Sejak lama dunia kesehatan telah mengenal vitamin C sebagai vitamin yang berperan dalam meningkatkan kekebalan tubuh. Pertanyaan berikutnya adalah, seberapa besar konsumsi vitamin itu sehingga dapat memperkuat sistem imunitas manusia?
Pertanyaan ini jadi penting karena isu tentang vitamin C terus diperdebatkan oleh beberapa peneliti. Misalnya, ketika publikasi hasil penelitian beberapa peneliti Inggris, Dr. Ian Podmore dan kawan-kawannya, dilaporkan di majalah ilmiah yang terkenal di dunia, Nature. Dr. Podmore yang melakukan penelitiannya terhadap 30 orang sukarelawan yang diberi tablet vitamin C 500 mg setiap harinya menyimpulkan bahwa tambahan tablet vitamin C dosis tinggi ternyata selain berfungsi sebagai antioksidan juga sekaligus berfungsi sebagai pro-oksidan. Padahal, bila antioksidan artinya ‘baik’ karena melawan radikal bebas yang mengakibatkan kerusakan dan penuaan, sementara itu pro-oksidan berarti ‘jahat’ bagi tubuh manusia karena justru akan mengakibatkan kerusakan dan penuaan.
Pernyataan Podmore ini bertentangan dengan pendapat Dr. Linus Pauling, pakar biokimia yang pernah memenangkan hadiah Nobel. Pauling mengatakan bahwa kita boleh makan tablet vitamin C sampai dosis 12.000 mg sehari tanpa akibat buruk apa pun. Bahkan, menurut Pauling, dosis vitamin C yang tinggi akan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan pilek dan influenza.
Dr. R. Andersen dari Universitas Pretoris, Afrika Selatan, juga mengungkapkan bahwa vitamin C dapat memperbaiki daya kekebalan tubuh. Vitamin C mampu mengaktifkan sel-sel darah putih agar ia lebih kuat dalam melawan penyakit yang memasuki tubuh.
Kendati demikian, Pauling tidak bermaksud menyarankan kita mengonsumsi vitamin C sampai dosis setinggi itu. Ia memang hanya menggambarkan bahwa vitamin C dosis tinggi tidak berbahaya. Makan tablet vitamin C dalam dosis tinggi tidak selalu akan membuat kadar asam askorbik (unsur aktif dalam vitamin C) melonjak tinggi pula. Usus manusia mempunyai keterbatasan dalam menyerap vitamin C. Dan ginjal sangat efisien dalam membuang kelebihan vitamin C, sehingga praktis kadar asam askorbik dalam darah kita tidak akan dapat terlampau tinggi meskipun kita makan sekarung vitamin C sehari. Menurut hasil dari beberapa penelitian, kemampuan tertinggi sel kita dalam menyimpan vitamin C hanyalah 2.000 mg/hari. Lebih dari itu tidak akan diserap atau dibuang melalui urine.
Namun, bagaimanapun penelitian Pauling dan Podmore terkesan berlawanan. Jadi, seberapa banyak yang perlu kita konsumsi sebenarnya?
Menurut Dr. Kartono Muhammad, seperti dimuat pada berbagai media massa beberapa waktu lalu, vitamin C yang diperdebatkan dalam penelitian tersebut adalah vitamin C tambahan (supplementary vitamin C). Vitamin C yang dijual bebas di mana-mana dalam bentuk tablet, cairan, tablet efervesen (yang berbusa ketika dimasukkan ke air), dan sebagainya, bukan vitamin C alami yang terdapat dalam sayuran dan buah-buahan.
Karena itu, cara paling aman adalah konsumsi vitamin C sebanyak mungkin dari sumber alami seperti buah-buahan dan sayuran segar. Selain bervitamin, juga berserat, yang bermanfaat untuk mencegah kanker saluran pencernaan. Jika Anda mau makan vitamin C tambahan, makanlah seperlunya. Menurut Dr. A. Kallner dari InstitutKolinska, Swedia, kebutuhan vitamin C adalah sekitar 20 mg/kg berat badan. Atau sekitar 1.000 mg/hari untuk rata-rata wanita Indonesia. Bagi mereka yang merokok, kebutuhan itu kira-kira 20-30% lebih tinggi. Bagi wanita hamil dan menyusui, kebutuhan akan vitamin ditingkatkan sebanyak 40-50%. Kalau ia seorang perokok, kebutuhan itu dinaikkan sampai 100%.
Jadi, konsumsilah vitamin C dari bahan alami. Untuk kekurangannya, barulah ditambahkan dari tablet yang dijual di apotek atau supermarket.