan-kelainan tertentu. Ada banyak kemungkinan penyebabnya, di antaranya adalah:
1. Pola makan dan asupan nutrisi yang tidak seimbang dan adekuat
2. Pengetahuan orangtua tentang nutrisi untuk anak/bayi yang kurang
3. Kelainan sistem organ dalam tubuh seperti:
- Sistem pencernaannya (seperti refluks gastrointestinal, diare kronik/melanjut, kelainan anatomis bawaan, dan lain-lain),
- Sistem hormonal (defisiensi hormon pertumbuhan, gangguan kelenjar tiroid/hipotiroid, diabetes, dan lain-lain),
- Sistem imunologi (defisiensi imunitas, AIDS/HIV, alergi berat terhadap makanan tertentu sehingga penyerapannya terganggu, penyakit autoantibodi, dan lain-lain),
- Kelainan jantung bawaan,
- Penyakit kronis seperti kecacingan, tuberkulosis, dan sebagainya.
MENGENAL KMS
Untuk memudahkan mengenali status gizi bayi--- menurut berat badan, jenis kelamin, serta usia----maka standar ideal digambarkan dalam bentuk kurva yang biasanya terdapat pada kartu atau buku pantau tumbuh-kembang bayi dari puskesmas atau rumah sakit. Dengan mengetahui ukuran ideal, orangtua diharapkan bisa mengetahui status kesehataan si kecil.
Saat ini ada dua kurva pertumbuhan yang digunakan yakni kurva yang terdapat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) hasil rancangan Departemen Kesehatan dan yang dikeluarkan oleh National Center for Health Statistics (NCHS)/Centers for Disease Control (CDC) yang berasal dari Amerika Serikat. Perbedaannya, kurva pertumbuhan pada KMS hanya mencantumkan berat badan dan umur. Sedangkan pada kurva NCHS mencantumkan berat badan, tinggi badan, umur dan jenis kelamin. Jadi kurva NCHS memang lebih praktis dan mudah dibaca. Sayangnya, NCHS mengacu pada pertumbuhan anak-anak di Amerika (ras kaukasia).
Dengan kurva tersebut, orangtua tinggal menyesuaikan antara usia, jenis kelamin dan berat untuk me-ngetahui, apakah berat badan bayinya masuk ke dalam kurva normal, kurang atau berlebih. Pemantauan proses tumbuh kembang bayi ini perlu dilakukan setiap bulan, sehingga bila terjadi penyimpangan dari garis atau pita normal dapat diketahui dengan segera dan dilakukan antisipasi yang tepat.
MEMBACA KURVA
Untuk membaca kurva berat badan bayi versi NCHS atau KMS sebenarnya mudah. Langkah pertama adalah me-ngetahui berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) atau usia (dalam bulan) si bayi. Kemudian dengan berpedoman pada komponen tersebut, cobalah untuk mencari titik temunya pada kurva yang tersedia. Patut diperhatikan bila menggunakan kurva NCHS, pilihlah kurva yang sesuai dengan jenis kelamin bayi Anda. Sebab, kurva ini dibedakan antara bayi laki-laki dan perempuan.
Cobalah cermati, apakah sudah sesuai dengan garis/pita standar (normal) yang tersedia (biasanya berwarna hitam), ataukah trennya malah cenderung menuju ke bawah (garis merah). Bila penambahan BB, TB dan usia bayi sesuai atau berada pada garis/pita standar, itu berarti tumbuh kembangnya normal. Nah, sebaiknya orangtua wajib waspada bila tren grafiknya cenderung menuju ke bawah (garis merah).
Fluktuasi memang mungkin terjadi, namun bila masih dalam rentang yang normal tidak apa-apa. Tapi, tetap dianjurkan untuk meningkatkan pertambahan BB/TB sesuai dengan standar usianya. BB yang turun bukan melulu ada gangguan. Faktor genetik juga menentukan pertum-buhan si kecil. Artinya, pertambahan berat juga dapat dilihat bagaimana riwayat BB keluarganya. Maksudnya, bila orangtua memang berperawakan kurus bisa jadi anaknya pun akan memiliki perawakan yang sama dengan orangtuanya.
Utami Sri Rahayu. Foto: Iman/nakita
PERTAMBAHAN BERAT BAYI, BENARKAH TURUN NAIK?
Semua bayi dari ras-ras yang ada di dunia mengalami penurunan pertambahan berat badan di bulan-bulan tertentu.
"Dok, kenapa, ya, pertambahan berat badan bayi saya naik-turun? Bulan kemarin naik 650 gram. Eh, bulan ini naiknya cuma 350 gram. Saya khawatir terjadi apa-apa pada bayi saya," kata seorang ibu saat berkonsultasi dengan dokter anak.
Menanggapi kecemasan ibu tersebut, dr. Hanifah Oswari, Sp.A., menegaskan para orang tua untuk tidak terlalu khawatir terhadap pertambahan BB bayi yang naik-turun. Umumnya dalam waktu 2 minggu setelah lahir, BB bayi akan mengalami penurunan setidaknya sekitar 10 persen. Sebelumnya sewaktu lahir, badan bayi masih banyak mengandung air sehingga timbangannya lebih berat. Nah, dalam 2 minggu pertama itulah cairan berangsur-angsur keluar melalui saluran urin. "Ini proses yang alamiah, kok. Kebanyakan bayi akan mengalami penurunan BB," kata dokter dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Senada dengan Hanifah, penelitian yang dilakukan oleh Judith Groner juga menunjukkan bahwa dalam jangka waktu 1-2 minggu setelah lahir BB bayi akan turun sekitar 10 persen. Meski begitu, umumnya BB si kecil akan kembali seperti waktu lahir dalam beberapa pekan kemudian. Demikian hasil penelitian yang diungkapkan oleh asosiasi profesor bidang penyakit anak pada Fakultas Kedokteran, Columbus University, Ohio, Amerika Serikat.
KISARAN BB NORMAL
Bobot bayi baru lahir yang dikategorikan normal berada pada rentang 2.500 4.000 gram. Setelah itu, pertambahan bobotnya tentu akan berbeda-beda; ada yang tinggi dan ada yang rendah. Umpamanya, ada bayi yang penambahan BB-nya 600 gram per bulan. Namun, ada juga yang bertambah hanya sekitar 350 gram per bulan.
Kepastian apakah BB bayi normal atau tidak bisa dilihat dari kurva Lubchenko. Biasanya kurva ini dicantumkan dalam kartu menuju sehat (KMS) atau buku pantau tumbuh-kembang bayi yang bisa didapat di puskemas atau rumah sakit. Menurut kurva Lubchenko, ada 3 parameter utama untuk mengetahui pertumbuhan seorang bayi, yaitu bertambahnya berat badan, tinggi badan, dan ukuran lingkar kepala.
Pertambahan BB yang dikategorikan normal dibagi menjadi beberapa tahapan. Pada triwulan pertama, pertambahan BB sekitar 150-250 gram per bulan. Pada triwulan kedua sekitar 500-600 gram per bulan, sedangkan pada triwulan ketiga mencapai 350-450 gram per bulan. Lalu, pada triwulan keempat pertambahan BB berkisar antara 250-350 gram per bulan. Dari patokan di atas terlihat kalau dalam 3 bulan pertama setelah lahir, pertambahan BB berlangsung biasa-biasa saja. Kemudian, pada usia 3-6 bulan pertambahan BB terkesan melesat, dan mulai melambat saat usia di atas 6 bulan.
Yang ditekankan Hanifah, meski kenaikan BB-nya melambat, pertumbuhan anak sebenarnya berlangsung normal. Toh, sebenarnya bobot tersebut tetap mengalami penambahan walaupun lebih kecil ketimbang di bulan-bulan sebelumnya. Jadi, orang tua tak perlu khawatir. Memang, "Tak diketahui secara pasti kenapa pertambahan BB bayi menurun. Yang pasti, penelitian yang dilakukan terhadap sejumlah bayi normal dari berbagai ras juga menunjukkan hal yang sama," ujarnya.
Secara garis besar, saat menginjak usia 6 bulan, rata-rata BB bayi sudah mencapai 2 kali lipat BB lahirnya. Sedangkan di usia 1 tahun BB ini sudah mencapai 3 kali lipat berat lahir. Nah, selepas usia 1 tahun, pertambahan BB mulai melambat lagi. "Hal itu memang berlangsung secara alamiah dan normal. Tak usah terlalu dipusingkan kenapa kenaikan BB yang tadinya tinggi tiba-tiba menurun. Bagaimanapun, angka-angka itu sangat bersifat individual. Tiap anak berbeda-beda tak usah dibandingkan dengan bayi yang lain," tutur Hanifah.
BB TIDAK NORMAL
Dugaan bahwa ada yang tidak beres pada pertumbuhan si kecil pantas muncul bila grafik BB pada kurva terlihat menurun drastis. Apalagi jika nafsu makannya (termasuk keinginan untuk menyusu) juga terlihat menurun. Nah, untuk mendeteksi ketidaknormalan itu, Hanifah sekali lagi menekankan pentingnya mengamati data-data yang tercatat pada kurva Lubchenko. Jangan-jangan si kecil terserang penyakit.
Sebuah studi menunjukkan adanya keterkaitan antara perubahan BB dengan kondisi pertumbuhan anak. Jika BB tak bertambah sesuai dengan grafik normal maka kemungkinan anak tengah mengalami gangguan pertumbuhan. Nah, jika dalam 2 bulan berturut-turut si kecil tidak mengalami pertambahan berat atau malah turun secara drastis, waspadai kemungkinan adanya gangguan. Masalahnya, pada usia 0-2 tahun, sekitar 80 persen jaringan otak sedang terbentuk. Segeralah berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui dan memastikan kondisi si kecil.
Gangguan pertumbuhan ini bisa terjadi dalam waktu singkat maupun jangka panjang. Merosotnya BB dalam waktu singkat bisa disebabkan oleh menurunnya nafsu makan, penyakit, atau kurangnya asupan makanan pada bayi. Sedangkan, penurunan BB sedikit demi sedikit dalam rentang waktu yang tidak sebentar biasanya dipicu oleh kelainan gagal tumbuh. Gagal tumbuh merupakan ketidakmampuan bayi/anak untuk mencapai BB atau TB sesuai jalur pertumbuhan yang normal. Penyakit infeksi juga dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pertumbuhan pada anak.
PENTINGNYA GIZI
ASI, seperti ditandaskan dr. Rachmi Untoro, MPH, berperan besar pada pertambahan BB bayi. Penelitian membuktikan bayi yang mengonsumsi ASI pada 2 bulan pertama semenjak lahir, mengalami pertambahan BB yang lebih cepat ketimbang bayi yang mengonsumsi susu formula.
Meski belum ada studi yang dapat menjawab dengan pasti mengapa dengan minum ASI pertambahan BB berlangsung lebih cepat, tapi riset menunjukkan anak yang minum ASI menghabiskan energi lebih sedikit dibandingkan anak yang minum susu formula. Itulah mungkin yang menjadi penyebab bobotnya cepat bertambah. Selain itu, dengan minum ASI bayi pada dasarnya akan lebih cepat lapar dan haus. Plus, tentu saja, ASI mengandung zat-zat terbaik untuk bayi.
Rachmi juga berpendapat kalau pertumbuhan bayi tidak bisa dilihat hanya berdasarkan perubahan BB dan PB-nya saja. Namun juga, perlu diperhatikan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan gizinya. Jika keadaan gizi anak baik, barulah dapat dikatakan pertumbuhannya normal. Bukankah jika gizinya tak seimbang, pertumbuhan anak akan terganggu, seperti menjadi kurus, terlalu gemuk, atau pendek.
Kecukupan gizi sebenarnya sudah diperlukan bayi sejak di kandungan. Ibu hamil yang kurang menyantap makanan bergizi kemungkinan besar nantinya memiliki bayi dengan BB rendah dan sakit-sakitan. "Beberapa penelitian menunjukkan, bayi yang tak mendapat gizi cukup ketika masih dalam kandungan berisiko tinggi menderita penyakit degeneratif," papar Direktur Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan ini. Contohnya, hipertensi, penyakit jantung, diabetes, dan gagal ginjal.
KATEGORI KURUS-GEMUK
Ada yang menyebutkan, bayi baru lahir dikatakan gemuk jika BB-nya mencapai lebih dari 3.500 gram. Atau sebaliknya, bayi yang lahir dengan BB 2.500 gram adalah kurus. Padahal kurus-gemuknya bayi tak bisa dilihat secara hitam putih seperti itu karena masing-masing menjalani proses tumbuh-kembang yang khas.
Kalaupun si kecil telihat gemuk atau kurus, tinggal dilihat saja apakah bobot tersebut masih sejalan dengan kurva pertambahan tinggi badan dan ukuran lingkar kepala yang normal. "Apakah bayi itu kurus atau gemuk tak cukup dilihat berdasarkan berat badannya, tapi bandingkan pula dengan pertumbuhan panjang badan setiap bulannya melalui kurva Lubchenko."
Untuk menyebut apakah anak kurus atau gemuk juga harus dengan melihat bagaimana riwayat berat badan keluarganya. Alasannya, faktor genetik juga menentukan pertumbuhan anak. Ada anak yang pertambahan BB-nya lambat tapi diiringi pertambahan tinggi badan yang cepat. Jadilah ia si kurus. Sebaliknya, ada anak yang pertambahan BB-nya cepat tapi pertambahan tinggi badannya lambat, maka ia disebut sebagai si gendut. Artinya, ada faktor X yang ikut mempengaruhi apakah si anak kelak tergolong gemuk atau kurus yaitu faktor genetik.
Yang perlu diketahui, lanjut Hanifah, di bawah usia 2 tahun, bayi atau anak yang gemuk belum bisa dibilang kegemukan. Gemuk dalam persepsi orang dewasa adalah kelebihan simpanan lemak. Lemak ini sebenarnya berfungsi sebagai cadangan energi. Jadi, kalaupun lemak si bayi tampak berlebih, bukan berarti ia menderita obesitas. Lantaran itulah, walaupun si bayi terlihat sangat gemuk, orang tua tak perlu mengurangi asupan makanannya. Contohnya, bayi yang lahir di atas 3.500 gram tidak bisa dikatakan gemuk karena itu baru BB awalnya.
Pengecualian bisa dilakukan bila memang orang tua memiliki riwayat obesitas. Kemungkinan besar, bayi bisa mengalami hal yang sama. Kalau sudah begini, porsi makan si kecil perlu diperhatikan. Namun, penyebab obesitas tak melulu faktor genetik. Bayi yang kurang aktif bergerak juga bisa mengalami kegemukan. Apalagi bila ia selalu makan terlalu banyak. Akibatnya, sel-sel lemaknya berkembang terlalu pesat sehingga mempercepat pembentukan lemak pada tubuhnya.
PERTAMBAHAN BB BAYI PREMATUR
Bagaimana dengan berat badan bayi prematur? Apakah pertambahannya akan lebih sedikit dibandingkan anak seusianya yang lahir cukup bulan? Biasanya, lanjut Hanifah, perlu waktu beberapa tahun agar pertambahan BB anak prematur berlangsung normal. "Karena ia dilahirkan lebih cepat, anak prematur perlu waktu untuk mengejar berat atau tinggi badan anak seusianya."
Riset menunjukkan pada usia 8 tahun anak prematur rata-rata akan mampu mengejar ketertinggalan pertambahan berat dan tingginya. Namun, hasil riset memaparkan anak prematur yang lahir saat usia kehamilan belum genap 32 minggu akan tetap memiliki bobot maupun tinggi badan yang lebih kecil dibanding teman seusianya yang lahir dengan cukup bulan.
alo bunda meniq....
aku juga pernah baca di salah satu artikel bahwa berat bayi normal anak usia 6 bln itu beratnya minimal 2 x BB waktu lahir. dan ketika usia anak 1 thn itu normal beratnya harus 3 x BB waktu lahir. jadi sebenarnya BB nya anaknya bunda meniq sih masih dalam batas normal ya.
anakku sekarang 6 bln BB nya 8.5 kg. waktu lahir BBnya cuma 2650 gram. ud maem tim saring dan susunya lumayan kuat banget. kata DSA nya sih ndut tapi blm overweight.
mungkin anaknya bunda meniq ga suka kali sama sufor nya yg sekarang, coba diganti aja siapa tau lebih suka.
Luv'
mama vino
Thanks ya buat masukannya moms' Aurel and mama Vino dan bagus banget
Sekarang anakku minum sufornya S26 dan bulan depan sudah harus ganti lanjutannya. karena S26 hanya untuk umur 0-6 bulan. Mudah mudahan begitu ganti sufornya jadi suka n banyak minum susunya.