SITE STATUS
Jumlah Member :
253.413 member
user online :
2518 member
pageview's per day :
Over 100.000(!) page views
Kalkulator kesuburan
Masukan tanggal hari pertama bunda mengalami menstruasi

Blog -- Jangan Tanyakan Lagi Bagaimana Perjuangannya



Blog posted by

Jangan Tanyakan Lagi Bagaimana Perjuangannya


Blog posted on 16-11-2010





Kebayang ga sih ada perusahaan yang mempekerjakan karyawannya 20 jam perhari?? Jika Anda mendapatkan tawaran tersebut dengan gaji yang cukup menjanjikan, apa Anda langsung akan menerimanya? Saya yakin Anda pasti akan berpikir berulang-ulang, mengingat jam kerja yang mencekek leher. Apalagi jika jam kerjanya 24 jam perhari. Tapi jangan tanyakan semua itu pada seorang ibu. Karena profesi seorang ibu itu jam kerjanya 24 jam perhari. Dan seorang ibu ternyata kuat menghadapi jam kerja yang tak pernah putus.


Dulu awal-awal saya menikah saya takut tak bisa menjadi wanita yang sempurna jika belum memiliki momongan. Setelah memiliki momongan, ketakutan saya berubah. Saya takut tak bisa menjadi ibu yang sempurna bagi anak saya. Maaf, pernyataan ini hanya berlaku pada diri saya. Saya tak mengatakan bahwa seorang istri yang belum pernah melahirkan itu bukan wanita yang sempurna. Sama sekali saya tak bermaksud mengatakan hal itu pada istri-istri yang belum mempunyai momongan, karena saya tahu kesempurnaan seorang istri bukan hanya terletak pada bisa atau tidaknya dia melahirkan keturunan. Tapi bagaimana dia bisa memberikan yang terbaik buat suaminya. Menjadi istri shalihah yang senantiasa enak bila dipandang oleh suaminya. Jadi sekali lagi saya katakan, jangan berkecil hati bila sampai sekarang Anda belum diberi momongan. Boleh jadi Allah sedang menunda kesempatan itu. Dia yang lebih tahu apa yang terbaik buat Anda.


Banyak yang berubah setelah saya melahirkan si kecil. Dan perubahan itulah yang membuat saya semakin mengerti rasanya menjadi seorang ibu. Banyak perjuangan yang harus dilakukan oleh seorang ibu. Baru di awal hamil saja, seorang calon ibu dituntut untuk bisa bersabar menghadapi rasa mual yang mungkin menyerang. Kondisi psikologis juga berubah, menjadi sangat sensitif bahkan ada sebagian ibu yang menjadi tempramen. Belum lagi jika kandungan sudah besar. Kemana-mana harus membawa beban seberat itu. Tidur pun jadi tak enak. Segala posisi menjadi tak nyaman. Punggung pegel, kaki bengkak, badan melar, dan memang itulah konsekuensi seorang ibu.


Tahap yang paling mendebarkan adalah saat dirinya harus berjihad fisabilillah menahan rasa sakit. Di sinilah nyawa seorang ibu dipertaruhkan demi sesosok tubuh mungil. Dan sampai sekarang, saya masih sering menitikkan air mata jika mengingat saat-saat itu. Alhamdulillah, Allah masih berbaik hati memberi kesempatan kepada saya menjadi seorang ibu.


Apakah dikira setelah pertaruhan nyawa itu selesai, maka berakhirlah perjuangan seorang ibu? Justru sebaliknya. Perjuangan yang lebih besar baru dimulai. Saat awal-awal setelah melahirkan, saya harus berperang melawan batin saya sendiri. Saat itu si kecil belum pandai menyusu, dikarenakan puting yang terlalu kecil dan produksi ASI belum lancar keluar. Di sinilah, kesabaran saya kembali di uji. Harus mendengarkan omongan orang lain yang semuanya terkesan menggurui dan memvonis saya bahwa sudah sepantasnya seorang ibu itu menyusui anaknya. Melihat saya membuat susu formula buat anak saya, mereka seolah menganggap saya ga mau menyusui anak saya, padahal waktu itu masih ada kendala seperti yang saya katakan tadi. Jangan dikira saya diam saja. Saya juga sudah berusaha. Makan jagung goreng (marneng) yang dibelikan suami saya. Setengah kilo saya habiskan sendiri, sampai gigi ini rasanya mau copot. Saya paksakan si kecil untuk menyusu ke saya langsung dengan karet sambungan, sampai puting lecet dan perih. Mereka tak pernah tau semua itu, yang mereka tahu saya ga mau menyusui anak saya. Gemes juga rasanya. Alhamdulillah setelah 2 minggu berjuang untuk memberikan hak si kecil, saya berhasil juga menyusuinya. Meski bukan ASI eksklusif, tapi setidaknya si kecil bisa merasakan mengenyam ASI saya. Satu masalah teratasi.


Di awal-awal kehadiran si kecil saya merasakan lelah yang sangat luar biasa. Mata harus terjaga di tiap malam. Karena si kecil tak mau dibaringkan saat malam tiba. Saya menggendongnya dan saya juga harus rela menjadi “Tape recorder” yang harus selalu memutar kaset nina bobok. Sekedar bersenandung agar si kecil segera tertidur. Mau membangunkan suami, saya tak tega. Sudah seharian dia bekerja, tak mungkin malam harinya saya merenggut jatah istirahatnya. Hal ini berlangsung kira-kira sampai 2 bulan setelah kelahiran si kecil.


Di saat saya sudah kembali bekerja, apa dikira saya bisa melupakan si kecil saat di tempat kerja? Justru saat ini lah saya merasa tak tenang. Sedang apakah dia di rumah? Rewel atau tidak? Sudah diberikan belum ASI yang sengaja saya tinggalkan untuknya? Jika saya di suruh memilih, saya lebih baik tinggal di rumah dan menjaga si kecil. Menikmati setiap proses perkembangannya. Tapi belum ada jalan lain. Berbahagialah Anda yang menjadi ibu rumah tangga tulen, yang dapat menikmati setiap detik perkembangan si kecil. Saya iri dengan kondisi seperti itu.


Memiliki seorang anak bagi saya bukanlah sebuah prestasi. Karena setiap orang mampu melakukannya. Bahkan hewan pun mampu beranak pinak. Bagi saya, baru bisa disebut prestasi jika keturunan kita tersebut mampu menjadi generasi yang berkualitas. Dan saya masih perlu belajar banyak untuk itu semua.


Ah, membicarakan perjuangan seorang ibu memang tak pernah ada habisnya. Bahkan tak jarang selalu membuat kita menitikkan air mata. Benar adanya jika Allah meninggikan derajat seorang ibu, sampai Rasul pun mengatakan tiga kali untuk urutan orang yang pantas dihormati. Ibu, Ibu, dan Ibu.. Barulah sosok ayah mengekor di belakangnya. Tapi jangan lantas kita bersikap seenaknya terhadap seorang Ayah, karena kita adalah satu-satunya pemenang dari nutfah beliau di rahim ibu.


Dan kepada makhluk mungil inilah sekarang saya menambatkan hati saya..










Ditampilkan sebanyak : 1097

Comment by:
luar biasa, karena ternyata anak saya yang saya anggap kurang beruntung karena bunda nya tidak bisa memberikan ASI. saya juga iri dengan anak lain yg diberikan ASI dan ibunya senantiasa melihat tumbuh kembang anak. berbahagialah ibu2 rumah tangga yg senantiasa melihat tumbuh kembang anak nya, tidak seperti saya......
Dikirim : 2010-11-22

Comment by:
Salut dengan perjuangannya memberikan ASI bagi si kecil.. karena memang ternyata tidak mudah ya.. Alhamdulillah si kakak ASI 2 tahun.. tinggal si adiknya aja nih...

Saya pun sekarang bekerja di kantor... tp insyaAllah saya ingin segera bisa di rumah untuk menikmati perkembangan dua jagoan saya...
Dikirim : 2010-11-18

Tolong beritahu kami apa pendapat Anda tentang blog ini


Jika Anda tidak melihat kotak komentar silahkan refresh halaman
 
ragilkuning's blog :