SITE STATUS
Jumlah Member :
253.413 member
user online :
5521 member
pageview's per day :
Over 100.000(!) page views
Kalkulator kesuburan
Masukan tanggal hari pertama bunda mengalami menstruasi

berita



Gaya Asuh dan Empati

(Posted:2007-10-26 11:37:25)

Menjadi orangtua baru membuat banyak hal yag harus dipelajari. Salah satunya adalah dalam menerapkan gaya asuh. Penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan antara pola atau gaya asuh dengan karakter yang dikembangkan anak. Padahal, semua orangtua pasti menginginkan anaknya menjadi orang yang berkarakter baik dan penuh empati terhadap orang lain. Namun dalam kenyataannya, banyak juga orangtua yang terlalu disiplin dan menggunakan hukuman keras dalam mendidik anak. Sehingga, lambat laun hubungan orangtua-anak menjadi kurang mesra dan karakter anak pun tidak menjadi lebih baik karenanya.

Penelitian yang beberapa tahun lalu dilakukan menunjukkan bahwa para ibu yang terlalu keras dapat memengaruhi kemampuan anak-anak mereka dalam menunjukkan empati.
 
"Hasil penelitian ini secara jelas menunjukkan bahwa ibu yang menerapkan disiplin dan sistem hukuman yang berlebihan, yang tidak berusaha berkomunikasi, memberikan penjelasan, pengertian dan menerapkan peraturan-peraturan yang konsisten, dan yang secara keterlaluan memarahi anak-anak mereka ataupun menunjukkan kekecewaan mereka terhadap si anak cenderung menghalangi perkembangan prasosial si anak,” demikian ditulis Dr. Paul D. Hastings, dari National Institute of Mental Health.
 
Penelitian yang hanya memfokuskan diri pada gaya orang tua mengasuh anaknya tersebut menyimpulkan bahwa anak-anak mengartikan perilaku keras tersebut sebagai tidak adanya kasih sayang dari orang tua mereka. Kebalikannya, para ibu yang hangat, yang menggunakan penjelasan dan tidak mengandalkan hukuman keras dalam mendisiplinkan anak-anak, cenderung menumbuhkan rasa empati dalam diri anak-anak mereka. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk melihat bagaimana gaya asuh ayah memengaruhi kepedulian anak kepada sesama.
 
Hasil penelitian yang diterbitkan pada jurnal Developmental Psychology itu menjelaskan bahwa kelompok peneliti mengobservasi perkembangan tiga kelompok anak-anak dengan tingkat agresivitas atau perilaku mengganggu yang berbeda-beda mulai dari pra sekolah sampai sekolah dasar. Untuk mengukur kadar rasa empati, para peneliti melihat bagaimana anak-anak tersebut bereaksi terhadap sandiwara di mana seorang peneliti wanita atau ibu dari si anak mengalami kecelakaan kaki. Orang dewasa yang mengalami kecelakaan meringis, mengekspresikan rasa sakitnya secara verbal dan menggosok-gosok tempat yang sakit.
 
Penelitian menunjukkan bahwa pada usia pra sekolah (4-5 tahun), ketiga kelompok menunjukkan tingkat kepedulian terhadap sesama yang sama. Namun, pada rentang usia yang lebih tinggi, rasa empati anak-anak yang memiliki masalah perilaku semakin berkurang. Pada usia pra sekolah, anak-anak yang agresif dan perusuh menunjukkan rasa peduli yang sama dengan teman-teman mereka. Beberapa tahun kemudian anak-anak dengan masalah perilaku menunjukkan kepedulian yang kurang terhadap orang dewasa yang terluka. Pada usia mendekati 7 tahun, mayoritas dari anak-anak bermasalah ini telah kehilangan hampir seluruh dari rasa peduli mereka. Lebih tragis lagi, anak-anak ini juga dideskripsikan sebagai pribadi yang antisosial oleh guru mereka, dan diri mereka sendiri. Anak-anak yang disebut agresif menunjukkan ketidakpedulian mereka terhadap sesama melalui kemarahan, kekerasan, dan menertawakan ketidakberuntungan orang lain, khususnya terhadap ibu mereka.
 
Para peneliti mengatakan bahwa respons ini adalah reaksi terhadap gaya asuh ibu-ibu mereka. "Anak-anak laki-laki tersebut cenderung mengalami kesakitan secara emosional dan, kemungkinan, fisik, dalam hubungan mereka dengan ibu mereka," demikian Hastings menulis. "Kemarahan mereka dan ketidakacuhan mereka pada saat ibu mereka membutuhkan pertolongan kemungkinan merupakan usaha mereka untuk memberikan jarak atau mengurangi rasa sakit yang mereka rasakan dalam interaksi dengan ibu mereka."
 
Para peneliti memerhatikan bahwa anak-anak usia pra sekolah dengan masalah perilaku, berkurang sikap agresifnya jika mereka diajarkan untuk peduli terhadap sesama. Menanamkan rasa kepedulian kepada anak-anak adalah cara yang baik untuk menghilangkan masalah perilaku pada anak-anak yang cenderung agresif atau perusuh pada usia dini, demikian para peneliti menyimpulkan. Untungnya, sebagai ibu baru, Anda sudah bisa memulainya sejak buah hati Anda masih bayi, sehingga ia akan menjadi anak yang penuh empati kala besar nanti.


berita lainnya :

Tolong beritahu kami apa pendapat Anda tentang artikel ini


Jika Anda tidak melihat kotak komentar silahkan refresh halaman