Gorengan seringkali ditujukan pada jenis makanan ringan yang di goreng dengan minyak. Menu camilan gorengan biasanya menjadi hidangan yang dipilih setelah menyantap yang manis-manis untuk berbuka puasa. Padahal makanan tersebut tidak baik dikonsumsi saat baru berbuka. Pakar gizi dan nutrisi, Prof. Hardinsyah, MS, tidak menganjurkan berbuka dengan makanan berlemak serta minuman dingin.

Pakar Gizi Rumah Sakit Pusat Pertamina, dr. Titi Sekarindah, MS, SpGK mengatakan sebenarnya boleh saja makan gorengan asal jangan terlalu banyak dan tidak melebihi batas, cukup satu sampai dua buah saja. Jika seseorang mengonsumsi gorengan dalam jangka waktu yang lama, ia dapat mengalami kegemukan dan kolesterol tinggi, karena satu gram minyak goreng sama dengan 10 gram kalori. dr. Titi pun menjelaskan, gorengan yang sering dibeli di pinggir jalan dan bukan diolah sendiri, mengandung kalori yang terlalu tinggi, yang tidak baik untuk kesehatan tenggorokan. Apalagi dengan minyak yang sudah berkali-kali dipakai. Terlebih, jika gorengan itu dibungkus dengan kertas bekas. Sudah tidak sehat, ditambah dari kertas pula. Kertas bekas yang biasa digunakan ketika membeli gorengan mengandung logam berat. Bisa dibayangkan seberapa bahayanya, logam berat bercampur dengan makanan yang menggunakan minyak bekas. Bahaya yang lain adalah gorengan berisiko meningkatkan faktor risiko keganasan atau kanker.

Untuk itu, ada baiknya ketika berbuka puasa memilih mengonsumsi teh manis, kurma, es buah, kolak, dan bubur sum-sum. Seperti yang dijelaskan ahli gizi klinik, dr. Fiastuti Witjaksono, M.S SpGK, prinsip berbuka hendaknya berbuka dengan yang manis untuk mengganti glukosa darah, makanlah sesuai porsi tubuh dan juga harus lengkap gizinya tanpa ada yang dikurangi atau dilebihkan. Hanya waktu makannya saja yang bergeser, jadi tidak ada yang berubah, yang penting seimbang.